Di Luar Tata Surya, Ada Planet yang Diselimuti Samudera, Manusia Bisa Tinggal di Sana?
Planet itu berjarak 73 tahun cahaya dari Bumi, memiliki radius yang dua kali lebih besar dari Bumi, dan massa yang 4,78 kali lebih besar dari massa Bumi.
Planet itu berjarak 73 tahun cahaya dari Bumi, memiliki radius yang dua kali lebih besar dari Bumi, dan massa yang 4,78 kali lebih besar dari massa Bumi.
Di Luar Tata Surya, Ada Planet yang Diselimuti Samudera, Manusia Bisa Tinggal di Sana?
-
Dimana Pluto berada di Tata Surya? Keempat planet kerdil lainnya, yaitu Makemake, Haumea, Eris, dan Ceres, ditemukan berada di luar orbit Neptunus atau di dalam sabuk asteroid antara Jupiter dan Mars.
-
Siapa yang meyakini adanya planet tersembunyi di tata surya? “Sangat masuk akal bagi tata surya kita untuk menangkap planet baru semacam itu,“ Nathan begitu meyakini bahwa memang ada planet-planet yang ditak diketahui di dalam tata surya ini.
-
Dimana letak Planet Neptunus di Tata Surya? Dengan radius rata-rata 24.622 km, Neptunus hanya sedikit lebih kecil dari Uranus dan merupakan planet keempat terbesar di Tata Surya kita.
-
Bagaimana planet baru dapat keluar dari tata surya? “Saya yakin ada, tetapi porsi memperhatikan planet ini masih sedikit,“ Nathan melanjutkan, planet besar seperti Jupiter dan Saturnus umumnya terlahir kembar. Namun, mereka memiliki tarikan gravitasi yang sangat besar, dan terkadang membuat tidak stabil satu sama lain. Dengan demikian, bisa menyebabkan sebuah planet didorong keluar sepenuhnya dari tata surya atau diasingkan ke jangkauan terluarnya.
-
Dimana Merkurius berada di tata surya? Merkurius merupakan planet terkecil yang paling dekat Matahari, dengan jarak rata-rata 36 juta mil (58 juta km).
-
Planet baru apa yang bisa dihuni? Para ilmuwan telah menemukan planet baru yang berpotensi mendukung kehidupan manusia, bernama Gliese 12b.
Para peneliti dari Universitas Cambridge telah menemukan sebuah eksoplanet—planet yang berada di luar Tata Surya—yang mungkin diselimuti oleh samudera yang memiliki kedalaman tinggi, seperti dikutip dari Business Insider dan The Guardian, Rabu (19/3).
Planet bernama TOI-270 d tersebut berjarak 73 tahun cahaya dari Bumi, memiliki radius yang dua kali lebih besar dari Bumi, dan massa yang 4,78 kali lebih besar dari massa Bumi.
Tim peneliti, yang dipimpin oleh Profesor Nikku Madhusudhan, menemukan eksoplanet tersebut menggunakan Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA).
Dalam planet ini, para peneliti menemukan campuran kimia yang cocok dengan campuran yang ditemukan di planet yang diselimuti oleh laut dan dunia yang kaya akan kandungan hidrogen, yaitu metana dan karbon dioksida.
Keberadaan samudera dalam planet ini dapat diketahui dengan ketiadaan amonia, yang seharusnya terjadi secara alami pada atmosfer yang kaya akan hidrogen.
Keberadaan samudera dalam planet ini dapat diketahui dengan ketiadaan amonia, yang seharusnya terjadi secara alami pada atmosfer yang kaya akan hidrogen.
Meskipun begitu, amonia merupakan senyawa yang sangat larut dalam air. Dengan demikian, jika ada laut di bawah atmosfer tersebut, maka jumlah amonia di atmosfer akan berkurang.
Planet yang memiliki samudera/laut di bawah atmosfer yang kaya akan hidrogen disebut sebagai dunia “hycean”.
“Suhu lautan bisa mencapai 100 derajat [Celsius} atau lebih,” ucap Madhusudhan.
Ia juga berkata bahwa dalam tekanan atmosfer yang tinggi, samudera yang ada dapat mengandung air yang masih berbentuk cair. Akan tetapi, ia masih belum bisa memastikan apakah planet tersebut bisa dihuni.
Planet TOI-270 d merupakan planet yang pasang surutnya terkunci. Artinya, satu sisi dari planet ini selalu menghadap ke bintangnya, sementara sisi lainnya selalu berada dalam keadaan gelap. Hal tersebut menciptakan perbedaan suhu yang ekstrem.
“Samudera akan sangat panas di sisi siang. Sisi malam berpotensi memiliki kondisi yang layak huni,”
Tim peneliti, Nikku Madhusudhan.
Planet ini bisa memiliki atmosfer yang kejam dengan tekanan puluhan, atau bahkan ratusan, kali tekanan yang ada di permukaan Bumi.
Samudera yang ada dapat memiiki kedalaman hingga puluhan dan ratusan kilometer dengan dasar laut berupa es bertekanan tinggi serta inti berbatu yang ada di bawahnya.
Meskipun peneliti Cambridge menemukan bahwa air dalam samudera masih berbentuk cair, temuan tersebut dibantah oleh tim peneliti dari Kanada yang juga melakukan pengamatan terhadap TOI-270 d.
Walaupun mendeteksi material kimia yang sama, Bjoern Benneke, salah satu peneliti dari Universitas Montreal, mengatakan bahwa suhu di planet tersebut “terlalu hangat untuk air berbentuk cair”.