Mengenal asal-usul alat musik rapai di Aceh
Merdeka.com - Dum, dum, dum suara rapai menggema saat dipukul di atas panggung utama even Aceh International Rapai Festival 2016 yang berlangsung di Taman Sulthanah Ratu Safiatuddin, Banda Aceh. Seorang syech berdiri di depan penabuh rapai memandu sambil menggerakkan tangan dari atas ke bawah.
Semakin kencang tangan syech digerakkan, semakin cepat pula tabuh rapai dipukul, hingga suara rapai semakin kencang, penonton pun menjerit histeris hingga syech berhenti menggerakkan tangan. Penabuh rapai pun serentak berhenti, senyap, hening tanpa suara dan kemudian suara Seurene Kale pun melengking.
Rapai merupakan alat musik tradisional Aceh yang ditabuh menggunakan tangan kosong, tidak menggunakan stik. Rapai biasanya berperan untuk mengatur ritme, tempo, gemerincing saat lantunan syair-syair bernuansa Islami sedang dinyanyikan.
-
Siapa yang membawa Rapa'i ke Aceh? Melansir dari situs kebudayaan.kemdikbud.go.id, tari Rapa'i Geurimpheng ini berawal dari alat musik Rapa'i yang dibawa oleh seseorang berkebangsaan Baghdad yaitu Syeh Rifa'i.
-
Kenapa Rencong Aceh jadi simbol Aceh? Senjata Pusaka Melansir dari situs resmi Pemprov Aceh, Rencong Aceh merupakan senjata pusaka bagi rakyat Aceh dan sudah menjadi simbol keberanian, keperkasaan, pertahanan diri dan kepahlawanan Aceh dari masa ke masa.
-
Mengapa Rapa'i Geurimpheng penting bagi masyarakat Aceh? Dengan melestarikan kebudayaan dan kesenian lokal ini, diharapkan mampu terus bertahan dan diperkanalkan secara turun-temurun lintas generasi.
-
Kenapa Rajah digunakan di Aceh? Rajah yang ada di Aceh cenderung digunakan sebagai metode pengobatan yang terkena serangan magis dan berbau klenik, seperti teluh, guna-guna, santet, dan sebagainya. Bahkan, nama-nama penyakit yang berkembang di masyarakat Aceh disebut Peunyaket Donya atau penyakit dunia.
-
Alat musik apa yang populer di Riau? Alat musik sejenis gendang ini begitu populer di tanah Melayu khususnya Riau.
-
Siapa yang memulai tradisi bubur kanji rumbi di Banda Aceh? Tradisi bagi-bagi bubur ini awalnya dilakukan oleh ulama asal India bernama Ustaz Said Yusuf Assegaf pada 1996 silam.
Suara rapai juga membuat suasana lebih hidup, semarak dan bisa menumbuhkan semangat penonton yang sedang menyaksikan suatu pertunjukan. Rapai ini juga digunakan hampir semua seni tarik suara tradisional di Aceh.
Bahkan penyanyi etnis di Aceh pun menggunakan rapai dikolaborasikan dengan alat musik modern seperti drum, gitar dan sejumlah alat musik lainnya. Alat musik ini biasanya dimainkan oleh 8 sampai 12 orang.
Grup ini di Aceh dikenal dengan sebutan Awak Rapai (Kelompok Rapai). Biasanya rapai disandingkan dengan instrumen Seurene Kale yang memiliki suara melengking atau Buloh Merindu, sebuah alat musik tiup hampir serupa dengan seruling.
Permainan rapai ini tidak menggunakan pengeras suara. Namun suara yang keluar saat ditabuh secara serentak bisa terdengar 5 hingga 10 Km bila berada di perkampungan yang hening tanpa ada kebisingan dengan lainnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Reza Fahlevi mengatakan, sejarah rapai ini tidak terlepas dari peradaban masuknya Islam di Aceh. Karena rapai ini diperkenalkan oleh seorang ulama besar dari Baghdad yang menyebarkan Islam ke Aceh.
"Rapai ini erat kaitannya dengan penyebaran Islam di tanah Aceh pada abad ke 11 dahulu kala," kata Reza Fahlevi.
Menurutnya, dalam beberapa catatan sejarah, rapai yang kemudian menjadi alat musik tradisional Aceh diperkenalkan oleh Syech Rapi atau ada juga yang menyebutkannya dengan Syech Rifai.
Pertama kali dimainkan alat musik di Ibukota Kerajaan Aceh pada abad ke-11 yaitu di Banda Khalifah. Banda Khalifah itu sekarang lebih dikenal dengan sebutan Gampong Pande, Kota Banda Aceh. Di Gampong Pande ini juga ada banyak peninggalan-peninggalan masa kerajaan dulu yang masih tersimpan dan terawat dengan baik hingga sekarang.
"Baru dalam perjalanan rapai itu menjadi beberapa jenis kesenian tradisional Aceh dan beragam bentuknya. Ada 6 jenis rapai kemudian dikenal di Aceh hingga sekarang," jelasnya.
Jenis-jenis rapai itu adalah Rapai Daboih, artinya sejenis pertunjukan ketangkasan mempertontonkan kesaktian seseorang kebal dari benda tajam. Dulunya daboih (debus) ini biasanya dimainkan oleh seorang khalifah yang memiliki ilmu kebal, ahli makrifat besi.
Lalu ada Rapai Gerimpheng dimainkan secara duduk. Seni ini dimulai dengan memberikan salam, lalu menjulurkan tangan ke depan dan menggoyangkan badan ke kiri dan ke kanan secara serentak sambil memukul rapai dan menyanyikan ratoih (lagu).
Ada juga Rapai Pulot juga dimulai dari salam dan dilanjutkan dengan penampilan akrobatik dan keahlian membentuk lingkaran bersambung. Baru kemudian ada Rapai Pase yang terdapat di Aceh Utara dengan formasi pemukul rapai sebanyak 30 orang.
Ada juga Rapai Anak, rapai ukuran sedikit lebih kecil berfungsi untuk mengadakan tingkahan, karena suara lebih nyaring an mendenting. Terakhir adalah Rapai Kisah/Hajat, mengisahkan atau hajat menginginkan seperti ingin memiliki rumah sendiri. Lalu syech bersama penabuh rapai bersama-sama menyanyikan syair-syair mengisahkan itu.
"Semua rapai ini juga lebih sering ditampilan pada upacara adat, pernikahan, sunatan, mauled dan upacara lainnya dalam Islam. Bahkan sekarang hampir semua acara seremonial pemerintah di Aceh juga diiringi oleh rapai," tegas Reza.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kesenian khas pesisir bagian timur Aceh ini mengandung nilai-nilai filosofis tentang agama Islam, dakwah, hingga nilai Sufistik.
Baca SelengkapnyaAlat musik yang dimainkan dengan cara dipetik mirip gitar ini sudah menjadi identitas kebudayaan Melayu yang berkembang di daerah Riau.
Baca SelengkapnyaAlat musik ini terbuat dari kayu, dengan bagian pangkalnya berukuran kecil serta di bagian ujungnya lebih besar menyerupai corong.
Baca SelengkapnyaWarga Pacitan punya cara unik membangunkan sahur yakni pakai kesenian rontek. Kini, rontek bisa dinikmati sebagai musik atraktif yang menghibur.
Baca SelengkapnyaSalah satu tari tradisional ini begitu populer di lapisan masyarakat Aceh.
Baca SelengkapnyaSalah satu kesenian dari Tanah Rencong ini secara kasat mata memang mirip seperti Tari Saman. Namun, nyatanya masih terdapat beberapa perbedaan.
Baca SelengkapnyaPada 2016, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah menetapkan canang kayu sebagai Warisan Budaya Takbenda dari Aceh,
Baca SelengkapnyaBrai jadi kesenian bernapaskan Islam asal Cirebon yang masuk Warisan Budaya Tak Benda 2023
Baca SelengkapnyaAlat musik sejenis gendang ini begitu populer di tanah Melayu khususnya Riau.
Baca SelengkapnyaProvinsi Aceh memiliki ragam jenis alat musik tradisional, salah satunya Bangsi Alas yang tumbuh dan berkembang di Lembah Alas, Aceh Tenggara.
Baca SelengkapnyaAlat musik dari Timur Tengah ini mirip dengan gitar pada umumnya, dimainkan dengan cara dipetik dan terdiri dari 3 sampai 12 senar.
Baca SelengkapnyaTarei Asyeik sebuah upacara adat khas masyarakat Gunung Kerinci Jambi untuk memanggil roh-roh leluhur mereka.
Baca Selengkapnya