Menguak Fakta Situs Watu Kelir, Pintu Gerbang Menuju Kompleks Percandian Dieng
Dulunya terdapat tiga buah candi di atas situs ini.
Dulunya terdapat tiga buah candi di atas situs ini.
Menguak Fakta Situs Watu Kelir, Pintu Gerbang Menuju Kompleks Percandian Dieng
Di kawasan Dataran Tinggi Dieng, tepatnya di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, terdapat sebuah tembok tua yang ukurannya cukup besar. Masyarakat sekitar menyebut tembok besar ini “Watu Kelir”.
-
Dimana situs Bukit Kerang berada? Situs Bukit Kerang yang berada di Desa Mesjid, Kecamatan Bendahara, Kabupaten Aceh Tamiang ini adalah salah satu jejak peninggalan manusia purba yang hidup sekitar ribuan tahun silam.
-
Apa itu Geopark Dieng? Geopark Dieng merupakan situs warisan geologi yang sebagian besar wilayah kawasannya berada di kompleks wisata Dataran Tinggi Dieng.
-
Apa yang menarik dari Waduk Kebon Melati? Menariknya, dari salah satu tempat duduk, pemandangan gedung-gedung menjulang bisa terlihat dengan jelas. Di sini, pemandangan Kota Jakarta serasa New York di Amerika sana.
-
Dimana letak Waduk Kebon Melati? Berlokasi di Jalan Dukuh Pinggir, Kelurahan Kebon Melati, Kecamatan Tanah Abang, Kota Jakarta Pusat, lokasi ini menampilkan pemandangan pepohonan hijau di tengah kota.
-
Dimana lokasi Geopark Dieng? Geopark Dieng merupakan situs warisan geologi yang sebagian besar wilayah kawasannya berada di kompleks wisata Dataran Tinggi Dieng.
-
Dimana lokasi wisata Gunung Kelud? Gunung Kelud merupakan salah satu wisata alam Kediri yang sudah sangat terkenal, baik dari berita tentang aktifnya gunung ini, dan tentunya karena keindahan alamnya.
Watu Kelir diperkirakan memiliki panjang sekitar 600 meter dan tinggi lima meter. Tembok ini ditemukan bersamaan dengan ditemukannya kawasan candi di Dieng. Namun dari total panjang 600 meter, kini peninggalan tua itu hanya tersisa panjang 50 meter.
Kondisi bangunan ini juga tidak terawat. Apalagi keberadaannya sudah beralih fungsi menjadi pemukiman atau ladang pertanian warga.
Mengutip Instagram Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Wonosobo, situs Watu Kelir berada di ketinggian 2.080 mdpl dengan orientasi arah menghadap barat atau menghadap kompleks percandian Dieng.
Penampakan situs ini berupa susunan batu andesit yang dibentuk menyerupai dinding sepanjang 67 meter. Dinding tersebut dibangun menempel dan mengikuti pola atau sisi tebing bukit “Siti Hinggil”, terutama sisi yang menghadap barat.
Pada bagian tengah Watu Kelir terdapat dua struktur tangga yang dikenal dengan sebutan Ondo Budho (tangga suci) yang masing-masing setinggi 8,5 meter dan 4 meter.
Keberadaan struktur tangga kuno itu masih difungsikan sebagai akses menuju puncak bukit yang dikenal warga dengan istilah puncak Siti Hinggil. Sedangkan konstruksi talud situs Watu Kelir berfungsi sebagai penahan pergerakan tanah.
Mengutip Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Wonosobo, keberadaan Situs Watu Kelir di Era Kolonial dapat diketahui dari catatan arsip Belanda berupa laporan perjalanan H.C Cornelius saat mengunjungi Dieng pada tahun 1814.
Kemudian diteruskan oleh H.N Sieburgh yang membuat sketsa lukisan tentang keberadaan tiga bangunan candi di atas situs Watu Kelir yang diidentifikasi bernama Candi Dwarawati, Candi Abiyasa, dan Candi Pandu.
Dari data tahun 1837 itu, dapat digambarkan bahwa dulunya Situs Watu Kelir digunakan untuk situs keagamaan dengan memperhatikan dewa yang dipuja yang kemudian diletakkan di dalam bangunan candi di atas struktur situs Watu Kelir.
Namun saat peneliti berikutnya, Isidore van Kinsbergen melakukan perekaman data di Dieng tahun 1857, keberadaan ketiga candi itu sudah tidak ditemukan.
Dalam catatan J.F Scheltema saat perjalanannya menuju Dieng pada tahun 1880, ada nama “Watu Rawit” di Desa Dieng yang disusun dari balok besar membentuk dinding dan di tengahnya terdapat tangga.
Sekarang situs itu telah berubah menjadi puskesmas dan rest area.
Lalu ada juga nama “Benteng Budha” sebagai istilah lokal untuk sesuatu yang berhubungan langsung dengan zaman Hindu-Budha.
Terlepas dari kondisinya yang memprihatinkan, keberadaan situs Watu Kelir memiliki arti khusus bagi sejarah antara lain sebagai penanda salah satu bentuk karya arsitektural saat perkembangan masa klasik di wilayah klasik dan tanah Jawa.