Di Luar Tata Surya, Ada Planet yang Diselimuti Samudera, Manusia Bisa Tinggal di Sana?
Planet itu berjarak 73 tahun cahaya dari Bumi, memiliki radius yang dua kali lebih besar dari Bumi, dan massa yang 4,78 kali lebih besar dari massa Bumi.
Planet itu berjarak 73 tahun cahaya dari Bumi, memiliki radius yang dua kali lebih besar dari Bumi, dan massa yang 4,78 kali lebih besar dari massa Bumi.
Di Luar Tata Surya, Ada Planet yang Diselimuti Samudera, Manusia Bisa Tinggal di Sana?
-
Di mana planet Neptunus berada dalam Tata Surya? Lebih jauh lagi dari Matahari, sepertinya tidak ada manusia di Bumi yang bisa melalui satu tahun di Neptunus.
-
Kapan tata surya terbentuk? Sejak tata surya terbentuk pada 4,6 lalu, kemudian diikuti dengan 4,59 miliar tahun selanjutnya terbentuklah planet-planet besar, seperti Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
-
Bagaimana para astronom mempelajari atmosfer planet di luar tata surya? Para astronom sekarang dapat menganalisis atmosfer planet yang mengorbit bintang jauh, mencari bahan kimia yang hanya dapat dihasilkan oleh organisme hidup, seperti yang terjadi di Bumi.
-
Bagaimana Merkurius menjadi planet terkecil di Tata Surya? “Merkurius yang kita lihat saat ini mungkin tidak lebih dari inti planet yang sebelumnya pernah ada di sana,” ucap Nicola Mari, ahli geologi planet dari Universitas Pavia, Italia, yang tergabung dalam proyek BepiColombo. Misi ini merupakan misi kolaborasi dari Badan Antariksa Eropa (ESA) dan Badan Penjelajah Antariksa Jepang (JAXA) untuk pergi ke Merkurius.
-
Dimana letak barycenter Tata Surya? Dilansir dari IFLScience, Kamis (27/6), Barycenter Tata Surya sebagian besar terletak dekat dengan matahari karena massa matahari yang besar. Namun, pengaruh gravitasi planet-planet besar seperti Jupiter dan Saturnus menyebabkan barycenter ini tidak benar-benar berada di dalam matahari.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan di luar Tata Surya? Teleskop luar angkasa, James Webb milik NASA menemukan sebuah planet di luar Tata Surya.
Para peneliti dari Universitas Cambridge telah menemukan sebuah eksoplanet—planet yang berada di luar Tata Surya—yang mungkin diselimuti oleh samudera yang memiliki kedalaman tinggi, seperti dikutip dari Business Insider dan The Guardian, Rabu (19/3).
Planet bernama TOI-270 d tersebut berjarak 73 tahun cahaya dari Bumi, memiliki radius yang dua kali lebih besar dari Bumi, dan massa yang 4,78 kali lebih besar dari massa Bumi.
Tim peneliti, yang dipimpin oleh Profesor Nikku Madhusudhan, menemukan eksoplanet tersebut menggunakan Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA).
Dalam planet ini, para peneliti menemukan campuran kimia yang cocok dengan campuran yang ditemukan di planet yang diselimuti oleh laut dan dunia yang kaya akan kandungan hidrogen, yaitu metana dan karbon dioksida.
Keberadaan samudera dalam planet ini dapat diketahui dengan ketiadaan amonia, yang seharusnya terjadi secara alami pada atmosfer yang kaya akan hidrogen.
- Merkurius Dulunya Seukuran Bumi, Pernah Bertabrakan dengan Planet Lain sehingga Menjadi Kecil
- Planet di Luar Angkasa Saling Bergerak Tapi Tak Bertabrakan, Begini Penjelasan Ilmuwan
- Astronom Temukan Planet yang Mengorbit Bintangnya Jauh Lebih Cepat Dibandingkan Bumi
- Ternyata Bumi Kecil, Ini Perbandingan Ukuran Planet di Tata Surya
Keberadaan samudera dalam planet ini dapat diketahui dengan ketiadaan amonia, yang seharusnya terjadi secara alami pada atmosfer yang kaya akan hidrogen.
Meskipun begitu, amonia merupakan senyawa yang sangat larut dalam air. Dengan demikian, jika ada laut di bawah atmosfer tersebut, maka jumlah amonia di atmosfer akan berkurang.
Planet yang memiliki samudera/laut di bawah atmosfer yang kaya akan hidrogen disebut sebagai dunia “hycean”.
“Suhu lautan bisa mencapai 100 derajat [Celsius} atau lebih,” ucap Madhusudhan.
Ia juga berkata bahwa dalam tekanan atmosfer yang tinggi, samudera yang ada dapat mengandung air yang masih berbentuk cair. Akan tetapi, ia masih belum bisa memastikan apakah planet tersebut bisa dihuni.
Planet TOI-270 d merupakan planet yang pasang surutnya terkunci. Artinya, satu sisi dari planet ini selalu menghadap ke bintangnya, sementara sisi lainnya selalu berada dalam keadaan gelap. Hal tersebut menciptakan perbedaan suhu yang ekstrem.
“Samudera akan sangat panas di sisi siang. Sisi malam berpotensi memiliki kondisi yang layak huni,”
Tim peneliti, Nikku Madhusudhan.
Planet ini bisa memiliki atmosfer yang kejam dengan tekanan puluhan, atau bahkan ratusan, kali tekanan yang ada di permukaan Bumi.
Samudera yang ada dapat memiiki kedalaman hingga puluhan dan ratusan kilometer dengan dasar laut berupa es bertekanan tinggi serta inti berbatu yang ada di bawahnya.
Meskipun peneliti Cambridge menemukan bahwa air dalam samudera masih berbentuk cair, temuan tersebut dibantah oleh tim peneliti dari Kanada yang juga melakukan pengamatan terhadap TOI-270 d.
Walaupun mendeteksi material kimia yang sama, Bjoern Benneke, salah satu peneliti dari Universitas Montreal, mengatakan bahwa suhu di planet tersebut “terlalu hangat untuk air berbentuk cair”.