Ilmuwan Dibuat Penasaran Punahnya Kera Raksasa Terkuat di Bumi
Ada kera terbesar yang pernah hidup di Bumi. Punya tinggi 3 meter dan berat 300 kilogram.
Ada kera terbesar yang pernah hidup di Bumi. Punya tinggi 3 meter dan berat 300 kilogram
Ilmuwan Dibuat Penasaran Punahnya Kera Raksasa Terkuat di Bumi
Ada kera terbesar yang pernah hidup di Bumi. Punya tinggi 3 meter dan berat 300 kilogram.
Sayangnya, kera terbesar yang pernah hidup di planet ini tidak mampu bertahan dalam ujian waktu. Ia punah ketika kera-kera kecil lainnya mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
-
Mengapa kera raksasa punah? Kera raksasa dengan ukuran besar tidak mampu beradaptasi pada perubahan iklim tersebut sehingga akhirnya punah.
-
Bagaimana kerangka-kerangka raksasa tersebut diawetkan? Kerangka ini tingginya sekitar 2,4 sampai 3 meter, telah dimumifikasi seperti mumi-mumi Mesir kuno.
-
Kapan patung kepala ular raksasa itu ditemukan? 'Kepala' ular raksasa warna-warni muncul dari bawah gedung fakultas hukum di salah satu universitas di Mexico City, Meksiko, setelah gempa mengguncang wilayah tersebut tahun lalu.
-
Kapan kepala ular raksasa tersebut ditemukan? Pasca kejadian gempa bumi yang berkekuatan 7,6 skala richter ini telah merusak beberapa bangunan dan salah satu sekolah hukum di kota ini. Pada proses pembongkaran ternyata pada pondasi bangunan ini ditemukan sebuah patung yang berasal dari zaman Aztec 500 tahun lalu.
-
Monyet jenis apa yang memiliki hidung besar, berdaging, dan menonjol? Monyet Bekantan merupakan spesies Dunia Lama yang endemik di Pulau Kalimantan. Berkat embel-embel wajahnya yang besar, jenis monyet unik satu ini memiliki hidung yang besar, berdaging, dan juga cukup menonjol.
-
Apa yang dicari oleh rambut kering? Rambut kering memerlukan produk yang tidak hanya membersihkan tetapi juga memberikan kelembapan yang dibutuhkan.
Mengutip ScienceAlert, Kamis (11/1), kera ini disebut G. Blacki. Kera ini dikenal memiliki empat tulang rahang dan beberapa ribu gigi. Sayangnya, waktu dan alasan kematian G. blacki belum diketahui oleh ahli paleontologi selama beberapa dekade.
“Kisah G. blacki merupakan sebuah teka-teki dalam paleontologi – bagaimana makhluk perkasa seperti itu bisa punah pada saat primata lain beradaptasi dan bertahan hidup?”
Ahli paleontologi Yingqi Zhang dari Chinese Academy of Sciences.
Mereka menganalisis sampel fosil dan sedimen dari 22 gua di Tiongkok selatan, setengahnya berisi sisa-sisa G. blacki.
Jika digabungkan, fosil-fosil tersebut mewakili kumpulan bukti terbesar G. blacki, yang mencakup seluruh wilayahnya.
Meskipun catatan fosil tidak dapat memberi tahu secara pasti mengapa suatu spesies punah, namun mengetahui kapan suatu spesies punah dapat membantu peneliti mempersempit periode perubahan lingkungan dan perilaku yang terjadi bersamaan dengan kepunahannya.
“Tanpa penanggalan yang tepat, Anda hanya mencari petunjuk di tempat yang salah,” kata ahli geokronologi Universitas Macquarie, Kira Westaway, yang memimpin penelitian bersama Zhang.
Zhang, Westaway, dan rekannya memperkirakan bahwa G. blacki punah antara 295.000 dan 215.000 tahun yang lalu, berdasarkan 157 penanggalan radiometrik yang mereka hasilkan menggunakan enam teknik penanggalan berbeda.
Variabilitas iklim inilah yang menjadi penyebab kehancuran G. blacki. Dibandingkan dengan kerabat primata terdekatnya, orangutan Tiongkok (Pongo weidenreichi) yang juga sudah punah, G. blacki tidak beradaptasi dengan baik terhadap perubahan lingkungan, berdasarkan analisis gigi.
Gigi G. blacki menunjukkan tanda-tanda stres kronis ketika spesies ini mendekati kepunahannya, dan pola makannya juga menjadi kurang beragam karena hutan terbuka dan mengering. Jumlah populasi menyusut dan jangkauan geografis G. blacki menyusut.
Meskipun perubahan lingkungan ini berdampak besar bagi G. blacki, para peneliti berpendapat bahwa ada banyak hal yang dapat dipelajari dari cerita tentang ketahanan primata terhadap perubahan iklim, di masa lalu dan masa depan.