Misteri retakan besar Kenya, fenomena yang disebut akan 'belah' Afrika!
Merdeka.com - Sebuah fenomena besar terjadi di benua Afrika, yakni retakan besar Kenya. Hal ini berupa sebuah retakan besar tercipta di Great Rift Valley, yang merupakan bagian dari negara Kenya. Hal ini mencuatkan ketakutan bahwa salah satu bagian dari Afrika tersebut akan berpisah secara harfiah dari Afrika.
Retakan ini pun cukup signifikan dan membuat adanya celah curam di Narok County, salah satu propinsi di Afrika Timur tersebut. Fenomena ini terjadi pada 19 Maret silam.
Great Rift Valley sendiri adalah dataran rendah berbentuk linear di benua Afrika, yang terletak di antara beberapa dataran tinggi atau pegunungan, dan terbentuk akibat keretakan geologis atau patahan.
-
Kapan Afrika akan terbelah? Laporan yang mengutip para ahli geologi berspekulasi bahwa dalam 5 hingga 10 juta tahun ke depan, Afrika akan terbelah menjadi dua.
-
Apa itu retakan alam semesta? Cosmic strings, atau retakan alam semesta, diperkenalkan oleh fisikawan teori Tom W.B. Kibble pada tahun 1970-an. Konsep ini merujuk pada cacat kosmik yang terbentuk pada tahap awal alam semesta.
-
Bagaimana retakan di Mars terbentuk? Para astronom tidak sepenuhnya yakin bagaimana Aganippe Fossa terbentuk, meskipun beberapa berpendapat bahwa hal itu mungkin disebabkan oleh magma di bawah gunung berapi Tharsis Montes yang menyebabkan kerak planet retak dan terbuka.
-
Bagaimana retakan tanah terjadi di Garut? Retakan tampak membentang sejauh 480 meter dengan kedalaman mencapai 12 meter. Sudah dua bulan terakhir masyarakat di Desa Sukamulya, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut hidup dalam ketidaktenangan. Pasalnya, kampung mereka mengalami pergerakan tanah yang cukup parah, dengan kondisi retakan lebar dan memanjang.
-
Kapan retakan di Mars terbentuk? Hal ini mungkin terjadi sekitar 50 juta tahun yang lalu, ketika NASA sebelumnya memperkirakan Arsia Mons berhenti meletus.
-
Dimana retakan tanah terjadi di Garut? Sudah dua bulan terakhir masyarakat di Desa Sukamulya, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut hidup dalam ketidaktenangan. Pasalnya, kampung mereka mengalami pergerakan tanah yang cukup parah, dengan kondisi retakan lebar dan memanjang.
Retakan tersebut bahkan membelah jalan raya tersibuk di Kenya, tepatnya di Mai Mahiu-Narok. Kedalaman retakan mencapai 50 kaki, dengan lebar 20 meter. Kata para ilmuwan, tempat itu hanyalah satu dari ratusan titik rentan di sekitar Great Rift Valley.
Mereka menambahkan, dengan adanya fenomena geologi ini, empat negara yang berada di Tanduk Afrika (Horn of Africa) -- Somalia, setengah dari Ethiopia, Kenya dan Tanzania -- diperkirakan akan terpisah dari Afrika untuk membentuk benua baru.
Benua ini disebut sebagai Lempengan Somalia (Somali Plate) dan akan terbentuk utuh sekitar 50 juta tahun lagi, menurut media lokal All East Africa.
Namun, Misteri Retakan Besar Kenya yang membawa kabar bahwa Benua Afrika terbelah disanggah oleh seorang Phd ahli Geologi Wendy Bohon di Twitter.
"Narasi yang tengah beredar adalah terjadi luka besar yang terbuka dan membelah Afrika menjadi dua. Itu tidak benar. Afrika terbelah tetapi sangat lambat. Hal itu disebut rifting," kata Wendy seperti dikutip dari Indy100. com pada Minggu (8/4/2018).
"Rifting pasti terjadi di Afrika. Hal itu tidak dapat diperdebatkan karena ada banyak literatur ilmiah tentang hal itu. Tetapi rifting terjadi dalam waktu yang sangat lama, seperti jutaan dan puluhan jutaan tahun," lanjutnya.
Menurut Wendy, rifting terjadi melalui gempa bumi dan letusan gunung berapi dan kekuatan geologi lainnya. Dia kemudian membeikan animasi yang menunjukkan bagaimana kerak mengeras sebelum terpecah.
Science Communication Specialist/Geologist dari ncorporated Research Institutions for Seismology di Arizona State University, menyebut banyak peristiwa yang membuat Bumi seakan-akan terbelah seperti yang di Kenya.
"Gempa, aktivitas volkanik dan erosi adalah penyebab retakan itu," katanya.
Namun, menurut Wendy, dalam beberapa waktu dekat, tidak ditemukan adanya gempa di area itu.
"Jaringan seismik di sini sangat jarang tetapi kami mendeteksi gempa yang cukup besar untuk mengganggu tanah dengan cara ini," lanjutnya.
