Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

5 Kisah Tugu Cornelis Chastelein haram berdiri di Depok

5 Kisah Tugu Cornelis Chastelein haram berdiri di Depok Tugu Cornelis. ©2014 merdeka.com/angga yudha pratomo

Merdeka.com - Belakangan di Kota Depok ada fenomena menarik karena terjadi tarik menarik antara pemerintah kota dan warganya. Pemkot Depok melarang keras pembangunan Tugu Cornelis Chalestein yang berada di Jalan Pemuda, Rumah Sakit Harapan.

Alasannya pun hingga kini dinilai belum jelas oleh Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC), yang merupakan komunitas yang getol memperjuangkan pembangunan tugu Cornelis itu.

Dikutip dari berbagai sumber, Chastelein merupakan orang Belanda yang datang ke Indonesia pada tahun 1675 untuk bekerja pada VOC. Setelah bekerja selama 19 tahun, dia mengundurkan diri karena tak sepaham dengan pemimpin VOC yang baru.

Setelah pensiun, dia membeli lahan di pinggiran Jakarta yang kemudian dikenal dengan Kota Depok. Di sana, dia mempekerjakan 150 budak yang didatangkan dari berbagai wilayah.

Namun, para budak itu tak diperlakukannya layaknya seorang budak. Sebelum meninggal dunia, Chastelein telah menuliskan wasiat agar lahan yang dibelinya itu diberikan kepada para budak tersebut.

Sosok Cornelis pun masih banyak dipertimbangkan oleh Pemkot Depok dengan berbagai alasan. Berikut beberapa cerita Tugu Cornelis diharamkan di Depok seperti dirangkum merdeka.com, Selasa (8/9) pagi:

Rencana pembangunan Tugu Cornelis Chastelein sejak 2002

Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC) merupakan komunitas yang sampai sekarang masih memperjuangkan pembangunan tugu Cornelis. Mereka pun yakin larangan yang keluar dari Pemkot Depok karena minimnya sejarah yang mereka miliki soal Cornelis.Salah seorang pengurus YLCC, Yano Jonathans, menuturkan ide pembuatan tugu itu sebenarnya sudah direncanakan sejak 2002 lalu dan sudah terwujud pada awal Juni 2014. Namun sayangnya, tugu itu malah dilarang berdiri oleh Pemkot Depok.Terkait pelarangan pendirian tugu oleh Pemkot Depok, kata Yano, pihaknya makin terheran-heran. Dia menduga bahwa pihak yang melarang hanya mengetahui soal sejarah yang sepenggal-sepenggal.Padahal, menurut Yano, pembuatan tugu ini selain menjadi peringatan bagi Chastelein juga mempunyai arti lain. "Tugu juga merupakan titik nol Kota Depok," ujarnya saat ditemui merdeka.com di Depok, Senin (8/9).Masih terkait pembangunan tugu, Yano menceritakan, sebenarnya tugu itu telah dibuat pertama kali tahun 28 Juni 1914 atau peringatan 200 tahun meninggalnya Chastelein. Namun, tugu itu malah dihancurkan pada 1960."Maka itu, pas tugu ini dibuat tahun ini (2014) sepertinya pas untuk memperingati 300 tahun meninggalnya Chastelein," terangnya.

Pemkot Depok anggap Cornelis bukan pahlawan tapi penjajah

Salah seorang pengurus YLCC, Yano Jonathans mengaku ide pembuatan tugu itu sebenarnya sudah direncanakan sejak 2002 lalu dan sudah terwujud pada awal Juni 2014. Namun sayangnya, tugu itu malah dilarang berdiri oleh Pemkot Depok.Yano menceritakan, di tengah pembangunan tugu, tiba-tiba ada petugas dari Pemkot Depok yang datang dan melarang pembangunan tugu untuk dilanjutkan. Alasannya, mereka menganggap Cornelis Chastelein merupakan penjajah dari Belanda dan bukan pahlawan."Setengah jalan kami dipanggil. Kata pemkot, Chastelein penjajah atau pahlawan? Saya bilang dia (Chastelein) penjajah. Tapi dia penjajah yang humanis," kata Yano kepada merdeka.com di kantor YLCC, Depok, Selasa (8/9).

