Hindari Jerat Riba, Pria Ini Mulai Usaha Sejak SD dan Kini Raup Omzet Rp70 Juta per Bulan
Terlahir dari keluarga yang hanya sebatas cukup, dia memulai usaha kecil dengan menjual pin custom dari barang bekas saat masih SMP.
Kisah ini dimulai ketika Rizki masih duduk di bangku SD. Dia sudah menunjukkan minat pada dunia jual-beli.
Hindari Jerat Riba, Pria Ini Mulai Usaha Sejak SD dan Kini Raup Omzet Rp70 Juta per Bulan
Hindari Jerat Riba, Pria Ini Mulai Usaha Sejak SD dan Kini Raup Omzet Rp70 Juta per Bulan
Belajar dari kegagalan usaha orang tuanya karena riba, Muhammad Rizki sukses rintis usaha meskipun sempat gagal berkali-kali. Storilines Studio Foto di Blitar jadi bukti kesuksesan jerih payahnya.
Kisah ini dimulai ketika Rizki masih duduk di bangku SD. Dia sudah menunjukkan minat pada dunia jual-beli. Terlahir dari keluarga yang hanya sebatas cukup, dia memulai usaha kecil dengan menjual pin custom dari barang bekas saat masih SMP. Dengan uang saku harian yang minim, usahanya berjalan cukup sukses selama tiga tahun.
Masuk masa SMK, Rizki mengambil langkah sesuai saran orang tuanya dengan menekuni jurusan multi-media. Sejak masa itulah, dia banyak belajar dunia percetakan. Saat itu pula dia kembali membuka usaha percetakan ID card. Dengan modal Rp50.000, dia bisa meraup untung hingga Rp300.000.
Momen kuliah pada 2015, dia mengambil jurusan broadcasting. Saat itu dia lebih banyak memperoleh ilmu dari teman-teman kampus karena kuliahnya yang mandek saat semester 4. Hal itu terjadi karena dia memiliki job editing video yang banyak, hingga dia memutuskan lebih memilih kerja.
"2015 pada saat itu orang yang ngerjain video traveling itu masih jarang. Saya melakukan pekerjaan itu jadi banter. Se-Jawa Timur semuanya masuk ke saya,” kata Rizki dalam video Youtube Pecah Telor, Rabu (27/3).
Tak hanya harus menanggung beban biaya kuliah sendiri, dia juga harus merasakan perekonomian keluarganya hancur. Usaha milik keluarganya yang sempat ramai harus bangkrut.
Bahkan 17 kartu kredit yang digunakan sebagai modal usaha tersebut mandek total. Dia dan ketiga adiknya sampai dikejar-kejar oleh debt collector. Akhirnya dia memutuskan untuk menjual aset yang dimilikinya seperti komputer, kamera, tripod dan lain-lain.
Masa bangkitnya dimulai setelah dia memutuskan kembali ke Blitar bersama istrinya. Dari pengalamannya saat masih menjadi driver ojek online, dia memiliki ide bisnis yang cemerlang untuk usaha rumah makan milik orang tuanya.
Saat itu, dia mendaftarkan warung makan orang tuanya dengan berbagai macam nama dengan tujuan untuk menarik lebih banyak pelanggan.
Tak disangka-sangka, ide cemerlangnya mampu membuat usaha warung makan tersebut mencapai omset Rp7- 8 juta per hari.
Saat itu juga dia mulai mendapat pekerjaan dari wedding dari teman-temannya. Dia menerima semua pekerjaan tanpa memikirkan bayaran yang didapat. Mulai dari Rp50.000 hingga Rp150.000 dia terima. Dia menjalani pekerjaannya kembali dengan bermodal kamera pinjam milik adiknya.
“Kebetulan momen itu wedding tiba-tiba ramai, keajaiban Tuhan, kebetulan tiba-tiba weddingan ramai,” ungkapnya.
Dari penghasilan itulah dia mulai mengumpulkan barang kecil-kecil sebagai modal membangun studio fotonya. Mulai dari kursi, karpet, kamera, cat, komputer, dan background studio.
Saat mulai merintis bisnis studio foto, dia juga mengalami ujian. Hal tersebut terjadi saat dia mendapat 1 job freelance bersamaan dengan 5 pekerjaan yang harus dikerjakan di studionya. Akhirnya dia nekat mengajak istrinya untuk membantu pekerjaannya.
Karena peralatan yang belum canggih dan istrinya yang baru belajar dalam dunia foto, hasil dari pemotretan di studio miring semua. Dari kesalahan itu akhirnya dia berpikir bagaimana caranya membuat foto yang bagus. Akhirnya, dia menemukan inovasi baru dalam bentuk editing. Dia mulai menempelkan berbagai elemen dalam foto yang membuat foto itu terlihat apik.
Tak hanya editing, dia juga menerapkan strategi marketing mulai dari instagram, tiktok, dan google map untuk membuat studio fotonya terkenal. Awalnya studio itu 5 orang sampai bokingan itu naik ke 500 bokingan.
Dengan keuletan yang ia lakukan sejak awal membangun usahanya, kini studio fotonya telah memiliki 3 cabang dengan 9 karyawan serta menghasilkan omset mulai Rp60-70 juta per bulan.
Dari kegagalan yang dia lalui saat membangun usahanya, dia memegang 2 point penting yaitu semangat kerja keras serta pantang menyerah. Baginya kegagalan adalah guru terbaik.
“Kalau di dunia pekerjaan kesalahan-kesalahan itu merupakan guru terbaik bagi saya,” ujarnya.