Kerap Miliki Emosi Tak Terkendali, Kenali Apa Itu Gangguan Ledakan Marah
Munculnya kemarahan secara mendadak dan sering pada diri kita bisa menjadi salah satu tanda adanya masalah.
Gangguan Ledakan Marah (Intermittent Explosive Disorder atau IED) adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan ledakan kemarahan yang berlebihan dan tidak proporsional terhadap situasi. Dalam gangguan ini, seseorang dapat mengalami perilaku agresif, impulsif, bahkan kekerasan, serta luapan amarah verbal yang sulit dikendalikan.
Meskipun mungkin belum banyak dikenal oleh masyarakat, gangguan ini memengaruhi sekitar 5% populasi di Amerika Serikat, menurut sebuah studi yang menemukan tanda-tanda gangguan ini pada mereka yang mengalami setidaknya tiga kali serangan amarah dalam setahun.
-
Apa penyebab utama kemarahan yang berlebihan? Dilansir dari Real Simpel, Jenny Yip, seorang psikolog klinis, menjelaskan bahwa kebanyakan kemarahan berasal dari perasaan kehilangan kendali. Perasaan terjebak dan tanpa solusi sering kali memicu kemarahan yang berlebihan.
-
Apa yang terjadi di tubuh saat marah? 'Kemarahan memberi tahu kita tentang potensi ketidakadilan dan memberi kita energi untuk menghadapinya,' kata Ryan Martin, PhD, seorang profesor psikologi di University of Wisconsin dilansir dari Self. Namun, ketika kemarahan menjadi kebiasaan yang tidak terkendali, dampaknya bisa berbahaya bagi kesehatan kita.
-
Bagaimana cara kelola marah dengan baik? Mengelola marah dengan baik adalah keterampilan penting yang dapat membantu menjaga kesehatan mental dan fisik, serta memperbaiki hubungan interpersonal.
-
Apa tanda anak mengalami masalah mengelola amarah? Beberapa anak mudah merasa frustasi, meledak atas peristiwa-peristiwa kecil, bahkan bisa berteriak dan menjadi agresif. Hal ini tentu merupakan tanda pengendalian amarah yang tidak baik pada anak.
-
Apa yang bisa dipicu oleh kemarahan? Ketika seseorang marah, tubuh merespons dengan meningkatkan detak jantung dan memicu produksi adrenalin, yang dapat mempersiapkan kita untuk bertindak.
-
Mengapa kita sering merasa marah? Marah adalah emosi manusia yang alami, namun sering kali kita tidak sepenuhnya memahami penyebabnya atau cara mengelolanya dengan baik. Stres dan ketakutan merupakan dua faktor utama yang sering memicu kemarahan.
Dilansir dari Very Well Health, dalam banyak kasus, terapi bicara (talk therapy) menjadi pilihan utama dalam menangani gangguan ini, dengan beberapa orang juga memanfaatkan obat-obatan dan praktik mindfulness untuk mengelola kondisi mereka.
Gejala Gangguan Ledakan Marah
Serangan emosi yang tidak terkendali sering kali disamakan dengan ledakan emosi pada anak-anak yang mengalami tantrum. Namun, gejala IED lebih kompleks dan bisa berdampak signifikan pada kualitas hidup seseorang. Beberapa gejala perilaku yang umum terjadi pada penderita IED meliputi: beradu argumentasi dan teriakan, terlibat dalam perkelahian verbal atau fisik, mengancam orang lain, menyerang hewan atau manusia, serta merusak properti sendiri atau milik orang lain.
Secara fisik, ledakan amarah ini dapat memunculkan gejala seperti gemetar, jantung berdebar-debar, sesak di dada, ketegangan otot, dan sensasi kesemutan. Pada sisi kognitif, penderita IED kerap mengalami pikiran yang tak terkendali, perasaan kehilangan kendali, serta ambang frustrasi yang rendah. Di aspek psikososial, mereka sering kali tidak mampu mengenali dan memahami emosi orang lain dengan baik, sehingga cenderung salah mengartikan emosi orang lain sebagai kemarahan.
Penyebab Gangguan Ledakan Marah
Penyebab pasti IED belum sepenuhnya diketahui. Namun, trauma masa kecil diyakini menjadi salah satu faktor utama dalam pengembangan gangguan ini. Penelitian juga menemukan bahwa faktor genetika dan ketidakseimbangan pada otak turut berperan. Misalnya, penderita IED sering kali memiliki kelainan pada kadar serotonin, neurotransmitter yang terkait dengan perasaan kesejahteraan dan stabilitas suasana hati.
Faktor genetik juga dapat berperan dalam pembentukan sifat agresif pada anak-anak. Sebuah studi menunjukkan adanya hubungan antara respons inflamasi di otak dengan perilaku agresif pada penderita IED, dengan menganalisis berbagai area DNA yang berbeda. Studi tersebut mengindikasikan bahwa orang dengan IED memiliki perbedaan pada area tersebut dibandingkan mereka yang tidak mengalaminya, yang mana perbedaan genetik ini dapat memengaruhi risiko seseorang terkena IED.
Dampak dan Komplikasi
Gangguan Ledakan Marah tidak hanya berdampak pada kesehatan mental, tetapi juga pada hubungan personal dan profesional seseorang. Mereka yang mengalami IED sering kali merasakan penurunan kualitas hidup, serta masalah dengan aspek kehidupan lain, termasuk rentan terhadap penyalahgunaan zat, depresi, kecemasan, gangguan stres pasca-trauma (PTSD), gangguan bipolar, hingga gangguan makan.
Penderita IED juga berisiko lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan fisik seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan stroke. Lebih mengkhawatirkan lagi, penderita IED memiliki risiko lebih tinggi untuk bunuh diri. Sebuah studi menemukan bahwa 38% penderita IED memiliki pikiran untuk bunuh diri (ideasi) dan 17% pernah mencoba bunuh diri. Risiko ini meningkat pada mereka yang dikenal memiliki serangan yang lebih keras dan memiliki lebih dari satu gangguan kesehatan mental.
Pengobatan dan Cara Mengendalikan
Pengobatan IED umumnya melibatkan terapi kognitif-perilaku (Cognitive Behavioral Therapy atau CBT). CBT adalah jenis psikoterapi yang berfokus pada perubahan pola pikir yang terkait dengan kemarahan dan agresi. Terapi ini dapat dilakukan secara individu atau kelompok, dengan penelitian menunjukkan bahwa CBT kelompok dapat membantu penderita IED lebih baik dalam mengelola amarah mereka dan mempelajari keterampilan coping baru untuk menghadapi gejala gangguan ini dalam lingkungan kelompok.
Meskipun tidak ada obat spesifik untuk mengobati IED, beberapa penderita terbantu dengan penggunaan antidepresan yang memengaruhi kadar serotonin di otak. Obat-obatan ini termasuk Celexa (citalopram), Lexapro (escitalopram), Paxil (paroxetine), Prozac (fluoxetine), dan Zoloft (sertraline). Stabilizer suasana hati, obat antipsikotik, dan obat penenang juga digunakan dalam beberapa kasus.
Untuk dapat mengatasi gangguan ini, sangat penting bagi penderita IED untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental dan mematuhi rencana pengobatan mereka. Teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, dan latihan pernapasan dalam, serta menghindari situasi yang dapat memicu amarah, juga dapat membantu dalam pengelolaan gejala IED.
Gangguan Ledakan Marah adalah kondisi serius yang dapat berdampak besar pada kehidupan seseorang, namun dengan diagnosis yang tepat dan pengobatan yang sesuai, penderita dapat mengelola gejala mereka dan meningkatkan kualitas hidup.