Melihat Puing Bekas Reruntuhan Keraton Kaibon di Banten, Dibangun Abad ke-18
Lokasi ini jadi salah satu destinasi sejarah untuk mengenang kejayaan Kesultanan Banten yang pernah berkuasa.
Lokasi ini jadi salah satu destinasi sejarah untuk mengenang kejayaan Kesultanan Banten yang pernah berkuasa.
Melihat Puing Bekas Reruntuhan Keraton Kaibon di Banten, Dibangun Abad ke-18
Keraton Kaibon merupakan peninggalan dari masa Kesultanan Banten yang berkuasa pada 1527-1813. Diperkirakan pembangunan Keraton Kaibon sudah berjalan sejak akhir abad ke-18, hingga digunakan secara fungsional di tahun 1800-an.
Terdapat banyak kisah di balik sisa-sisa kemegahan bangunannya. Dahulu, keraton ini menjadi tempat tinggal istri dari Sultan Muhammad Muhyiddin Zainussalihin yang hanya berkuasa selama dua tahun. Kemudian tempat ini juga pernah menjadi pusat pemerintahan darurat kala kondisi wilayah Banten yang diadu domba oleh pemerintah kolonial Belanda
-
Kapan Sri Sultan Hamengkubuwono II memerintah? Ia memerintah pada kurun waktu tahun 1792-1828.
-
Apa yang dirancang Sri Sultan Hamengku Buwono I di Keraton Yogyakarta? Arsitektur dari Keraton Yogyakarta juga sepenuhnya dirancang oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I. Bahkan, semua hiasan dan juga tumbuh-tumbuhan yang ditanam di kompleks keraton dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki nilai filosofis dan spiritual yang tinggi.
-
Kapan Kerajaan Kendan berkuasa? Kerajaan Kendan berkuasa sekitar abad ke-6 sampai ke-7 masehi, dan merupakan salah satu kerajaan Sunda yang pernah berjaya.
-
Siapa saja yang berperan dalam memajukan Kesultanan Banten? Dari hasil pajak cukai barang-barang yang diperjual belikan mampu membuat kota itu berdaulat dan mendorong lahirnya Kesultanan Banten lewat kepemimpinan Sultan Maulana Hasanudin.
-
Kenapa situs peninggalan Majapahit di Kalimantan Barat dikaitkan dengan Kerajaan Majapahit? Sehingga tak heran bahwa keberadaan situs di Desa Negeri Baru, Ketapang, langsung dikaitkan dengan Kerajaan Majapahit.
-
Apa yang terjadi di Kerajaan Cinta? Di Kerajaan Cinta, hiduplah seorang putri cantik bernama Anindya dan seorang pangeran tampan bernama Aditya. Mereka saling jatuh cinta pada pandangan pertama di sebuah pesta kerajaan yang megah. Namun, cinta mereka harus dihadapi oleh musuh bersama, yakni Raja Kejahatan yang menginginkan kekuasaan atas Kerajaan Cinta.
Saat ini, sisa bangunan Keraton Kaibon sudah tidak utuh dan hanya menyisakan puing-puing reruntuhan bangunan. Keraton Kaibon sendiri letaknya berada di Kampung Kroya, Kelurahan Kasunyatan, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten.
Bangunan ini ramai dikunjungi sebagai destinasi sejarah, sisa kejayaan Kesultanan Banten, sekaligus simbol perlawanan terhadap kalangan penjajah. Yuk kenalan lebih dekat dengan keraton kedua di Banten ini.
Dibangun Akhir 1700
Mengutip Youtube Pemprov Banten, Keraton Kaibon dirintis pembangunannya saat kepemimpinan tertinggi Banten masih dipegang oleh Sultan Muhammad Muhyiddin Zainussalihin di Keraton Surosowan.
Kemudian, bangunan keraton ditempati oleh sang istri yakni Ratu Aisyah sebagai tempat untuk membesarkan sang putra bernama Sultan Syafiudin. Salah satu alasan keraton ini dibangun, karena Sultan Muhyiddin pada saat itu wafat dan mempersiapkan sang putra yang baru berumur 5 tahun untuk meneruskan kepemimpinannya.
“Dulu ini dibangun di akhir abad ke-18, karena ketika itu Sultan Muhyidin baru berkuasa kurang lebih dua tahun kemudian beliau wafat dan meninggalkan seorang istri bernama Siti Aisyah dan putranya Syafiudin yang kelak menjadi penerus tahta,” kata Direktur Laboratorium Bantenologi UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten, Rohman.
Jadi Bukti Cinta Anak Kepada Ibunya
Banyak sumber sejarah yang menyebut jika bangunan ini merupakan bukti cinta sang putra kepada ibunya. Ini karena keraton tersebut dibangun untuk mempersiapkan sang putra, lalu diserahkan kepada sang ibu yang kemudian menjadi tempat peristirahatannya.
Kaibon diyakini berasa dari kata Ka-Ibu-An atau keibuan, yang menggambarkan sifat lemah lembut dari Ratu Aisyah namun tetap tegas dan berwibawa membimbing anaknya.
Keraton ini didirikan tak jauh dari Keraton Surosowan yang merupakan keraton pertama di Banten.
- Melihat Watu Gilang, Batu Bersejarah Tempat Penobatan Raja Banten yang Penuh Misteri
- Kisah Gedung Karesidenan Banten yang Bergaya Kerajaan Belanda, Saksi Bisu Runtuhnya Pemerintahan Sultan
- Menilik Sejarah Gedung Balai Kota Padang, Bangunan Klasik yang Kental dengan Budaya Kolonial
- Sejarah Kabupaten Kuningan, Salah Satu Daerah Tertua di Jawa Barat yang Sudah Ditinggali sejak 3500 SM
Dibangun di Atas Kanal
Dahulu, sistem transportasi air masih populer digunakan salah satunya untuk mengangkut bahan rempah.
Keraton Kaibon pun memiliki kanal di bagian depannya, sebagai jalur transportasi menuju Keraton Surosowan dan bisa diakses menggunakan kapal.
Kemudian, keraton ini juga dibangun dengan teknologi konstruksi yang mumpuni di kala itu dengan memakai teknologi pengeras serupa semen berbahan kapus dan direkatkan ke batu bata merah sebagai struktur utama bangunan.
Bangunan Keraton Kaibon juga terdiri dari pilar-pilar besar, dengan dinding yang tinggi menjulang sebagai salah satu bentuk pertahanan dari intervensi pihak penjajah.
Pihak keluarga kesultanan tak ingin otonominya dicampuri Belanda dan kerajaannya diacak-acak pemerintahan Daendels yang kala itu menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Pernah Jadi Pusat Pemerintahan Darurat
Di tahun 1800-an, Keraton Kaibon ini pernah menjadi pusat pemerintahan sementara Kesultanan Banten, menyusul dihancurkannya Keraton Surosowan yang telah lama menjadi pusat pengendalian negara.
Saat itu Daendels marah kepada pihak Kesultanan Banten, sekaligus ingin melaksanakan pembangunan jalur Anyer hingga Panarukan yang membutuhkan lahan besar. Akhirnya, sistem pemerintahan dialihkan sementara ke Keraton Kaibon sampai situasi lebih terkendali.
“Ketika itu Surosowan dihancurkan secara bertahap, dan lambat laun pusat pemerintahan pindah ke Kaibon walaupun tidak lama,” katanya lagi.
Tersisa Puing-Puing Bangunan
Saat ini, sisa kejayaannya masih bisa disaksikan melalui sisa puing-puing reruntuhan setelah akhirnya ikut dihancurkan oleh pemerintah Belanda.
Bangunan pun kini hanya menyisakan gerbang serta pintu-pintu besar yang berada di kompleks keraton.
Pintu itu salah satunya bernama Paduraksa, dengan bagian atasnya tersambung sebagai atap. Bangunan ini masih utuh, sesuai aslinya peninggalan abad ke-19.
Mengutip kebudayaan.kemdikbud.go.id, saat ini bangunan keraton tersebut juga menyisakan beberapa tangga, reruntuhan dinding serta tiang pondasi berbahan utama gerusan kapur dan batu bata merah yang kokoh.
Jadi Destinasi Sejarah
Kemudian sisa bangunan yang masih utuh lainnya adalah Candi Bentar yang jadi pagar kokoh dan mengelilingi keraton.
Kemudian pintu masuknya juga masih sama, dan tidak mengalami kerusakan karena dipelihara.
Sayangnya, bangunan utama keraton sebagai ruang fungsional sekaligus kamar tidur Ratu Aisyah saat masih jadi rumah tinggal kondisinya sudah hancur. Tampak hanya menyisakan reruntuhan batu bata merah yang hancur.
Dinding dari ruangan utama juga sudah memiliki teknologi pendingin ruangan. Jika diamati, terlihat lubang-lubang di dinding yang rupanya merupakan tempat air. Ketika air dimasukan ke dalam lubang tersebut, akan memberikan efek sejuk ke dalam bangunan utama.
Hampir tiap pekan, Keraton Kaibon dikunjungin oleh kalangan akademisi, siswa sekolah hingga mahasiswa untuk keperluan pendidikan dan penelitian sejarah Banten. Lokasi ini pun jadi salah satu destinasi sejarah untuk mengenang kejayaan Kesultanan Banten yang pernah berkuasa.