YLCC sebut Cornelis layak dikenang karena jasa-jasanya

Yano mengatakan bahwa Cornelis Chastelein merupakan penjajah yang mempunyai sifat bukan seperti penjajah. Sebab, Chastelein pernah membebaskan 12 keluarga budak untuk bekerja kepadanya. Lalu, tanah di Depok juga dibelinya dan dijadikan perkebunan.Yano bersama yayasannya juga mengaku ingin merealisasikan tugu Cornelis untuk dokumentasi sejarah yang abadi bagi Kota Depok. "Ini penting kita untuk kenang jasanya," ujarnya.Ide pembuatan ini awal karena keresahan pihaknya yang merasa Depok kurang peninggalan sejarahnya. Sebagai orang yang suka sejarah, Yano lantas mengulik segala sesuatu tentang Depok. Terlebih, dirinya juga merupakan keturunan dari 12 budak yang dulu diselamatkan Chastelein."Waktu itu saya melihat foto dari ibu saya. Ini kok ada tugu. Saya mencari foto-foto lain, ternyata ada kesamaan soal tugu itu. Terus dicari, ternyata itu merupakan tugu peringatan bagi Chastelein," kata Yano.Dari situ, Yano kian mendalami soal pendirian tugu tersebut. Alhasil, fakta lain yang terungkap, ternyata tugu tersebut merupakan tugu pertama dan tanda titik nol Kota Depok.Dirinya makin aneh, selain alasan pemkot menganggap Chastelein merupakan penjajah. "Ini kan dibangun di lahan kita (YLCC). Kok dilarang? Tapi, ya kita nurut aja. Toh, kita yakin ini hanya untuk kepentingan sejarah. Tidak untuk lain-lain di luar itu," ujarnya.Selain itu, menurut Yano, pelarangan ternyata tidak hanya dari Pemkot Depok. Para warga juga ada yang menentang pembangunan tugu tersebut."Mereka masih ada anggapan kalau ada tugu seperti itu, biasanya di bawah ada makam. Padahal, kita sudah gali buat pondasi tugu dan tidak menemukan apa-apa. Cuma menemukan uang gobang (uang jaman dulu). Dan jadi koleksi buat kita. Jadi mungkin ada pemikiran lain-lain ya. Padahal saya cuma niat untuk sejarah saja," terangnya.

Tulisan Kristen di patung diduga jadi alasan pelarangan

Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC) mengaku ada hal yang diduga menjadi alasan pelarangan pembangunan Tugu Cornelis. Dalam rancangan tugu itu terdapat tulisan Belanda yang mempunyai arti sensitif. Tulisan itu merupakan harapan Chastelein semasa hidupnya."Kalau diartikan dalam bahasa Indonesia artinya seperti ini, 'harapan saya kelak Depok menjadi masyarakat kristen yang sejahtera'. Kurang lebih seperti itu," kata Yano kepada merdeka.com, Senin (8/9).Yano menduga, alasan selain Pemkot Depok menyebut Chastelein penjajah, tulisan pada tugu juga menjadi masalah. Meski demikian, pihaknya sudah mengajukan pendirian tersebut tanpa tulisan yang terdapat pada tugu."Sepertinya tulisan itu juga yang menjadi masalah. Mungkin ada hal lain (sensitif) yang mereka pikirkan. Tapi kalau kita benar-benar pikir soal sejarah," ujarnya.Meski demikian, Yano menegaskan bahwa niat pembangunan Tugu Cornelis Chestelein hanya untuk mengingatkan soal sejarah kota Depok. "Kami tidak ada niatan lain, ini hanya soal sejarah. Tidak ada di luar itu," terangnya.

Pemkot Depok sebut patung Cornelis isu liar dan tak penting

Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail ogah berkomentar lebih jauh terkait larangan pendirian Tugu Cornelis Chastelein. Menurutnya, hal ini merupakan isu sensitif di kota yang dipimpinnya."Saya belum mau menanggapi. Karena itu isu liar dan sensitif," kata Nur Mahmudi di Balai Kota Depok, Senin (8/9).Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata Seni dan Budaya (Disporaparsenbud), Munir membenarkan soal pelarangan tersebut lantaran terdapat unsur SARA. Sebab, dalam tulisan di tugu itu terdapat tulisan harapan Cornelis yang inginkan kota pimpinan politikus PKS Nur Mahmudi Ismail itu menjadi masyarakat kristen. Dirinya mengklaim bahwa tulisan itu akan mengganggu warga Depok."Pertama ada kekhawatiran timbulnya konflik SARA. Karena di dalam tulisan tugu itu ada unsur SARA yang mengganggu warga Depok. Depok yang dulu dan sekarang kan beda. Jadi ini mengandung SARA. Kecuali warga kristiani yang di situ enggak masalah." kata Munir di Balai Kota Depok, Senin (8/9).Alasan lain, kata Munir, pihaknya menilai pembangunan tugu tersebut belum penting. Terlebih, hanya memperingati kematian Chastelein yang ke-300 tahun. "Kedua, kami evalusasi pembangunan itu seberapa penting sih? Apa terkait peringatan 300 tahun Cornelis Chastelein. Memang perjuangannya seberapa besar?" ujarnya.Meski ogah menyebut Chastelein penjajah, Munir menegaskan bahwa tuan tanah Depok jaman dulu itu bukan pejujang. "Tapi memang faktanya begitu. Dia bukan pejuang yang diperingati," ucapnya.

