Arkeolog Temukan 33 Makam Kuno Berusia 2600 Tahun di Mesir, Berisi Mumi yang Menderita Penyakit Menular
Sekitar 30-40 persen orang yang dimakamnkan di situs ini meninggal ketika masih bayi dan remaja.
Sekitar 30-40 persen orang yang dimakamnkan di situs ini meninggal ketika masih bayi dan remaja.
-
Apa yang ditemukan oleh para arkeolog di Mesir Kuno? Pada awal milenium pertama, banyak mumi di Mesir ditemukan dengan potret seperti aslinya yang memperliahatkan mata mumi yang cerah, gaya rambut, dan perhiasannya.
-
Bagaimana para arkeolog mengetahui asal manik-manik di makam kuno? Arkeolog Moisés Valadez Moreno dari Institut Antropologi dan Sejarah Nasional Meksiko (INAH) mengungkapkan bahwa sebagian besar manik-manik ini berasal dari 186 mil (300 kilometer), arah timur menuju Teluk Meksiko.
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di makam kuno di wilayah Segzabad? Arkeolog dari Universitas Tehran menemukan sisa-sisa tengkorak bocah berasal dari 3.000 tahun lalu selama penggalian di sebuah situs pemakaman kuno di wilayah Segzabad, Provinsi Qazvin, di Iran.
-
Apa yang membuat arkeolog kagum tentang kota kuno ini? Reruntuhannya menawarkan wawasan tentang perencanaan dan rekayasa yang digunakan untuk membangunnya.
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di Mesir? Saat menggali sebuah kuburan kuno di Mesir, para arkeolog membuat penemuan langka. Penemuan langka ini benar-benar mengejutkan ahli yang melakukan penggalian. Lantas, apa yang mengejutkan?Sebuah tumor ovarium yang tersemat di panggul seorang wanita yang meninggal lebih dari 3000 tahun.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di kotoran mumi? Penelitian ini mengungkap penduduk Karibia kuno memakan berbagai macam tanaman, tembakau, bahkan kapas.
Arkeolog Temukan 33 Makam Kuno Berusia 2600 Tahun di Mesir, Berisi Mumi yang Menderita Penyakit Menular
Puluhan makam keluarga yang berisi mumi dan artefak ditemukan di dekat kota Aswan, bagian selatan Mesir.
Sebuah misi arkeologis Mesir-Italia menemukan 33 makam saat bekerja di dekat Mausoleum Aga Khan di sebelah barat Aswan, sebagaimana diumumkan oleh Kementerian Pariwisata dan Purbakala Mesir pada hari Minggu.
Makam tersebut berasal dari Periode Akhir Mesir Kuno (664-332 SM), periode Ptolemeus ketika negara tersebut diperintah oleh dinasti berbahasa Yunani (305-30 SM), dan periode Romawi (30 SM-641 M).
“Penemuan ini menambah sejarah baru di kawasan Aga Khan,” kata Dr. Mohamed Ismail Khaled, Sekretaris Jenderal Dewan Tertinggi Purbakala, seperti dilansir laman The National, Selasa (25/6).
Kepala Sektor Purbakala Mesir di Dewan Purbakala Tertinggi, Dr. Ayman Ashmawy mengatakan studi pendahuluan mengenai kerangka mumi menunjukkan 30 persen hingga 40 persen dari mereka yang dikuburkan di makam tersebut meninggal pada usia muda, mulai dari bayi baru lahir hingga remaja.
- Arkeolog Temukan Makam Dua Bocah Laki-Laki Berusia 1.600 Tahun, Dikubur Bersama Hewan dan Perhiasan Emas
- Arkeolog Temukan Kolam Renang di Sebuah Vila Mewah Milik Sosialita Romawi Kuno, Dilengkapi Mosaik dari Marmer
- Arkeolog Temukan Makam 'Wali Kota' Zaman Batu Berusia 6.800 Tahun, Dikubur Bersama Gigi Babi Hutan
- Gali Makam Kuno, Arkeolog Temukan Tumpukan Daun Berusia 2.200 Tahun Masih Utuh
Makam-makam tersebut memiliki desain arsitektur yang bervariasi. Beberapa memiliki pintu masuk berkubah yang didahului dengan halaman terbuka dan dikelilingi oleh dinding batu bata lumpur, sementara yang lain diukir langsung pada batu gunung.
Di antara penemuan di dalam makam tersebut terdapat beberapa mumi, termasuk mumi seorang dewasa, kemungkinan seorang wanita, dan seorang anak yang mungkin meninggal antara usia satu dan dua tahun. Kedua mayat itu ditemukan masih bersebelahan di dalam sarkofagus batu, sebuah misteri yang rencananya akan diselidiki lebih lanjut oleh misi tersebut.
Temuan lainnya termasuk sisa-sisa karton berwarna, patung tanah liat dan batu, peti mati kayu, dan meja persembahan. Dr. Abdel Moneim Saeed, Pengawas Umum Purbakala Aswan dan Nubia sekaligus direktur misi pihak Mesir, menyatakan kelas menengah penduduk Pulau Aswan dimakamkan di bagian pekuburan ini, sedangkan bagian atas diperuntukkan bagi kelas atas.
Teknologi canggih, termasuk analisis sinar-X, digunakan untuk mempelajari mumi yang ditemukan, mengungkap rincian tentang fitur wajah, jenis kelamin, usia saat kematian, dan adanya penyakit organik.
Dr. Patrizia Piacentini, profesor Egyptology atau ahli Mesir di Universitas Milan dan direktur misi pihak Italia, mengatakan studi pendahuluan pada mumi menunjukkan beberapa mumi menderita penyakit menular, kelainan tulang, anemia, malnutrisi, penyakit dada, TBC, dan osteoporosis. Beberapa ditemukan meninggal pada usia lanjut karena penyakit tulang yang parah.
Misi tersebut diperkirakan akan melanjutkan pekerjaannya di situs tersebut, dengan tujuan untuk mengetahui lebih banyak tentang penduduk kuno di daerah tersebut.