Ini Dampak yang Bisa Dialami Tubuh Usai Menjalani Penerbangan Jarak Jauh
Pada saat kita menjalani penerbangan jarak jauh, sejumlah dampak bisa dialami oleh tubuh.
Penerbangan jarak jauh atau long-haul flight adalah bagian dari pengalaman perjalanan yang tak terhindarkan bagi banyak orang. Namun, tak banyak yang tahu bahwa penerbangan semacam ini dapat memberikan dampak signifikan bagi tubuh kita.
Mulai dari dehidrasi hingga masalah kulit, tubuh kita benar-benar merasakan efek dari berjam-jam berada di ketinggian dan di dalam kabin yang tertekan. Dilansir dari The Healthy, berdasarkan penjelasan dari para ahli di bidang kedokteran penerbangan, berikut adalah beberapa dampak yang bisa dialami tubuh kita setelah menjalani penerbangan jarak jauh.
-
Apa dampak penerbangan luar angkasa terhadap tubuh? Dampak ini meliputi perubahan dalam ekspresi gen yang terkait dengan peradangan, penuaan, dan homeostasis otot yang menunjukkan adaptasi tubuh terhadap lingkungan antigravitasi dan radiasi di luar angkasa.
-
Apa saja penyakit yang umum dialami saat naik pesawat? Berikut adalah tiga masalah kesehatan yang umum dialami oleh penumpang pesawat, beserta cara-cara untuk mengatasinya. 1. Trombosis Vena dalam (Deep Vein Thrombosis, DVT) Salah satu risiko kesehatan utama bagi penumpang yang sering melakukan perjalanan panjang adalah trombosis vena dalam atau DVT. DVT adalah penggumpalan darah yang terjadi di pembuluh vena, umumnya di kaki. Ketika duduk dalam jangka waktu lama di kursi yang sempit tanpa banyak bergerak, sirkulasi darah dapat terganggu dan risiko penggumpalan meningkat. Hal ini diperparah dengan dehidrasi akibat udara kering di dalam pesawat yang membuat darah menjadi lebih kental.Gejala DVT meliputi nyeri, pembengkakan, dan rasa berat di area kaki, terutama di betis. Kondisi ini sangat berbahaya jika bekuan darah bergerak ke organ vital seperti paru-paru, yang bisa menyebabkan emboli paru. 2. Infeksi Virus Pesawat merupakan ruang tertutup yang memperbesar risiko penularan infeksi virus, terutama flu atau demam. Penumpang di ruang sempit ini saling berbagi udara yang bersirkulasi, sehingga risiko paparan virus meningkat. Virus dapat menyebar melalui batuk, bersin, atau kontak dengan permukaan yang terkontaminasi seperti sandaran tangan dan meja makan. 3. Stres dan Kecemasan Selain masalah fisik, stres dan kecemasan sering menjadi masalah bagi mereka yang sering bepergian. Penumpang sering kali merasa tertekan oleh suasana bandara yang ramai, kursi yang sempit, durasi penerbangan yang panjang, dan suara bising di sekitar. Perubahan tekanan udara saat pesawat lepas landas dan mendarat juga bisa memperburuk tingkat stres.
-
Apa dampak buruk polusi udara bagi kesehatan? Sebelumnya, Henie mengatakan bahwa polusi udara erat kaitannya dengan masalah kesehatan. Sakit batuk kini sering dijumpai di sekitar kita. ISPA sendiri tidak hanya batuk, tapi penyakit ISPA juga dimulai dari tenggorokan hingga paru bagian bawah.
-
Apa perubahan yang dialami tubuh manusia saat di luar angkasa? Mengutip Science Alert & Nature, Senin (18/6), tubuh manusia mengalami tekanan besar di luar angkasa, mulai dari paparan radiasi hingga efek disorientasi karena kondisi tanpa bobot. Selama bertahun-tahun, penelitian pada astronaut telah menunjukkan bahwa perjalanan luar angkasa dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti hilangnya massa tulang, masalah jantung, penglihatan, dan ginjal. Temuan menunjukkan bahwa manusia mengalami perubahan pada darah, jantung, kulit, protein, ginjal, gen, mitokondria, telomer, sitokin, dan indikator kesehatan lainnya saat berada di luar angkasa.
-
Apa dampak buruk stres pada kesehatan fisik? Salah satu dampak terbesar dari stres adalah gangguan pada kesehatan fisik. Faktanya, stres kronis dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti sakit kepala dan migrain, gangguan pencernaan, hingga peningkatan risiko penyakit jantung. Selain itu, adanya stres ini juga mampu memperlambat pemulihan di kala kamu sedang menderita suatu penyakit.
-
Bagaimana dampak turbulensi? Turbulensi sendiri dapat dirasakan sebagai guncangan pada tubuh pesawat dan bisa memicu penumpang terluka hingga korban jiwa. Dampaknya juga bisa mencakup kerusakan pesawat hingga kecelakaan fatal.
1. Dehidrasi dan Kehausan
Salah satu efek langsung dari penerbangan jarak jauh adalah dehidrasi. Jonathan MacClements, MD, seorang profesor di Dell Medical School, UT Austin, dan ahli penerbangan medis, menjelaskan bahwa meskipun kabin pesawat terus mengalirkan udara segar, kelembapan udara di ketinggian sangat rendah. Akibatnya, tubuh kita menjadi lebih mudah kehilangan cairan.
"Karena udara yang kering, Anda mungkin merasa sedikit kering atau bahkan dehidrasi," jelas Dr. MacClements. Gejala yang sering muncul adalah sakit kepala ringan, kelelahan, dan pusing. Untuk menghindarinya, sangat penting untuk menjaga asupan cairan dengan banyak minum air, serta menghindari konsumsi alkohol dan kafein yang justru memperburuk dehidrasi.
