Arkeolog Temukan Benih Tanaman Beracun dalam Tulang Hewan, Narkotika Orang Romawi Kuno
Benih ini ditemukan di desa permukiman Romawi kuno di Belanda.
Benih ini ditemukan di desa permukiman Romawi kuno di Belanda.
-
Apa yang ditemukan di makam Romawi kuno tersebut? Ilmuwan mengatakan mereka menemukan sisa-sisa sebuah muasoleum Romawi atau makam besar dengan "kondisi terawetkan yang mencengangkan".
-
Apa yang ditemukan arkeolog di situs Romawi kuno Berryfields? Arkeolog menemukan empat butir telur ayam berusia 1.700 tahun saat menggali di permukiman Romawi kuno bernama Berryfields di Ingggris tengah, antara tahun 2007 dan 2016.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di saluran pembuangan kuno Romawi? Arkeolog menemukan patung dewa Yunani, Hermes, dengan panjang 2 meter, di Bulgaria tenggara yang berdekatan dengan perbatasan Yunani.
-
Mengapa sarkofagus Romawi kuno di Iznik menarik perhatian arkeolog? Meric menambahkan, dua sarkofagus ini dibuat pada masa Kekaisaran Romawi, pada abad kedua Masehi. Keduanya diletakkan berdampingan. Sarkofagus ini dihias dengan relief Eros di ketiga sisinya.
-
Di mana makam Romawi kuno ini ditemukan? Arkeolog menemukan makam Romawi langka di dekat Stasiun London Bridge, Inggris.
-
Di mana makam batu Romawi kuno dengan kepala banteng berukir ditemukan? Makam ini ditemukan di pekuburan kuno Romawi di Turki. Penggalian yang dilakukan oleh para arkeolog di pekuburan kuno Tharsa, berhasil menemukan makam bersama dua ukiran kepala banteng, yang sudah ada sejak zaman Romawi kuno, periode sejarah yang dimulai dari pendirian kota Roma pada abad ke-8 SM hingga keruntuhan Kekaisaran Romawi pada abad ke-5 M.
Arkeolog Temukan Benih Tanaman Beracun dalam Tulang Hewan, Narkotika Orang Romawi Kuno
Para arkeolog menemukan bukti konklusif pertama tentang keberadaan tanaman halusinogen dan beracun yang diperkirakan telah digunakan pada zaman Romawi. Biji tanaman ini ditemukan di dalam tulang hewan di pemukiman Romawi yang disebut Houten-Castellum di Belanda.
Tulang hewan berlubang tersebut menyimpan ratusan benih dari tanaman yang dikenal sebagai henbane hitam atau ramuan gila (Hyoscyamus niger). Karena tulang domba atau kambing itu ditutup dengan sumbat tar dari kulit kayu birch, para peneliti menyimpulkan benih tersebut digunakan dengan sengaja.
"Karena tanaman tersebut bisa tumbuh di dan sekitar permukiman, benihnya bisa berakhir di situs arkeologi secara alami, tanpa campur tangan manusia," jelas ketua peneliti dan penulis penelitian dari Universitas Free di Berlin, Maaike Groot.
- Menggali di Telaga Pemandian Kuno, Arkeolog Temukan Bangunan Romawi Berusia 1.500 Tahun
- Arkeolog Temukan 'Kerajaan Tersembunyi' di Kota Romawi Kuno Berusia 2200 Tahun, Ada 57 Situs yang Saling Terhubung
- Arkeolog Temukan Lantai Mosaik Berusia 2.000 Tahun Bergambar Lumba-Lumba, Dibuat Orang Kaya Romawi
- Berawal dari Rasa Penasaran, Bocah Ini Bantu Arkeolog Gali Kota Romawi Kuno, Temuannya Mengejutkan
"Temuan ini unik dan memberikan bukti tidak terbantahkan terkait penggunakan biji henbane hitam secara sengaha pada masa Romawi Belanda," lanjutnya, dikutip dari Arkeonews, Jumat (9/2).
Arkeolog memastikan benih tersebut sengaja dimasukkan ke dalam tulang hewan sepanjang 7,2 sentimeter.
Tulang tersebut berasal dari antara tahun 70 dan 100 Masehi berdasarkan model keramik dan bros kawat yang ditemukan di lubang berlumpur yang sama.
Berdasarkan analisis bioarkeologi, tulang berongga itu diambil dari tulang paha domba atau kambing, dengan tar kulit kayu birch sebagai penutup di salah satu ujungnya.
Biji henbane hitam diidentifikasi dari kandungan hyoscyamine tarnya.
Ini adalah kejadian pertama yang diketahui mengenai benih yang sengaja disimpan untuk digunakan nanti.
Henbane hitam adalah tanaman yang sangat beracun dengan khasiat obat dan psikoaktif. Sisa-sisanya umum ditemukan di situs arkeologi di Eropa Barat Laut karena tumbuh liar di dekat pemukiman manusia, sehingga sulit untuk menentukan apakah itu sengaja digunakan.
Penulis Romawi, Pliny sang Tetua, menulis tentang penggunaan tanaman ini sebagai obat hampir 2.000 tahun yang lalu. Ini termasuk penyakit gigi, sakit telinga, dan sengatan serangga. Sumber-sumber ini menunjukkan bahwa obat tersebut digunakan untuk tujuan pengobatan dan tidak dianggap sebagai obat rekreasional, menurut penelitian tersebut.
Penemuan ini menunjukkan penggunaan henbane mungkin merupakan hal yang lumrah karena pemukiman tersebut terletak di pinggiran pedesaan Kekaisaran Romawi.
“Studi kami berkontribusi pada diskusi tentang bagaimana membedakan antara gulma yang secara alami berakhir di kumpulan archaeobotanical dan tanaman yang sengaja digunakan oleh manusia,” kata Groot. “Kami berpendapat bahwa penemuan henbane hitam di masa depan harus dipelajari dengan mempertimbangkan konteks penemuan dan hubungannya dengan tanaman obat lain.”
Analisis mengungkapkan, henbane hitam sering dikaitkan dengan 13 spesies lain yang berpotensi digunakan sebagai obat atau simbolis di 83 situs Romawi di Belanda. Hal ini berarti bahwa tanaman tersebut tidak selalu tumbuh secara alami, melainkan dibudidayakan. Akhirnya, temuan baru ini memberikan bukti kuat tentang penggunaan biji henbane hitam secara sengaja pada zaman Romawi.
Studi ini akan diterbitkan dalam jurnal akademik Antiquity edisi April.