(mdk/ded)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Orang Belanda Depok
Orang Belanda Depok

Kehadiran kota Depok dan munculnya julukan ‘Belanda Depok’ bagi keturunan asli Depok tidak terlepas dari peran tuan tanah Cornelis Chastelein.

Baca Selengkapnya
Menilik Sejarah Tambang Salido Sumatra Barat, Tambang Emas Tertua di Indonesia yang Dikelola VOC
Menilik Sejarah Tambang Salido Sumatra Barat, Tambang Emas Tertua di Indonesia yang Dikelola VOC

Aktivitas pertambangan di Pulau Sumatra sudah berlangsung sejak era pendudukan VOC pada abad ke-19. Tambang kemudian menjadi komoditas penting di Nusantara.

Baca Selengkapnya
Mengenal Cosman Citroen, Sosok di Balik Bangunan-Bangunan Megah Kota Surabaya
Mengenal Cosman Citroen, Sosok di Balik Bangunan-Bangunan Megah Kota Surabaya

Tak hanya dikenal di Surabaya, ia juga membangun sejumlah bangunan di Malang dan Semarang.

Baca Selengkapnya
Sosok Charles Adriaan van Ophuijsen, Pria Belanda Kelahiran Solok Sumbar Pionir Ejaan Bahasa Indonesia
Sosok Charles Adriaan van Ophuijsen, Pria Belanda Kelahiran Solok Sumbar Pionir Ejaan Bahasa Indonesia

Meski namanya sangat kental dengan Belanda, namun sosoknya menjadi pionir dalam menciptakan ejaan Bahasa Indonesia yang kita sekarang gunakan ini.

Baca Selengkapnya
Fakta Menarik Wisma Perdamaian, Bangunan Kuno Milik Pemprov Jateng yang Dulu jadi Tempat Tinggal Petinggi VOC
Fakta Menarik Wisma Perdamaian, Bangunan Kuno Milik Pemprov Jateng yang Dulu jadi Tempat Tinggal Petinggi VOC

Kini Wisma Perdamaian lebih sering digunakan untuk kegiatan budaya, seni atau pendidikan.

Baca Selengkapnya
Jejak Freemason di Nusantara
Jejak Freemason di Nusantara

Jejak Freemason di Nusantara. Siapa saja anggotanya?

Baca Selengkapnya
Cornelis van Vollenhoven, Antropolog Belanda yang Melestarikan Hukum Adat di Hindia Belanda
Cornelis van Vollenhoven, Antropolog Belanda yang Melestarikan Hukum Adat di Hindia Belanda

Kecintaannya dalam mengkaji hukum adat hingga hukum tata negara di Hindia Belanda membuat dirinya dijuluki sebagai "Bapak Hukum Adat".

Baca Selengkapnya
Kisah Rumah Tua Klangenan di Cirebon, Dulu Milik Pejabat Kolonial Kini Jadi Tempat Instagenik
Kisah Rumah Tua Klangenan di Cirebon, Dulu Milik Pejabat Kolonial Kini Jadi Tempat Instagenik

Letak rumah ini berada di pinggir jalan Cirebon-Bandung.

Baca Selengkapnya
Menguak Sejarah di Balik Pembangunan Benteng Van Der Wijk Kebumen, Antisipasi Terjadinya Perang Jawa Kedua
Menguak Sejarah di Balik Pembangunan Benteng Van Der Wijk Kebumen, Antisipasi Terjadinya Perang Jawa Kedua

Di kemudian hari, benteng itu berubah fungsi menjadi sekolah bagi calon militer

Baca Selengkapnya
Kisah Benteng Van Der Capellen, Dibangun saat Pecahnya Perang Rakyat di Sumatra Barat
Kisah Benteng Van Der Capellen, Dibangun saat Pecahnya Perang Rakyat di Sumatra Barat

Provinsi Sumatra Barat dulunya salah satu wilayah yang menjadi incaran Kolonial Belanda.

Baca Selengkapnya
Melihat Pecinan Glodok Dulu dan Sekarang, Mulanya Tempat Mencari Kerja Pendatang Asal Cina
Melihat Pecinan Glodok Dulu dan Sekarang, Mulanya Tempat Mencari Kerja Pendatang Asal Cina

Dulu para pendatang asal Cina banyak dipekerjakan Belanda sebagai tim ahli sampai tenaga pengakut tinja.

Baca Selengkapnya
Jejak Kejayaan Kaum Yahudi di Surabaya, Ada Crazy Rich yang Kekayaannya Tak Tertandingi hingga Arsitek Bangunan-bangunan Megah
Jejak Kejayaan Kaum Yahudi di Surabaya, Ada Crazy Rich yang Kekayaannya Tak Tertandingi hingga Arsitek Bangunan-bangunan Megah

Komunitas yahudi di Surabaya sudah eksis sejak sebelum Indonesia merdeka. Mereka bukan orang-orang biasa, ada saudagar kaya raya hingga arsitek bangunan megah.

Baca Selengkapnya