Tinggalkan Karier di Kota, Pria Magelang Bagikan Kisah Hidup sebagai Petani di Desa
Ia terobsesi tinggal di desa karena terinspirasi dari game "Harvest Moon".
Ia terobsesi tinggal di desa karena terinspirasi dari game "Harvest Moon".
Tinggalkan Karier di Kota, Pria Magelang Bagikan Kisah Hidup sebagai Petani di Desa
Sebelum memutuskan hidup di desa, Alvius merupakan seorang karyawan bank di Jakarta.
Sembari melakoni rutinitas, ia merencanakan untuk hidup di desa dan menekuni keseharian sebagai petani. Dalam hal ini, ia terinspirasi dari game Harvest Moon yang ia sering mainkan saat kecil.
“Saya semakin jatuh cinta dengan desa saat saya melakukan KKN di Muntilan,” kata Alvius, mengutip dari YouTube Cap Capung.
-
Siapa yang menginspirasi petani muda ini? Dyra mengatakan, mereka berjualan petai karena terinspirasi dari orang tua.
-
Bagaimana petani milenial ini belajar bertani? Dalam bertani pepaya, Aksin belajar secara autodidak. Ia belajar dari para peternak pepaya lain. Tak hanya ilmu yang didapat, ia juga mendapat banyak motivasi dari para mentornya.
-
Siapa yang merintis pekerjaan sebagai petani di Sukomakmur? Walaupun warga asli Sukomakmur, namun Lihun merasakan betul bagaimana sulitnya merintis pekerjaan sebagai petani.
-
Mengapa pemuda itu bekerja di pedesaan? Menurut pemberitahuan perekrutan yang diterbitkan pada Januari, dua orang akan direkrut untuk bekerja di kota-kota di wilayah Lingbi.
-
Siapa saja petani muda yang terlibat? Dua petani muda tersebut, Arvin Wijaya dan Steven, menjadi sosok di balik budidaya melon dengan buahnya yang terasa manis dan segar.
-
Bagaimana cara petani muda ini menjual petai? 'Tapi karena sistemnya mereka nggak transfer dulu, jadi banyak uang yang macet di sana sehingga kita melakukan sesuatu yang baru dengan menjual petai lewat online,' kata Dyra dikutip dari kanal YouTube Cap Capung.
Sebelum benar-benar pindah ke desa, Alvius mengaku sudah menyiapkan road map dan rencana finansial yang mapan. Setelah dirasa benar-benar matang, ia kemudian memutuskan keluar dari bank.
Saat tinggal di desa, Alvius mengaku kagum dengan kehidupan para petani di mana mereka masih bisa berdaya walau memasuki usia senja. Ia pun mencoba menggali dan belajar dari mereka.
Dari para petani, Alvius banyak mendapat pengetahuan tentang ilmu pertanian. Berbagai jenis tanaman ia coba tanam mulai dari padi, pisang, kelapa, bayam, sawi, terong, tomat, cabai, dan lain sebagainya.
Selain bertani, Alvius juga mencoba beternak hewan seperti ikan, ayam, dan domba.
“Salah satu tips yang paling penting bagi kita sebagai manusia kota dan ingin masuk ke desa adalah kita harus meninggalkan ego sebagai orang kota. Kita sebagai orang kota biasanya merasa paling maju, merasa paling tahu, merasa paling modern. Kita harus lepaskan itu semua, amati sekitar kita, dan belajar dari beliau-beliau yang sejak kecil tinggal di desa,”
kata Alvius berbagi tips memulai kehidupan di desa.
Bagi Alvius, desa adalah tempat bagi nilai-nilai kearifan. Hal yang paling ditonjolkan adalah rasa empati. Dengan adanya rasa empati, Alvius berharap apa yang selama ini ia perjuangkan bisa diterima oleh orang-orang desa tempat tinggalnya.
Alvius mengatakan, sebagai pendatang di desa, ia punya tantangan sosial di mana masyarakat setempat belum familier dengan konsep “homestay”. Mereka masih berpikir bahwa homestay merupakan tempat orang berpacaran dan melakukan pergaulan bebas.
“Maka kita jelaskan, bahwa kami memanfaatkan kelebihan ruang, jadi kita membuat konsep rumah yang produktif dan tidak sembarang orang bisa masuk. Syarat yang paling umum adalah pasangan itu harus sudah resmi,”
terang Alvius, mengutip kanal YouTube Cap Capung.
Homestay milik Alvius menawarkan konsep ramah lingkungan. Bahan yang dipilih merupakan kayu-kayu bekas. Ia ingin menghadirkan pengalaman bagi pengunjung untuk merasakan suasana desa yang original.
“Selain itu teman-teman akan mendapatkan pengetahuan pertanian di desa itu seperti apa. Jadi kami melayani semuanya sendiri, biar mereka merasa datang ke rumah saudara,” kata Alvius.
Selama menjalani rutinitas sebagai petani, Alvius merasa mendapat perspektif baru bahwa pertanian di Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Ia melihat bahwa krisis regenerasi petani itu nyata adanya.
Dengan menekuni dunia pertanian, ia berharap bisa memberi inspirasi bagi anak muda lainnya. Dengan begitu regenerasi petani bisa berjalan.