Ilmuwan Ungkap Kapan Matahari Akan Mati dan Berhenti Bersinar, Picu Peristiwa Mengerikan Ini
Usia Matahari diperkirakan mencapai 4,6 miliar tahun.
Seperti bintang lainnya, matahari juga akan mengalami kehabisan energi dan akhirnya mati. Para ilmuwan memperkirakan, proses kematian tersebut akan berlangsung melalui beberapa tahap yang dramatis.
Dilansir Science Alert, Kamis (31/10), usia matahari saat ini diperkirakan sekitar 4,6 miliar tahun. Diprediksi, matahari akan mati dalam waktu sekitar 10 miliar tahun ke depan. Tim ilmuwan yang dipimpin fisikawan Amornrat Aungwerojwit dari Universitas Naresuan Thailand melakukan analisis terhadap perubahan kecerahan jangka panjang pada tiga bintang kerdil putih untuk memahami dampaknya terhadap sistem planet di sekitarnya.
-
Bagaimana para astronom mempelajari atmosfer planet di luar tata surya? Para astronom sekarang dapat menganalisis atmosfer planet yang mengorbit bintang jauh, mencari bahan kimia yang hanya dapat dihasilkan oleh organisme hidup, seperti yang terjadi di Bumi.
-
Siapa yang menentang teori Copernicus tentang tata surya? Ia menentang teori Ptolemeus yang didukung Gereja bahwa Bumi berada di pusat alam semesta, dengan matahari dan bintang-bintang berputar mengelilinginya.
-
Apa yang diyakini oleh sejumlah ilmuwan tentang tata surya kita? Sejumlah Ilmuwan Meyakini Ada Planet Tersembunyi di Tata Surya Ini Ilmuwan ingin menggali potensi keberadaan planet lain di dalam tata surya.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan di luar Tata Surya? Teleskop luar angkasa, James Webb milik NASA menemukan sebuah planet di luar Tata Surya.
-
Planet apa yang disebut ilmuwan lebih panas dari Matahari? Sebuah objek yang mengorbit bintang berjarak 1.400 tahun cahaya secara serius menentang gagasan tentang apa yang mungkin terjadi di alam semesta. Planet ini disebut-sebut lebih panas dari matahari. Planet ekstrasurya yang masuk pada kategori Katai Coklat ini diduga memiliki suhu melebihi 8.000 Kelvin atau 7.727 derajat celcius.
-
Apa yang ditemukan para ilmuwan di tepi Tata Surya? Para ilmuwan menemukan indikasi adanya dua Sabuk Kuiper, atau setidaknya dua komponen terpisah di sabuk ini, yang berada di tepi Tata Surya.
Berdasarkan analisis tersebut, kematian matahari akan menyebabkan beberapa planet di sekitarnya hancur. Merkurius dan Venus, misalnya, akan hancur dan ditarik oleh matahari, mirip dengan nasib planet lain yang berada di posisi terdalam dalam tata surya.
Sementara itu, apakah Bumi bisa bertahan atau tidak sangat tergantung pada perubahan orbitnya akibat pengurangan massa matahari dan interaksi antar planet yang berubah. Jika Bumi berhasil selamat, kondisi planet ini akan sangat berbeda dari yang kita kenal saat ini. Menurut para peneliti, ketika saatnya tiba bagi matahari, umat manusia kemungkinan besar sudah tidak ada lagi di Bumi. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa manusia hanya memiliki waktu sekitar 1 miliar tahun untuk menghuni planet ini.
Seiring dengan itu, Bumi akan semakin tidak nyaman untuk dihuni akibat peningkatan kecerahan matahari yang mencapai sekitar 10 persen setiap 1 miliar tahun. Kenaikan kecerahan ini akan berdampak pada kehidupan di Bumi. Lautan akan menguap, dan permukaan Bumi akan menjadi terlalu panas untuk adanya air.
Ahli astronomi juga berpendapatm di masa depan, matahari dapat merusak pelindung medan magnet planet-planet di sekitarnya. Dikutip Live Science, Kamis (31/10), angin matahari berpotensi mengikis atmosfer Mars setiap tahun. Hal ini terjadi karena Mars tidak memiliki lapisan atmosfer seperti yang dimiliki Bumi. Namun, ada kemungkinan bahwa angin matahari akan mulai mengikis atmosfer Bumi jika ukurannya bertambah besar menjelang akhir hidupnya.
Matahari Akan Bertransformasi
Menurut penelitian pada 2018, pemodelan komputer menunjukkan sekitar 90 persen bintang yang berevolusi menjadi raksasa merah akan mengalami penyusutan menjadi katai putih dan akhirnya bertransformasi menjadi nebula planet. Albert Zijlstra, seorang astrofisikawan dari Universitas Manchester Inggris menjelaskan, saat bintang mati, ia akan melepaskan massa gas dan debu ke ruang angkasa, membentuk sebuah selubung yang dapat mencapai setengah dari massa bintang tersebut.
- Badai Matahari Diperkirakan Berlanjut Hingga 2025, Ini Dampaknya Bagi Bumi
- Bisakah Seseorang Mati Akibat Usia Tua? Ketahui Apa Penyebab Sebenarnya
- Ini Daftar Wilayah di Indonesia Paling Panas, Tembus 35 Derajat Celsius
- Prediksi Mengerikan Ilmuwan soal Matahari akan Mati, Apa yang akan Terjadi dengan Bumi?
Proses ini terjadi ketika inti bintang kehabisan bahan bakar, sehingga bintang tersebut kehilangan cahaya dan akhirnya mati. Setelah itu, matahari kita akan bertransformasi menjadi bintang katai, karena tidak memiliki cukup massa untuk menjadi lubang hitam atau bintang neutron.
Bintang katai putih adalah objek langit yang kecil, redup, dan sangat padat, serta merupakan tahap akhir dari evolusi bintang bermassa rendah dan menengah. Katai putih dikenal sebagai salah satu benda langit dengan materi terpadat ketiga di alam semesta, setelah lubang hitam.
Proses evolusi menuju bintang katai putih memerlukan waktu yang sangat lama, dan bintang katai putih diakui sebagai bintang purba karena usianya diperkirakan antara 12 hingga 13 miliar tahun. Ahli astronomi dapat memperkirakan usia alam semesta dengan menemukan bintang katai putih, seperti yang ada di gugus bintang globular Messier 4, yang dihuni lebih dari 100.000 bintang, dengan sekitar 40.000 di antaranya adalah bintang katai putih.
Hal ini disebabkan fakta bahwa bintang-bintang di gugus tersebut adalah yang tertua di alam semesta, dengan usia mencapai 13 miliar tahun. Dengan demikian, para astronom dapat menggunakan bintang katai putih untuk mengonfirmasi perhitungan usia alam semesta yang diperkirakan sekitar 13,5 miliar tahun.