Petisi Tolak PPn 12% Viral, Sudah Ditandatangani Ratusan Ribu Orang
Sebanyak 124.202 orang telah menandatangani petisi yang meminta pembatalan PPN 12%, karena dianggap memberatkan masyarakat.
Polemik mengenai kebijakan peningkatan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% semakin intens. Kebijakan ini direncanakan akan mulai diberlakukan pada 1 Januari 2025, dan memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat tentang pengaruhnya terhadap harga barang kebutuhan pokok serta daya beli mereka.
Sebagai bentuk protes, sebuah petisi yang menolak kenaikan PPN telah muncul di platform daring. Saat ini, petisi tersebut telah mendapatkan lebih dari 124.202 tanda tangan dari masyarakat yang berharap agar pemerintah membatalkan kebijakan tersebut. Keresahan ini mencerminkan ketidakpuasan publik terhadap beban ekonomi yang semakin berat, terutama di masa pemulihan setelah pandemi.
-
Siapa yang menandatangani Petisi 13? Lahirnya petisi ini adalah keluh kesah dari masyarakat yang sudah menggunung. Sebanyak 13 orang yang mewakili setiap keluarga melakukan tanda tangan yang ditujukan kepada Jenderal Polisi M. Hasan.
-
Siapa saja yang menandatangani Petisi 50? Dari 50 tokoh yang berani untuk menentang bentuk pernyataan dari Presiden Soeharto itu di antaranya adalah Mantan KASAD Jenderal A.H. Nasution, mantan Kapolri Hoegeng Imam Santoso, Mantan Perdana Menteri Burhanuddin Harahap, Mohammad Natsir, hingga Syafruddin Prawiranegara.
-
Mengapa Petisi 13 di buat? Lahirnya petisi ini adalah keluh kesah dari masyarakat yang sudah menggunung. Sebanyak 13 orang yang mewakili setiap keluarga melakukan tanda tangan yang ditujukan kepada Jenderal Polisi M. Hasan.
-
Siapa yang nyoblos di TPS 12? Baru pagi-pagi hari, Gubernur DIY Sri Sultan HB X sudah hadir di TPS 12 Panembahan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta. Ia hadir bersama sejumlah anggota keluarga pukul 07.10 pagi.
-
Apa tujuan Petisi 50? Petisi tersebut secara resmi diterbitkan pada tanggal 5 Mei 1980 di Jakarta. Dengan ditandatanganinya petisi tersebut, diharapkan Presiden Soeharto bisa mawas diri namun di sisi lain, mereka yang memilih untuk tanda tangan juga tak luput dari risiko yang cukup besar.
-
Suara PPP berapa? Di Pemilu 2024, berdasarkan hasil rekapitulasi KPU RI, PPP hanya meraih 5.878.777 suara atau 3,87 persen.
Dalam petisi yang viral di media sosial, terdapat seruan yang jelas, "Pemerintah segera batalkan kenaikan PPN," yang dituliskan di akun X @barengwarga, seperti yang dilansir pada Kamis (19/12).
Kenaikan PPN 12% Bikin Daya Beli Masyarakat Loyo
Kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% diatur dalam Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP) Nomor 7 Tahun 2021. Kebijakan ini diambil sebagai langkah pemerintah untuk meningkatkan pendapatan pajak, yang bertujuan untuk memperkuat pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Namun, banyak pihak berpendapat bahwa waktu pelaksanaan kenaikan PPN ini kurang tepat, terutama karena daya beli masyarakat masih belum sepenuhnya pulih akibat dampak pandemi. Sebelumnya, kenaikan PPN dari 10% menjadi 11% pada tahun 2022 telah berdampak pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga, yang mengalami penurunan dari 5% menjadi 4,8% pada tahun berikutnya.
"Ketika tarif PPN di angka 10 persen, pertumbuhan konsumsi rumah tangga berada di angka 5 persen-an. Setelah tarif meningkat menjadi 11 persen terjadi perlambatan dari 4,9 persen (2022) menjadi 4,8 persen (2023). Diprediksi akan semakin melambat," ungkap Ekonom sekaligus Direktur Ekonomi CELIOS, Nailul Huda, seperti yang dikutip dari Liputan6 Bisnis.
