Menguak Keberadaan Keraton Pleret, Peninggalan Era Mataram Islam yang Hilang
Merdeka.com - Keraton Pleret merupakan salah satu bekas pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Islam di tahun 1646-1680. Namun keraton itu telah hancur dan kini hilang tak berbekas.
Kini bekas keraton itu telah berganti oleh rumah-rumah penduduk. Namun ekskavasi di bekas keraton masih terus dilakukan. Berbagai temuan bermunculan. Di selatan wilayah ekskavasi, ditemukan benteng dan saluran air kuno.
“Temuan baru arkeologis era Raja Amangkurat I ini berada di lokasi yang nantinya akan dikembangkan sebagai pengembangan Museum Pleret, maka desain museum harus menyesuaikan dengan temuan terbaru ini,” kata Tenaga Ahli Ekskavasi Dinas Kebudayaan DIY Danang Indra Prayudha dikutip dari ANTARA pada Selasa (14/3).
-
Dimana reruntuhan kota kuno ditemukan? Situs bersejarah yang dibangun sekitar 1150 - 1350 SM ini terungkap ketika air Sungai Tigris surut drastis akibat kekeringan yang parah.
-
Dimana masjid kuno itu ditemukan? Situs arkeologi Alto da Vigia, di dekat Praia das Maçãs di garis pantai Sintra, mengungkap keberadaan masjid kedua yang berasal dari abad ke-11 dan ke-12 ini.
-
Mengapa Kesultanan Banten runtuh? Saat itu Kesultanan Banten yang sebelumnya berdaulat otomatis runtuh karena dimonopoli VOC.
-
Dimana kota kuno itu tenggelam? Setelah bertahun-tahun melakukan penelitian, akhirnya mereka menemukan kota yang hilang itu, yang tenggelam enam kilometer dari pantai Mesir, tenggelam di bawah air sedalam 10 meter di Teluk Aboukir.
-
Di mana kota kuno itu ditemukan? Para arkeolog baru-baru ini menemukan sebuah kota kuno di Palaiokastro, Serres, Yunani.
-
Apa yang ditemukan di kota kuno tersebut? Hal mengejutkan lainnya, ada piramida setinggi 15 meter di dalam kota ini.
Berikut selengkapnya:
Sejarah Keraton Pleret
©Wikipedia.org
Dilansir dari Wikipedia, Keraton Pleret merupakan bekas keraton dan ibu kota Kerajaan Mataram Islam pada tahun 1646-1680 setelah Keraton Kerta. Akibat pemberontakan Trunajaya, status Keraton Pleret sebagai ibu kota Maratam Islam berakhir tahun 1677, namun baru ditinggalkan tahun 1680.
Nama “Pleret” sendiri berasal dari kosa kata Bahasa Jawa “paleredan”, diambil dari kata “lered” yang berarti aliran. Karena keraton itu telah hancur, tata letaknya hanya bisa diperkirakan dari catatan masa lalu.
Tak jauh dari situs keraton itu terdapat situs Masjid Kauman Pleret yang ekskavasinya berhasil menyusun bentuk kerangka bangunan secara utuh.
Tata Letak Keraton Pleret
©Wikipedia.org
Menurut catatan Rijklof Van Goens, tembok Keraton Pleret mengelilingi wilayah keraton sepanjang 3.040 meter. Tinggi temboknya 5-6 meter, sedangkan ketebalannya kurang dari 3 meter.
Sementara bangunan keratonnya didominasi oleh batu bata. Luas areanya mencapai 3 hektare. Di sekitarnya ada dua buah masjid, dan ada pula alun-alun dengan pohon beringin di tengahnya. Pada tahun 1989, keberadaan pohon beringin itu masih bisa ditemukan. Sementara bangunan-bangunan lain masih harus diidentifikasi.
“Jika digambarkan, bentengnya berbentuk jajar genjang memanjang lurus dari utara ke selatan. Lebar benteng 2,7 meter dan belum diketahui panjang dan tingginya. Kondisi benteng sendiri tidak utuh,” kata Danang.
Pengembangan Museum Pleret
©pleret.id
Untuk langkah lebih lanjut, lokasi ditemukannya temuan-temuan baru terkait Keraton Pleret akan dibangun gedung yang merupakan pengembangan dari Museum Pleret. Namun pembangunan gedung itu masih harus butuh perencanaan yang lebih rinci. Nantinya gedung itu dimanfaatkan untuk menyimpan temuan-temuan baru yang terus bermunculan di situs keraton tersebut.
“Tindak lanjut sudah kami lakukan dengan survei lapangan pada tahun 2022. Dalam survei, kami menemukan tumpukan bata di permukaan di dua titik. Dari temuan ini kami kerjakan ekskavasi Kedaton IV tahap pertama pada 4 hingga 29 Maret 2022 untuk penelitian dan penyelamatan objek di bawahnya,” ungkap Danang. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Artefak serupa juga ditemukan di Situs Trowulan, Mojokerto
Baca SelengkapnyaSisi modern Banten terbentuk dari kota kuno Banten Girang
Baca SelengkapnyaDi dalam petilasan ini terdapat sebuah batu besar yang digunakan sebagai tempat bertapa Panembahan Senopati
Baca SelengkapnyaTemuan wadah air era Kerajaan Majapahit ini ditemukan di lahan pribadi milik warga setempat.
Baca SelengkapnyaSaat ini masjid tersebut hanya tersisa ruang mahrab, pondasi, dan menara yang sudah tidak utuh.
Baca SelengkapnyaSitus kuno ini ditemukan para pemancing yang sedang menyelam di malam hari di Sungai Musi, Sumatera Selatan.
Baca SelengkapnyaBenteng ini dulu jadi simbol kekuatan penjajah setelah menaklukan Kesultanan Banten.
Baca SelengkapnyaFenomena bumi terbelah berupa bungker kuno peninggalan Kerajaan Majapahit ditemukan di Gresik.
Baca SelengkapnyaMuseum Sadurengas terletak di Kecamatan Pasir Belengkong, Kabupaten Paser, yang merupakan bekas rumah kediaman salah seorang Sultan Pasir.
Baca SelengkapnyaSitus tersebut dinamakan “Gembirowati” yang berarti “kegembiraan yang baik”.
Baca SelengkapnyaKerajaan tua itu bahkan sudah ada sebelum era Padjadjaran
Baca SelengkapnyaSelain saluran air, ada juga sumur kuno yang ditemukan secara tidak sengaja oleh warga.
Baca Selengkapnya