Setelah Mencari ke Tiga Negara, Ilmuwan Akhirnya Temukan Biji Anggur Tertua Berusia 60 Juta Tahun, Ungkap Peristiwa Kepunahan Massal
Tanaman buah anggur sudah ada sejak zaman dinosaurus.
Tanaman buah anggur sudah ada sejak zaman dinosaurus.
-
Kapan fosil dinosaurus itu ditemukan? Fosil yang ditemukan pada Mei lalu di dekat sebuah waduk di kotamadya Sao Joao do Polesine itu diperkirakan berusia sekitar 233 juta tahun.
-
Bagaimana fosil dinosaurus ini ditemukan? Fosil lebih mungkin muncul setelah hujan, karena air mengungkap material dengan menghilangkan sedimen yang menutupinya, dalam fenomena yang dikenal sebagai pelapukan.
-
Bagaimana proses penemuan fosil dinosaurus ini? Spesies aneh ini dijelaskan setelah penemuan fosil yang diambil dari Kabupaten Zhenghe, Provinsi Fujian, China.
-
Di mana lokasi penemuan fosil spesies dinosaurus ini? Spesies aneh ini dijelaskan setelah penemuan fosil yang diambil dari Kabupaten Zhenghe, Provinsi Fujian, China.
-
Apa yang ditemukan para ilmuwan tentang dinosaurus di masa lalu? Salah satu perkembangan paling mengejutkan dalam paleontologi dalam beberapa tahun terakhir adalah penemuan bahwa banyak dinosaurus yang memiliki bulu.
-
Apa yang ditemukan oleh para ahli paleontologi di Argentina? Ahli paleontologi Argentina temukan fosil dinosaurus sauropoda rebbachisaurid, berusia 90 juta tahun.
Setelah Mencari ke Tiga Negara, Ilmuwan Akhirnya Temukan Biji Anggur Tertua Berusia 60 Juta Tahun, Ungkap Peristiwa Kepunahan Massal
Para peneliti mencari fosil biji anggur mengelilingi tiga negara yaitu Kolombia, Panama, dan Peru. Akhirnya, mereka menemukan biji anggur yang berusia antara 60 dan 19 juta tahun, salah satu contoh biji anggur tertua yang ditemukan di Belahan Bumi Barat.
Para peneliti berpendapat, perkembangbiakan buah anggur mungkin terjadi sebagai akibat dari perubahan lingkungan setelah kepunahan Kapur-Paleogen.
Fosil biji anggur tertua di dunia ditemukan di India, berusia 66 juta tahun. Biji buah ini membatu karena terkena dampak Chicxulub, yang memusnahkan dinosaurus non-unggas dan 76 persen dari seluruh spesies yang hidup di planet ini. Peristiwa tersebut memberikan dampak dahsyat bagi nenek moyang buah anggur.
- Ilmuwan Temukan Fosil Dinosaurus Terkecil Berusia 80 Juta Tahun, Ukurannya Hanya Sebesar Kancing Baju & Masih Lengkap dengan Embrionya
- Ilmuwan Temukan Burung Berusia 120 Juta Tahun dengan Gigi Sekuat Dinosaurus, di Dalam Perutnya Ada Fosil Ini
- Ilmuwan Temukan Fosil Biji Anggur Berusia 60 Juta Tahun, Ada Kaitannya dengan Kepunahan Dinosaurus
- Daftar Tumbuhan Beracun yang Masih Ada Sejak Zaman Dinosaurus Hingga Saat Ini, Jangan Pernah Iseng Mencobanya
"Kita selalu memikirkan hewan, dinosaurus, karena mereka hal terbesar yang terdampak, tapi peristiwa kepunahan juga punya dampak besar terhadap tanaman," jelas pemimpin penelitian dan asisten kurator paleobotani di Field Museum Chicago, Fabiany Herrera, seperti dikutip dari IFL Science, Kamis (4/7).
Herrera menambahkan, setelah peristiwa kepunahan tersebut, hutan mereset atau tumbuh kembali dengan sendirinya lalu mengubah komposisi tanaman.
"Ini adalah anggur tertua yang pernah ditemukan di bagian dunia ini (Belahan Bumi Barat), dan mereka beberapa juta tahun lebih muda dari (biji anggur) tertua yang pernah ditemukan di bagian lain planet ini," kata Herrera.
"Penemuan ini penting karena menunjukkan bahwa setelah kepunahan dinosaurus, anggur benar-benar mulai menyebar ke seluruh dunia."
Tim peneliti meyakini tidak adanya hewan dalam jumlah besar setelah kepunahan bisa jadi menjadi kuncinya. Hutan berubah, dan anggur (di antara spesies lainnya) menemukan peluang yang tepat untuk berkembang biak dan menyebar secara global.
“Hewan besar, seperti dinosaurus, diketahui mengubah ekosistem di sekitarnya. Kami berpikir jika ada dinosaurus besar yang berkeliaran di hutan, kemungkinan besar mereka akan merobohkan pohon, sehingga secara efektif menjaga hutan lebih terbuka dibandingkan saat ini,” jelas Mónica Carvalho, salah satu penulis makalah dan asisten kurator di Universitas Michigan. Museum Paleontologi
“Dalam catatan fosil, kita mulai melihat lebih banyak tanaman yang memanfaatkan tanaman merambat untuk memanjat pohon, seperti anggur, pada saat ini,” tambah Herrera.
Temuan para peneliti ini diterbitkan dalam jurnal Nature Plants.