Link Petisi Tolak PPN 12%
Petisi yang menolak penerapan PPN sebesar 12% telah diluncurkan di Change.org dan berhasil mengumpulkan lebih dari 124.202 tanda tangan. Tanda tangan yang terkumpul ini menunjukkan ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan yang dianggap dapat memperburuk keadaan ekonomi mereka.
Ajakan untuk mendukung petisi ini juga viral di media sosial dengan penggunaan tagar seperti #TolakPPN12 dan #PajakMencekik. Masyarakat meminta agar pemerintah meninjau kembali keputusan tersebut dan mendengarkan suara rakyat yang khawatir akan dampak kenaikan harga barang kebutuhan sehari-hari.
Link petisi tolak PPN 12 persen: https://www.change.org/p/pemerintah-segera-batalkan-kenaikan-ppn-494f481d-703f-4dd8-a6b9-7e6bb904fece?recruiter=1356196151&recruited_by_id=47b763f0-96b6-11ef-a3f4-49c1242d0254&utm_source=share_petition&utm_campaign=share_petition&utm_medium=copylink&utm_content=cl_sharecopy_490308995_en-GB:10
Dampak Ekonomi yang Parah
Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) diprediksi akan memberikan pengaruh signifikan terhadap daya beli masyarakat yang semakin tertekan. Dengan meningkatnya harga barang-barang pokok dan jasa, banyak pihak merasa khawatir bahwa konsumsi rumah tangga akan mengalami penurunan yang lebih lanjut. Hal ini sangat disayangkan karena konsumsi rumah tangga berperan sebagai penggerak utama dalam perekonomian nasional.
Di samping itu, kenaikan PPN juga berpotensi memicu inflasi, khususnya dalam sektor kebutuhan sehari-hari. Ekonom memperingatkan bahwa perubahan ini bisa memberikan dampak yang cukup besar bagi kelompok masyarakat dengan penghasilan rendah, yang biasanya lebih peka terhadap fluktuasi harga.
Tanggapan Pemerintah dan Sudut Pandang Ekonomi
Pemerintah, melalui penjelasan yang disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani, mengungkapkan bahwa tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 12% masih dianggap rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Meskipun demikian, pemerintah menegaskan bahwa kebijakan ini telah dirancang dengan cermat untuk mengurangi dampak negatif yang mungkin dirasakan oleh masyarakat dengan pendapatan rendah.
Beberapa upaya telah dilakukan, termasuk memberikan insentif pajak untuk sektor-sektor tertentu, seperti PPN Ditanggung Pemerintah (DTP) untuk pembelian rumah dan kendaraan listrik. Namun, banyak kalangan berpendapat bahwa langkah-langkah tersebut belum cukup untuk mengatasi tekanan ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat secara umum.
"(PPN) 11 persen atau ke-12 persen dibandingkan banyak negara dan kalau kita beberapa negara emerging," ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Masa Depan Kebijakan dan Aspirasi Masyarakat
Petisi yang telah mengumpulkan dukungan lebih dari ratusan ribu tanda tangan ini mencerminkan harapan publik agar pemerintah lebih terbuka dan inklusif dalam proses perancangan kebijakan perpajakan. Di samping itu, pemerintah juga perlu aktif dalam menciptakan ruang dialog dengan masyarakat untuk menemukan solusi yang lebih adil dan merata.
Keberhasilan implementasi kebijakan perpajakan di masa depan akan sangat ditentukan oleh kemampuan pemerintah dalam menjaga keseimbangan antara kebutuhan untuk meningkatkan penerimaan negara dan dampaknya terhadap masyarakat secara keseluruhan.
Apa yang dimaksud dengan PPN 12%?
Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% akan mulai diterapkan pada tanggal 1 Januari 2025.
Apa alasan banyak orang menolak kenaikan PPN ini?
Keputusan untuk menaikkan harga ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan publik, terutama terkait dampaknya terhadap barang-barang kebutuhan sehari-hari.
Apa langkah-langkah untuk mendukung petisi penolakan PPN 12%?
Anda bisa memberikan dukungan terhadap petisi dengan mengunjungi platform online seperti Change.org. Cukup cari kampanye yang sesuai dengan isu yang ingin Anda dukung.
Apa upaya yang dilakukan pemerintah untuk menekan dampak PPN 12%?
Pemerintah telah mengimplementasikan insentif pajak, termasuk PPN Ditanggung Pemerintah, untuk sektor-sektor tertentu. Langkah ini diambil dengan tujuan utama mengurangi beban yang ditanggung oleh masyarakat.