Perusahaan Jepang Kirim Sake ke Luar Angkasa, Bakal Dijual Kembali di Bumi dengan Harga Fantastis
Sake ini akan dijual kembali di Bumi dengan harga belasan miliar.
Baru-baru ini, Asahi Shuzo perusahaan sake paling populer di Jepang merk Dassai berencana membuat terobosan baru dengan membuat sake di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Jika berhasil, Dassai akan jadi merk sake pertama yang dibawa ke luar angkasa dan menjadi salah satu sake paling mahal di dunia. Satu botol berukuran 100 mililiter sake ini akan dijual di Bumi dengan harga 100 juta yen atau sekitar Rp10,4 miliar.
-
Apa yang diproduksi di pabrik luar angkasa? Perusahaan Space Forge di seberang Atlantik di Cardiff, Wales, Inggris juga melakukan hal serupa. Berbeda dengan Varda yang bekerja pada bidang farmasi, Space Forge memproduksi semikonduktor.
-
Apa yang dibawa ke luar angkasa? Senjata kelompok Jedi dan Sith yang dibawa ke luar angkasa tersebut juga bukanlah lightsaber sembarangan karena ia merupakan lightsaber asli yang pernah digunakan oleh Mark Hamill, pemeran sang protagonis serial Luke Skywalker, dalam film Return of the Jedi (Star Wars VI/1983).
-
Bagaimana pabrik luar angkasa memproduksi? Varda memiliki misi, yaitu membantu perusahaan farmasi dalam meningkatkan obat-obat mereka atau menciptakan terapi obat baru dengan memanfaatkan kristal protein, kemudian mengembalikan bahan-bahan tersebut ke Bumi.
-
Apa harta karun luar angkasa itu? Ketika para arkeolog menemukan harta karun Zaman Perunggu lebih dari 60 tahun yang lalu, mereka mengira penemuan mereka sungguh luar biasa. Mereka tidak tahu bahan yang dibuatnya itu. Karena ternyata bagian dari timbunan yang dikenal dengan nama Harta Karun Villena itu dibuat dari logam luar bumi.
-
Dimana pabrik luar angkasa berada? Stasiun Luar Angkasa Internasional atau the International Space Station (ISS) telah mempelopori hal itu.
-
Apa yang China luncurkan ke luar angkasa? China Mengerahkan 'Manusia Bersayap' Misterius ke Luar Angkasa, Seluruh Dunia Was-was Pesawat luar angkasa milik Tiongkok kembali beraksi menjalani misinya di luar angkasa.
Souya Uetsuki, pembuat bir yang bertanggung jawab atas proyek di Asahi Shuzo mengatakan: “Tidak ada jaminan keberhasilan 100 persen untuk uji fermentasi."
Uetseki menambahkan, perbedaan gravitasi dapat memengaruhi perpindahan panas dalam cairan, sehingga menyebabkan proses fermentasi berbeda antara di luar angkasa dan di Bumi, ditambah proses fermentasi yang memakan waktu sekitar dua bulan.
Meski begitu, perusahaan tersebut saat ini sedang mengembangkan peralatan pembuatan bir luar angkasa, yang rencananya akan diluncurkan pada akhir tahun 2025.
Harapan Baru
Uetsuki mengungkapkan, perusahaan berharap proyek itu akan menawarkan wawasan tentang cara kerja fermentasi di luar angkasa, sehingga mungkin suatu hari mereka dapat membuat sake di bulan.
"Di masa depan, saat manusia dapat bepergian bebas ke bulan, sebagian orang akan mengunjungi bulan sebagai turis. Proyek ini bertujuan untuk menciptakan sake yang dapat dinikmati di bulan, sehingga pengunjung dapat menikmati momen-momen menyenangkan di sana," kata Uetsuki.
Ia berharap proyek ini juga akan bermanfaat bagi wisatawan luar angkasa masa depan yang memiliki kegemaran terhadap jenis makanan fermentasi lainnya.
“Banyak makanan Jepang, seperti natto dan miso yang difermentasi dan teknologi ini dapat diperluas untuk area ini,” imbuh Uetsuki, seperti dikutip dari laman CNN, pada Jumat (13/12).
Perusahaan Asahi Shuzo telah membayar Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang untuk akses ke modul eksperimen Kibo, bagian dari ISS yang dikembangkan oleh Jepang, tempat pengujian dapat dilakukan dalam lingkungan gravitasi mikro khusus, meski belum ada tanggapan dari badan antariksa tersebut.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti