Ada Pantangan Makan Pecel Lele di Lamongan, Begini Sejarahnya
Merdeka.com - Pecel Lele Lamongan menjadi salah satu kuliner legendaris. Menu ini bisa dijumpai hampir di seluruh daerah di Indonesia. Selain spanduknya yang unik dan khas, Pecel Lele Lamongan banyak diburu karena kelezatannya.
Meski demikian, di daerah asalnya justru ditemui pantangan menyantap pecel lele. Tidak hanya pecel lele, menu makanan lain yang menggunakan lele sebagai bahan dasarnya juga tidak boleh dikonsumsi. Konon, warga yang nekat mengonsumsi lele bisa menderita gatal-gatal di tubuhnya, seperti dikutip dari etnis.id.
Mitos di Sebuah Desa
-
Apa itu Lemang? Lemang merupakan hidangan tradisional yang terbuat dari beras ketan yang dikukus dalam bambu.
-
Mengapa Lele menjadi pilihan lauk yang populer? Lele termasuk jenis ikan yang mudah ditemukan di Indonesia. Ikan ini banyak dipilih sebagai lauk karena harganya murah dan memiliki rasa yang gurih.
-
Apa bahaya ikan kaleng? Tan menambahkan bahwa ikan kaleng biasanya memiliki perbedaan rasa dibandingkan dengan ikan segar. Selain itu, ia juga mengingatkan bahwa pengemasan ikan kaleng yang tidak sesuai atau sudah kedaluwarsa dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan. Dia menekankan pentingnya perhatian pemerintah terhadap risiko botulinum toxin atau racun botulinum.
-
Dimana bisa dapetin ikan lele? Meskipun ikan yang mudah didapat dan terjangkau, lele memiliki kandungan omega-3 dan kolin yang mendukung kesehatan dan kecerdasan otak anak.
-
Mengapa ikan tertentu harus dihindari? Meskipun ikan sering dianggap sebagai makanan sehat, beberapa jenis ikan memiliki kadar purin yang tinggi dan dapat memicu serangan asam urat.
-
Apa aja olahan lele Widiati? Disampaikan Widiati bahwa mulanya ia fokus di bisnis abon ikan lele yang dimulai pada 2018 lalu.
©istimewa
Daerah yang memiliki larangan unik tersebut yakni Desa Medang, Kecamatan Glagah, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Warga yang nekat mengonsumsi ikan lele bisa berakibat gatal-gatal di tubuh, hingga muncul bercak-bercak putih (belang) seperti ikan lele.
Seperti tercantum dalam penelitian Muhibbatul Hasanah (2013) tentang mitos lele di Desa Medang. Sampai sekarang, pantangan itu tetap dijaga oleh masyarakat desa setempat.
Cerita Masa Lalu
©Reuters
Konon, munculnya pantangan mengonsumsi ikan lele dilatarbelakangi oleh cerita tentang Boyopatih, murid Sunan Giri. Dikisahkan Sunan Giri pernah bertamu seorang perempuan yang bernama Mbok Rondo.
Di tengah perjalanan pulang, Sunan Giri teringat salah satu pusakanya tertinggal di rumah Mbok Rondo. Akhirnya Sunan Giri mengutus Boyopatih untuk mengambilnya. Sesampainya di sana, Boyoputih tidak mendapat sambutan baik dari Mbok Rondo.
Akhirnya, Boyopatih memutuskan menyamar menjadi kucing dan bermaksud mengambil pusaka gurunya secara diam-diam. Sialnya, Mbok Rondo menyadari hal itu. Boyopatih diteriaki maling. Sontak, ia dikejar oleh penduduk sekitar.
Saat hampir tersudut karena diburu, Boyopatih melihat kolam berisi ikan lele. Demi keselamatannya, Boyopatih menceburkan dirinya ke kolam tersebut. Alhasil, penduduk yang mengejar Boyopatih kehilangan jejaknya.
Mereka memutuskan kembali ke rumah masing-masing. Boyopatih pun selamat dari amukan massa. Ia merasa diselamatkan oleh ikan-ikan lele di kolam, sehingga ia bersumpah melarang anak turunannya untuk mengonsumsi lele. Barang siapa bersikeras ingin mengonsumsi lele, maka anak turunnya akan dijangkiti penyakit.
Kisah Boyopatih di atas memiliki beberapa versi berdasarkan sastra lisan yang berkembang di masyarakat Lamongan. Meski demikian semua versi menyampaikan nilai cerita yang sama tentang pantangan makan ikan lele.
Cerita Versi Lain
©blogspot.com
Dalam cerita versi lain, pusaka yang hendak diambil Boyopatih bukan pusaka yang tertinggal. Tetapi pusaka yang dipinjam Mbok Rondo dan tak dikembalikan. Boyopatih tidak menyamar menjadi kucing, tetapi mengambil secara paksa dan diteriaki maling oleh Mbok Rondo.
Sampai kini, sebagian masyarakat Lamongan yang bukan keturunan Boyopatih juga turut menjaga mitos tersebut. Sebagai bentuk sikap tenggang rasa sesama masyarakat asli Lamongan. Boyopatih sendiri dipercaya sebagai orang pertama yang membangun wilayah Lamongan.
Lambang Kabupaten Lamongan
©2020 Merdeka.com/id.wikipedia.org
Selain kulit mengalami bercak-bercak putih seperti ikan lele, alasan larangan mengonsumsi ikan lele juga berkaitan dengan lambang Kabupaten Lamongan itu sendiri. Diketahui, Lamongan memiliki lambang ikan bandeng dan ikan lele.
Lambang ikan bandeng dan ikan lele memiliki makna filosofis yang dalam. Ikan bandeng menunjukkan komoditi unggulan yang dimiliki Lamongan. Sebagian besar warga Lamongan membudidayakan ikan bandeng di tambak-tambak.
Sementara ikan lele melambangkan sikap ulet, sabar, dan tahan penderitaan. Oleh karena itu, mengonsumsi ikan lele berarti membunuh perlambangan sikap tersebut. (mdk/rka)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Adanya kontroversi yang beredar, membuat Koi Pla kemudian menarik untuk diulik.
Baca SelengkapnyaPamali sudah dipegang sebagai kebiasaan dari nenek moyang, terutama di masyarakat Sunda, dalam menerapkan batasan di kehidupan.
Baca SelengkapnyaSalah satu makanan khas dari Suku Rejang ini tergolong unik dan berbeda dari kuliner lainnya.
Baca SelengkapnyaLempah Kuning, masakan khas Bangka Belitung yang lahir dari akulturasi olahan laut dan juga darat.
Baca SelengkapnyaPecel adalah salah satu kuliner khas Nusantara yang banyak digemari lantaran enak dan menyehatkan.
Baca SelengkapnyaMeski terkesan tak lazim, hidangan ini menjadi ciri khas dari budaya kuliner masyarakat Minahasa.
Baca SelengkapnyaOrang yang tidak suka lele karena bau amis bisa mencoba sosis ini.
Baca SelengkapnyaJangan sampai keliru, ketahui ciri-ciri daging sapi segar saat berbelanja di Kota Surabaya.
Baca SelengkapnyaMana nih yang sudah pernah kamu cobain selain pempek?
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan goa di Kabupaten Tuban yang dahulu pernah dipakai persembunyian di zaman Belanda, kini penuh dengan kelelawar.
Baca SelengkapnyaKekayaan hayati di bumi Nusantara menjadi berkah untuk menciptakan ragam kuliner di Tanah Air.
Baca SelengkapnyaPada zaman dulu kuliner ini dibuat dengan sisa nasi agar tidak mubazir
Baca Selengkapnya