Kota Kuno Terbesar di Dunia Ini Hilang Pada Abad ke-13, Peneliti Temukan Penyebabnya Ternyata Bukan Perubahan Iklim
Kota kuno itu mampu menampung lebih dari 50.000 orang di masa pra-Columbus.
Cahokia, salah satu kota kuno terbesar di dunia yang saat ini berada di St Louis, Amerika Serikat, tidak tiba-tiba menghilang akibat perubahan iklim pada akhir abad ke-13 seperti yang diperkirakan sebelumnya.
Pemukiman pra-Columbus, yang menampung lebih dari 50.000 orang dengan jalan yang rumit, alun-alun umum, dan bahkan sebuah observatorium astronomi, secara bertahap ditinggalkan karena penduduknya pindah untuk mencari peluang yang lebih baik. Demikian menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal The Holocene.
-
Apa yang ditemukan di kota kuno itu? Puing-puing yang ditemukan dari situs tersebut termasuk tembikar, manik-manik, patung, bagian dinding, serta tulang dan gigi manusia, dengan penanggalan karbon yang menunjukkan bahwa benda-benda tersebut berusia hampir 9.500 tahun, menurut laporan BBC News pada saat itu.
-
Apa yang ditemukan di kota kuno ini? Mereka menemukan monumen-monumen yang mengesankan dan mengumpulkan data yang menambah pengetahuan tentang sejarah kota Yunani Kuno ini.
-
Apa saja yang ditemukan di kota kuno tersebut? Temuan pada penggalian tersebut juga mengungkap fase bangunan era Helenistik bagian dari sebuah benteng basilika Romawi dengan kompleks pemandian air panas, bengkel dengan tempat pemerasan anggur zaman Romawi, dan dua gereja Kristen tipe basilika tiga lorong.
-
Bagaimana kota kuno ini ditemukan? Saat kota ini ditemukan, tim arkeolog tengah melakukan pemetaan di dataran rendah Maya tersebut menggunakan laser yang dipancarkan dari pesawat.
-
Bagaimana ilmuwan menemukan kota kuno itu? Para arkeolog menggabungkan penggalian tanah dengan survei area seluas 300 km persegi (116 mil persegi) menggunakan sensor laser yang diterbangkan dengan pesawat yang dapat mengidentifikasi sisa-sisa kota di bawah tumbuhan dan pepohonan yang lebat.
Hingga saat ini, ilmuwan mengira penduduk Cahokia meninggalkan pemukiman itu setelah perubahan iklim memicu kekeringan berkepanjangan dan gagal panen besar-besaran.
Namun, para peneliti dari Universitas Washington di St Louis menemukan, penduduk Cahokia terampil dan tangguh untuk beradaptasi dengan perubahan iklim dan kemungkinan memiliki alasan lain untuk meninggalkan kota tersebut.
Jejak atom karbon
Dalam penelitian baru itu, ilmuwan memeriksa atom karbon yang tertinggal dari fosil tanaman yang tumbuh ketika populasi kota kuno itu runtuh dan kekeringan umum terjadi di seluruh Midwest.
Tumbuhan yang beradaptasi dengan kekeringan seperti rumput padang rumput dan jagung menyerap karbon ke dalam tubuh mereka pada tingkat yang meninggalkan jejak yang jelas dibandingkan dengan tanaman yang dipanen oleh orang Cahokia untuk makanan seperti labu, goosefoot, dan sumpweed.
Dengan menganalisis jejak atom karbon di situs arkeologi Cahokia, ilmuwan menemukan tidak ada perubahan radikal dalam jenis tanaman yang tumbuh di daerah tersebut selama apa yang dianggap sebagai periode kekeringan.
- Arkeolog Temukan Kota Kuno 1.000 SM yang Tak Pernah Disangka Keberadaannya
- Misteri 2.000 Tahun Terpecahkan, Arkeolog Temukan Prasasti Atlet Gulat di Kota Kuno
- Bukan di Mesopotamia, Arkeolog Temukan Kota Tertua di Dunia Berusia 6.000 Tahun Seluas 100 Hektar
- Menggali di Kota Kuno, Arkeolog Temukan Alun-Alun Berusia 2.200 Tahun dengan Pilar Bergambar Kepala Banteng dan Dewa Apollo
"Kami tidak melihat bukti rumput padang rumput mengambil alih, yang kami harapkan dalam skenario di mana gagal panen yang meluas terjadi," kata rekan penulis studi Natalie Mueller.
"Mungkin saja mereka tidak benar-benar merasakan dampak kekeringan," kata Caitlin Rankin, penulis studi lainnya, seperti dilansir the Independent.
Para peneliti sekarang menduga masyarakat yang canggih hampir pasti memiliki sistem penyimpanan untuk biji-bijian dan makanan lain yang dapat memberi mereka kemampuan bertahan hidup selama periode kekeringan tersebut.
Mereka mengatakan masyarakat pra-Columbus juga telah beradaptasi dengan beragam makanan termasuk ikan, burung, rusa, buah-buahan hutan, dan kacang-kacangan, yang akan membuat mereka tetap tercukupi kebutuhannya meskipun beberapa sumber makanan menghilang.
Para ilmuwan mengatakan ditinggalkannya kota kuno itu merupakan proses yang bertahap.