Ilmuwan Ciptakan Spageti Tertipis di Dunia Tapi Tak Bisa Dimakan, 200 Kali Lebih Tipis dari Rambut Manusia
Temuan ini berhasil menjadi terobosan baru dalam bidang kedokteran.
Para peneliti asal Universitas London baru-baru ini menciptakan “spageti” tertipis di dunia yang hanya berukuran 372 nanometer atau setara 200 kali lebih tipis dari rambut manusia.
Meskipun spageti ini tidak dapat disajikan di piring, temuan ini berhasil menjadi terobosan baru dalam bidang kedokteran dan industri. Sayangnya, spageti terkecil di dunia ini bukanlah makanan melainkan serat nanofiber yang terbuat dari tepung yang kaya akan pati.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan? Ilmuwan menemukan dua spesies dinosaurus baru, yang hidup 66 juta tahun lalu.
-
Apa yang diamati oleh para ilmuwan? Para ilmuwan berhasil menyaksikan dua pasang lubang hitam supermasif yang hampir bertabrakan. Dua fenomena alam itu terletak jutaan hingga miliaran tahun cahaya dari Bumi.
-
Apa yang para ilmuwan temukan tentang keheningan? Para ilmuwan telah menemukan bahwa keheningan sebenarnya adalah suara.
-
Apa yang dipelajari dalam ilmu biologi? Biologi adalah studi tentang organisme hidup dan bagaimana mereka menjalani proses kehidupan.
"Untuk membuat spageti, Anda memasukkan campuran air dan tepung ke mesin adonan. Dalam penelitian ini, kami melakukan hal yang sama, namun kami menarik campuran tepung dengan muatan listrik. Ini benar-benar spageti, tetapi ukurannya jauh lebih kecil," kata salah satu penulis penelitian, Dr. Adam Clancy, seperti dikutip dari laman Interesting Engineering, Jumat (22/11).
Lapisan nanofiber yang dihasilkan berukuran sekitar 2 cm dan dapat dilihat dengan mata telanjang tetapi setiap helainya terlalu tipis untuk dilihat dengan mikroskop standar. Para peneliti mengukur dimensinya menggunakan mikroskop elektron pemindaian.
Serat nanofiber ini diciptakan dengan asam pembentuk yang membantu memecah struktur spiral pati pada tepung. Asam ini akan menguap saat serat dipintal ke udara, meninggalkan untaian yang sangat tipis, sehingga memungkinkan terciptanya serat nano.
Punya Manfaat Besar
Alas ini meniru matriks ekstraseluler, sel perancah alami yang digunakan untuk menumbuhkan jaringan, sehingga alas ini menjanjikan untuk regenerasi tulang dan aplikasi medis lainnya.
Serat nanofiber berbahan pati ini sangat luas manfaatnya di antaranya sebagai pembalut luka yang memungkinkan masuknya kelembaban sekaligus mencegah masuknya bakteri, perancah tulang, dan sistem penghantaran obat.
- Ilmuwan Lakukan Penelitian soal Keberadaan Hantu, ini Hasilnya
- Ilmuwan Meyakini Pohon Ini Suatu Saat Jadi Penyelamat Bumi dan Manusia
- Ilmuwan Temukan Jejak Tapak Kaki Manusia Tertua di Dunia Berusia 153.000 Tahun, di Sini Lokasinya
- Ilmuwan Ungkap Manusia Purba Sudah Pakai Sempak Sejak 40.000 Tahun Lalu, Begini Cara Mereka Membuatnya
Semua manfaat ini diperoleh dari porositas, biokompatibilitas, dan biodegradabilitas yang dimiliki serat nanofiber ini. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami perilakunya dalam praktik.
Dr. Clay mengungkapkan, ia dan timnya lebih lanjut akan mempelajari seberapa cepat serat-serat ini hancur dan bagaimana serat-serat in berinteraksi dengan sel, serta rencana untuk produksi serat dalam skala besar.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti