Arkeolog Temukan Rangka Manusia yang Mengalami Kematian Paling Menyakitkan di Dunia
Rangka tersebut diperkirakan adalah seorang remaja berusia 17 hingga 20 tahun.
Rangka tersebut diperkirakan adalah seorang remaja berusia 17 hingga 20 tahun.
Arkeolog Temukan Rangka Manusia yang Mengalami Kematian Paling Menyakitkan di Dunia
-
Bagaimana para arkeolog menyelidiki kerangka tersebut? Para arkeolog tengah menyelidiki kerangka ini dengan cermat di laboratorium untuk mencoba memecahkan teka-teki berusia 1.000 tahun ini.
-
Mengapa penemuan ini penting bagi para arkeolog? Kementerian Pariwisata dan Kepurbakalaan Mesir yang mengumumkan temuan ini pada 23 Juli lalu menyampaikan, artefak ini bisa memberikan pemahaman lebih luas terkait "rahasia peradaban Mesir kuno", termasuk praktik penguburan pada masa itu dan juga peran kota pesisir tersebut dalam perdagangan dengan negara lain di zaman kuno.
-
Mengapa penemuan ini dianggap mengejutkan oleh para arkeolog? Lokasi situs ini mengejutkan karena dua alasan, yaitu jaraknya jauh dari sumber air terdekat, Danau Nubia, yaitu lebih dari 97 kilometer, dan lanskap gersang yang tidak ideal untuk beternak hewan bertanduk besar, kata para penulis penelitian.
-
Kenapa temuan ini penting bagi arkeologi? Artefak tersebut rusak di sisi kanan dan kiri, serta sisi atas dan bawah dalam keadaan semula. Oleh karena itu, kami rasa potongannya lebih panjang,” kata Schachner. “Artefak ini adalah karya unik Bogazkoy. Untuk pertama kalinya, kita dihadapkan pada sebuah karya yang dihias dengan pemandangan yang dibuat dengan begitu rumit dan indah.
-
Dimana arkeolog menemukan kerangka yang mengenakan hiasan kepala berbentuk kerucut? Pada 2019, penelitian Antiquity menggambarkan dua makam di Amarna, sebuah situs arkeologi di Mesir, berisi kerangka dengan hiasan kepala kerucut.
Para arkeolog dari Universita Milan menemukan rangka seorang manusia yang mengalami salah satu kematian terburuk yang bisa diterima oleh seorang manusia.
Mengutip Daily Mail, indy100, dan IFLScience, Selasa (23/4), para arkeolog menduga bahwa pria tersebut dipukuli secara brutal di atas roda hukuman dan kepalanya juga dicoba untuk dipenggal.
Akan tetapi, pemenggalan tersebut meleset dan tidak sukses dilakukan sehingga pria tersebut kemungkinan meninggal secara perlahan akibat luka-luka yang diterimanya.
Roda hukuman merupakan sebuah objek penyiksaan yang digunakan dalam eksekusi publik sepanjang sejarah Eropa hingga awal zaman modern.
Terdapat berbagai catatan yang berbeda mengenai bagaimana alat ini digunakan, tergantung tempat dan waktunya.
Salah satu contoh dari praktik penyiksaan dengan menggunakan roda hukuman adalah dengan menjatuhkan roda kayu yang berat ke lengan dan kaki.
Bagian tubuh yang patah tadi kemudian akan diikat ke jeruji roda dengan tali. Penyiksaan tambahan juga dapat diberikan dengan luka menggunakan pisau hingga api. Roda kemudian akan dipasang di tiang dan digantung layaknya bendera selama beberapa lama sampai meninggal.
- Arkeolog Takjub dan Penasaran, 330 Makam Berusia 4.000 Tahun Berisi Peti Mati Berbentuk Perahu yang Dikubur Terbalik
- Arkeolog Temukan Minuman Anggur Berusia 6.000 Tahun, Terungkap Cara Manusia Prasejarah Membuatnya
- Arkeolog Temukan Makam Bangsawan Berusia 1.200 Tahun, Dikubur Bersama Korban Tumbal dan Harta Karun
- Arkeolog Temukan Makam Kuda Zaman Kuno, Dikubur Secara Khusus oleh Peternak
Rangka manusia yang baru ditemukan tersebut hidup di antara tahun 1290 dan 1430. Saat meninggal dunia, ia berusia antara 17 hingga 20 tahun.
Pada rangka tersebut, ditemukan beragam luka-luka yang ditimbulkan dari penyiksaan. Terdapat patah tulang pada semua tulang lengan dan kaki, luka tusuk di tulang belakang, fraktur yang dalam pada tengkorak, dan wajah yang hancur.
Teknik penyiksaan ini pada masa lalu kemungkinan umumnya dipakai untuk menghukum orang-orang yang dituduh dengan kejahatan berat.
Akan tetapi, di wilayah Italia utara, hukuman semacam ini bahkan bisa diberikan pada orang yang dianggap sebagai penyebar wabah pes, dugaan yang disematkan pada pria ini.
“Korban dari roda hukuman bisa saja dianggap berbeda oleh orang-orang sezamannya, dan mungkin diskriminasi ini menjadi penyebab dari hukuman terakhirnya, karena ia bisa saja dikorbankan, sebagai “seorang yang aneh”, oleh orang-orang yang marah, sebagai penyebar wabah pes,” jelas para arkeolog yang melakukan penelitian.
Jika kesimpulan dari tim arkeolog tersebut benar, hal ini berarti tim tersebut telah menemukan bukti arkeologi pertama yang terdokumentasi tentang manusia yang disiksa oleh roda hukuman di Italia Utara abad pertengahan, bahkan di dunia.