Melihat Watu Gilang, Batu Bersejarah Tempat Penobatan Raja Banten yang Penuh Misteri
Selain perannya yang dianggap tidak tergantikan, batu ini konon juga memiliki kisah misteri yang sampai sekarang belum terpecahkan.
Selain perannya yang dianggap tidak tergantikan, batu ini konon juga memiliki kisah misteri yang sampai sekarang belum terpecahkan.
Melihat Watu Gilang, Batu Bersejarah Tempat Penobatan Raja Banten yang Penuh Misteri
Ini adalah Watu Gilang yang amat berpengaruh di masa Kesultanan Banten. Jika tidak ada batu ini, maka penetapan raja yang akan berkuasa tidak bisa dilaksanakan.
(Foto: Kemdikbud)
-
Di mana situs Banten Girang berada? Lalu, ada juga situs Banten Girang yang berbentuk gua dan merupakan peninggalan Kerajaan Sunda saat masih menguasai Banten, sebelum berdirinya Kesultanan Surosowan tahun 932 dan 1030 masehi.
-
Bagaimana Sunan Gunung Jati mendirikan Kerajaan Banten? Setelah wilayah Banten dan sebagian Jawa Barat berhasil dikuasai Demak, Sultan Trenggono lantas menjadikan Syarif Hidayatullah untuk mendirikan kerajaan bercorak Islam di tanah Banten pada 1527.
-
Siapa saja yang berperan dalam memajukan Kesultanan Banten? Dari hasil pajak cukai barang-barang yang diperjual belikan mampu membuat kota itu berdaulat dan mendorong lahirnya Kesultanan Banten lewat kepemimpinan Sultan Maulana Hasanudin.
-
Kapan Dewan Banteng resmi dibentuk? Sebanyak 612 anggota aktif dan pensiunan menyetujui pembentukan Dewan Banteng ini yang dipimpin oleh Letkol Ahmad Husein. Dewan Banteng resmi terbentuk pada tanggal 25 November 1956.
-
Kapan Sri Sultan Hamengkubuwono II memerintah? Ia memerintah pada kurun waktu tahun 1792-1828.
-
Siapa yang memimpin Dewan Banteng? Sebanyak 612 anggota aktif dan pensiunan menyetujui pembentukan Dewan Banteng ini yang dipimpin oleh Letkol Ahmad Husein.
Batu ini bukan sekedar bidang beku yang digunakan untuk menghias sisi ruangan dari keraton. Di masanya, peran batu tersebut sangat penting sebagai media penobatan pemimpin kesultanan.
Selain perannya yang dianggap tidak tergantikan, batu ini konon juga memiliki kisah misteri yang sampai sekarang belum terpecahkan.
Barang siapa yang menggeser atau memindahkan batu ini akan menimbulkan celaka yang ditakuti seisi keraton serta masyarakat Banten di masa silam.
Watu Gilang ini masih tersimpan apik sebagai cagar budaya warisan nenek moyang Banten di masa silam. Berikut kisahnya.
Memiliki Bidang Datar
Terarsip di kebudayaan.kemdikbud.go.id, Watu Gilang berasal dari bahasa Jawa Banten yakni watu yang artinya batu. Panjangnya 190 cm, lebar 121 cm dan tebal 16,5 cm.
(Foto: Liputan6)
Pada bidang atasnya terlihat datar, dan sedikit mengecil di bagian tengah hingga bawah.
Batu ini terdiri dari tumpukan batu-batu kecil seukuran bata merah, dan batu lebar di atasnya.
Lokasi batu ini berada di kawasan Situs Banten Lama, Serang, Banten.
Tempat Penobatan Raja-Raja Banten
Di masa kekuasaan Kesultanan Banten pada 1512 sampai 1813, batu ini menjadi benda milik kerajaan yang sangat penting. Sebab, melalui batu ini penobatan raja yang akan berkuasa dilangsungkan.
Batu ini menjadi tempat duduk raja saat diserah terimakan mahkota, termasuk didoakan agar menjadi raja yang amanah pada rakyat.
Kabarnya, pemilik awal Watu Gilang bukanlah Kesultanan Banten, melainkan Kerajaan Pajajaran yang berkedudukan di Pakuan, Bogor, Jawa Barat.
- Misteri Batu Kipas dari Sumedang, Punya Bentuk Unik dan Susah Dipindah Alat Berat
- Misteri Goa Pengantin di Rumpin, Pengunjung Harus Duduk di Sebuah Batu Jika Ingin Enteng Jodoh
- Melihat Peninggalan Masa Lampau di Situs Batu Panjang Panjalu Ciamis, Konon Penuh Misteri
- Menilik Sejarah Batu Hobon Pusuk Buhit, Dipercaya Jadi Tempat Peninggalan Harta Karun Raja Batak
Didatangkan dari Pakuan Pajajaran
Dalam cerita Parahyangan, disebutkan jika batu ini dipindah dari Kerajaan Pajajaran di Jawa Barat.
(Foto: Sisa Keraton Surosowan/Wikipedia)
Saat itu, batu masih dikenal dengan nama Batu Sriman. Batu ini erat kaitannya dengan Sitihinggil yang ada di kerajaan-kerajaan Jawa sebagai tempat untuk pewarisan takhta kepemimpinan.
Menurut Ten Dam, Batu Sriman ini menandakan kedudukan Maulana Hasanuddin dari Banten yang secara anumerta dianggap sebagai pengambil kekuasaan Kerajaan Sunda, dengan memindahkan Watu Gilang dari Pakuan ke Banten.
Turut disebutkan bahwa di lokasi Watu Gilang terdapat batu lingga yang tidak dibawa karena dianggap "kebudan" yang tidak sesuai dengan agama Islam.
Pemindahan Watu Gilang dari bekas pusat Kerajaan Pajajaran yang Hindu ke pusat Kerajaan Banten yang Islam dianggap sebagai tanda bahwa kesaktian raja-raja Sunda berpindah ke raja-raja Banten pada 1579 Masehi.
(Foto: Sisa reruntuhan Keraton Surosowan/Kemdikbud)
Penuh Misteri
Sampai sekarang, batu ini menimbulkan pertanyaan. Sebab sejumlah catatan lawas mengatakan bahwa jika batu ini digeser, maka Kerajaan Banten akan mengalami keruntuhan.
Pesan ini sampai sekarang terdokumentasikan di dalam catatan Pupuh XIX Babad Banten.
Di sana dikatakan bahwa batu ini sudah ada sebelum Kesultanan Banten berdiri. Dimulai dari Sunan Gunung Jati menyuruh anaknya Maulana Hasanuddin untuk mendirikan kota di dekat pantai.
Ketika itu, Maulana Hasanuddin diberi petunjuk agar dirinya membangun pusat keramaian seperti pasar hingga alun-alun sebagai bekal utama kerajaan. Ternyata, ada pesan penting lainnya yang harus dijalankan Hasanuddin yakni tidak boleh memindahkan Watu Gilang karena jika digeser Kesultanan Banten akan runtuh