2. Kulit Kering dan Sensitif
Kelembapan yang rendah di dalam kabin pesawat juga berdampak pada kulit. Pooja Rambhia, MD, seorang dokter kulit bersertifikat, menjelaskan bahwa kulit akan kehilangan kelembapannya karena udara kering ini, yang dapat memperburuk kondisi kulit tertentu seperti eksim atau rosacea. Selain itu, udara kering ini juga bisa menyebabkan kulit lebih sensitif dan rentan terhadap iritasi. Rambhia menyarankan untuk menggunakan serum pelembap dengan bahan seperti asam hialuronat dan krim pelembap yang kaya untuk melindungi kulit, serta memakai tabir surya jika Anda duduk di dekat jendela, karena paparan sinar UV di ketinggian bisa lebih kuat.
3. Pembengkakan pada Kaki
Penerbangan panjang dapat menyebabkan pembengkakan pada kaki. Shane Davis, MD, seorang dokter di bidang kedokteran olahraga, menjelaskan bahwa posisi duduk yang lama dapat menyebabkan cairan terkumpul di kaki bagian bawah, yang dikenal dengan nama edema dependen. Walaupun pembengkakan ini umumnya tidak berbahaya, pada penerbangan panjang, risiko pembentukan bekuan darah atau deep vein thrombosis (DVT) bisa meningkat, terutama bagi mereka yang memiliki masalah kardiovaskular. Untuk mencegahnya, disarankan untuk mengenakan kaus kaki kompresi, tetap terhidrasi, dan bergerak secara teratur selama penerbangan.
4. Gangguan Pencernaan
Penerbangan jarak jauh sering kali menyebabkan gangguan pencernaan. "Perjalanan panjang dapat mengacaukan sistem pencernaan tubuh Anda," kata Dana Ellis Hunnes, PhD, MPH, RD, seorang ahli gizi di UCLA Medical Center. Dehidrasi akibat udara kering, makanan yang tidak biasa, serta kurangnya pergerakan tubuh selama penerbangan dapat menyebabkan konstipasi atau masalah pencernaan lainnya. Untuk mengurangi gejala ini, Hunnes menyarankan untuk tetap terhidrasi, membawa camilan sehat yang biasa dikonsumsi, dan berusaha menjaga waktu makan serta tidur sesuai dengan tujuan perjalanan.
5. Nyeri Sendi
Meskipun terlihat sepele, perjalanan udara bisa menyebabkan rasa sakit pada sendi, terutama bagi mereka yang memiliki masalah pada sendi. Menurut Dr. Davis, perubahan tekanan barometrik pada ketinggian bisa mempengaruhi gas yang ada pada cairan sendi, sehingga menyebabkan rasa nyeri. Untuk mengatasi hal ini, disarankan untuk membawa bantal leher, penyangga punggung, dan melakukan peregangan ringan selama penerbangan.
6. Jerawat dan Masalah Kulit Lainnya
Tidak hanya kulit kering, banyak orang juga mengalami jerawat setelah penerbangan jarak jauh. Rambhia menjelaskan bahwa udara kering di kabin pesawat dapat memicu produksi minyak berlebih, yang pada gilirannya bisa menyumbat pori-pori dan memicu jerawat. Stres akibat perjalanan dan perubahan zona waktu juga dapat meningkatkan kadar hormon stres (kortisol) yang berkontribusi pada timbulnya jerawat. Untuk mencegahnya, disarankan untuk menjaga kebersihan kulit dan menggunakan produk non-komedogenik.
7. Mual dan Pusing
Rasa mual adalah masalah umum yang dihadapi banyak orang selama penerbangan. Dr. MacClements menjelaskan bahwa kabin pesawat dirancang sedemikian rupa untuk mengurangi rasa pusing dan mual, salah satunya dengan posisi kursi yang dimiringkan sekitar 30 derajat. Jika mual tetap terjadi, minuman seperti ginger ale dapat membantu meredakannya. Namun, jika gejala mual berlanjut, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter.
8. Kecemasan dan Kelelahan Mental
Bepergian dalam jangka waktu lama juga dapat meningkatkan rasa cemas, bahkan bagi mereka yang tidak memiliki gangguan kecemasan. Penurunan kadar oksigen di kabin pesawat dapat memengaruhi suasana hati dan memicu kecemasan atau kelelahan mental. Dr. MacClements menyarankan teknik pernapasan, seperti pernapasan kotak, untuk membantu menenangkan diri.
9. Jet Lag dan Gangguan Ritme Sirkadian
Penerbangan jarak jauh, terutama yang melintasi beberapa zona waktu, dapat menyebabkan gangguan pada ritme sirkadian tubuh, yang berujung pada jet lag. Dr. MacClements menyarankan untuk menyesuaikan waktu tidur beberapa hari sebelum perjalanan untuk membantu tubuh beradaptasi dengan zona waktu tujuan. Jika Anda bepergian dari barat ke timur, coba tidur sesuai waktu tidur tujuan Anda. Sebaliknya, jika perjalanan Anda mengarah ke barat, coba tetap terjaga hingga waktu tidur di tujuan.
Penerbangan jarak jauh memang menawarkan kenyamanan dan kemudahan, namun tak dapat dipungkiri, dampak fisik yang ditimbulkan bisa cukup mengganggu. Untuk meminimalkan efek-efek tersebut, penting bagi kita untuk mempersiapkan diri dengan baik, menjaga hidrasi, bergerak secara teratur, dan merawat kulit dengan benar.