Perempuan yang aktif dalam gerakan 500 Women Scientist kemudian menjelaskan sejarah gempa di Kenya yang belakangan ditemukan jarang terjadi aktivitas geologi.
Namun, Wendy mendapat kesimpulan mengapa telah terjadi retakan besar di Kenya.
Rupanya, ada sejumlah hujan deras dan banjir melanda Kenya.
"Hujan deras di sejumlah daerah di dunia bisa membuat reatakan besar, seakan-akan Bumi terbelah. Seperti yang terjadi di Arizona berikut ini," jelas Wendy.
"Kebanyakan ahli geologi sepakat, hujan besar mampu menciptakan retakan tanah eperti habis ditimpa gempa," kata Wendy.
"Namun, sejauh ini, yang kami belum ketahui adalah, mengapa bisa begitu, apa yang berada di bawah permukaan bumi di Kenya," tulis Wendy lagi.
Menurut Wendy, mungkin tanah di situ terbentuk di atas fitur ekstensional yang lebih tua yang diisi dengan tanah lunak yang mudah hancur.
Keretakan mungkin terbentuk karena memang ada patahan. Kedua hal ini terkait erat dengan rifting, tetapi tidak ada yang aktif pada saat retakan terjadi.
"Kami membutuhkan lebih banyak data, bukti, dan observasi langsung dari para ilmuwan di lapangan untuk mengetahui subtema geologi dari fitur ini, yang hanya menarik bagi para ahli geologi."
"Saya pikir mekanisme penyebab yang mendasari (penghapusan air tanah, fitur ekstensional baru-baru ini, dll) masih bisa diperdebatkan. Tetapi narasi media bahwa luka ini merobek Afrika secara terpisah tidak benar. Kita sudah tahu Afrika sedang rifting! Tetapi tidak dengan cara ini," tutup Wendy, soal retakan di Kenya itu.
Aktivitas Geologi
Di kawasan Great Rift Valley, terdapat aktivitas geologis paling aktif. Terlebih, gunung berapi perisai Suswa berada di dasar lembah.
"Lembah ini memiliki sejarah aktivitas tektonik dan gunung berapi," kata ahli geologi David Adede.
"Sementara keretakan itu tidak aktif secara tektonik di masa lalu. Mungkin ada gerakan yang jauh lebih hebat di dalam kerak Bumi, yang mengakibatkan zona rentan (zone of weakness) meluas sampai ke permukaan."
Zona-zona rentan ini membentuk garis patahan dan celah yang biasanya diisi oleh abu vulkanik, kemungkinan besar berasal dari Gunung Longonot.
Menurut para ilmuwan dari New Mexico Institute of Mining and Technology, retakan besar tersebut membagi Afrika menjadi dua lempeng tektonik. Hal ini dikarenakan lempeng tektonik sendiri diketahui hampir tak akan pernah diam. Lempeng ini saling bertabrakan satu sama lain. Lempeng tektonik juga dapat bergerak secara terpisah.
Hal ini membuat ada dua lempeng tektonik di Benua Hitam, pertama adalah lempeng Nubia yang mencakup sebagian besar benua, sedangkan lempeng kedua adalah lempeng Somalia dengan luas wilayah lebih kecil.
Ilmuwan memperkirakan, lempeng Somalia telah bergeser sejauh 2,4 sentimeter per tahun dari lempeng Nubia, dan membuat Retakan Besar Kenya terasa masuk akal.
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini ada lima samudra di Bumi yaitu Samudra Pasifik, Atlantik, Arktik, Antartika, dan Hindia.
Baca SelengkapnyaIlmuwan berhasil mengilustrasikan bagaimana lempengan Bumi bergerak selama 1,8 miliar tahun.
Baca SelengkapnyaFenomena Mata Sahara dengan struktur melingkar berdiameter 40 km ini diduga terbentuk sejak 98 juta tahun lalu berdasarkan penanggalan Argon.
Baca SelengkapnyaTemuan yang diperoleh dari analisis berlian langka yang terbentuk pada kedalaman 660 kilometer di bawah permukaan Bumi.
Baca SelengkapnyaPenelitian terbaru menemukan besarnya asteroid yang menghantam Bumi. Peristiwa ini yang membuat dinosaurus punah.
Baca SelengkapnyaSetelah satu dekade, Ilmuwan akhirnya berhasil ungkap misteri di balik kawah besar di Siberia.
Baca SelengkapnyaBerikut adalah gempa Megathrust yang pernah terjadi di dunia.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum informasi tentang apa itu gempa megathrust, penyebab, dan dampaknya yang perlu diketahui.
Baca SelengkapnyaPertemuan lempeng tektonik adalah kunci dalam pembentukan gunung.
Baca SelengkapnyaDikenal sebagai negara kepulauan yang berada di Cincin Api Pasifik, Indonesia memiliki lebih dari 130 gunung berapi aktif.
Baca SelengkapnyaPaleontolog menemukan jejak kaki dinosaurus itu di benua Amerika Selatan dan Afrika yang ratusan juta tahun lalu adalah satu benua besar.
Baca Selengkapnya