Arkeolog Temukan Fosil Bayi Bermata Biru Berusia 17.000 Tahun, Kulitnya Gelap Berambut Keriting
Kerangka bayi itu ditemukan di sebuah makam yang ditutupi dua lempengan batu.
Sebuah studi terbaru berhasil mengidentifikasi penemuan jasad bayi berusia sekitar 17.000 tahun dari zaman es yang ditemukan di wilayah yang sekarang disebut Italia.
Kerangka tersebut pertama kali ditemukan pada 1998 oleh seorang arkeolog dari Universitas Siena bernama Mauro Calattini saat sedang menggali di gua Grotta delle Mura di Monopoli, Italia.
-
Apa yang ditemukan oleh para arkeolog di 'Gua Orang Mati'? Para arkeolog pertama kali menemukan gua ini pada tahun 2008 yang terletak di sebuah desa di Catalonia yang berjarak sekitar 580 km ke arah timur laut dari Madrid dan dekat perbatasan dengan Andorra dan Prancis. Gua ini memiliki dua ruangan yang digunakan oleh penduduk sekitar 3.500 tahun lalu sebagai makam, demikian ungkap Autonomous University of Barcelona dalam siaran persnya pada 20 Juni, dilansir Miami Herald.
-
Kapan fosil tengkorak kelelawar yang ditemukan itu berusia? Tengkorak berukuran 1,8 cm ini merupakan penemuan yang penting, berusia sekitar 50 juta tahun dengan bentuk tiga dimensi yang utuh.
-
Bagaimana para arkeolog menemukan kuburan tersebut? Penemuan ini terjadi saat sedang melakukan pekerjaan rutin membersihkan jalur untuk pengunjung baru, yang terletak di antara dua kuil yang menonjol.
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di dasar Laut Hitam? Hasil penyelaman arkeologi pada 2020 di Laut Hitam baru-baru ini ditampilkan dalam pameran museum baru. Penyelaman itu adalah yang pertama kali dilakukan di kawasan tersebut. Dalam penyelaman itu arkeolog mengungkapkan artefak kuno dari kota pelabuhan yang sudah tenggelam. Kota itu dulunya merupakan pusat perdagangan, demikian dilaporkan Anatolian Archaeology.
-
Apa yang ditemukan oleh para ahli paleontologi? Para ahli paleontologi menemukan spesies cumi-cumi vampir yang sebelumnya tidak diketahui.
-
Bagaimana para arkeolog menemukan sarang burung unta itu? Para arkeolog dari MS University yang berbasis di Vadodara, dan rekan-rekannya dari Jerman, Australia dan Amerika Serikat menemukan bukti arkeologis ini saat menyelidiki sebuah situs yang kaya akan fosil di distrik Prakasam, Andhra Pradesh.
Makam tersebut ditutupi oleh dua lempengan batu dan berisi sisa-sisa kerangka bayi yang terawat dengan baik dan utuh.
Dilansir laman Live Science, sisa-sisa kerangka dari jasad bayi itu menunjukkan anak laki-laki itu memiliki mata biru, berkulit gelap dan rambut keriting berwarna coklat tua hingga hampir hitam.
Alami kelainan genetik sampai gagal jantung
Ilmuwan menggunakan gigi dari anak tersebut untuk mengidentifikasi lebih lanjut mengenai kehidupan bayi itu dan menemukan terdapat sembilan garis tegas atau penanda kesulitan fisiologis yang menunjukkan bahwa ia mengalami kehidupan yang sulit bahkan saat tumbuh di dalam rahim ibunya.
Mereka memperkirakan usia anak tersebut sekitar 1 tahun 4 bulan.
- Arkeolog Temukan Fosil Badak Berbulu Berusia 32.400 Tahun Terkubur di Lapisan Es, di Punggungnya Ada Punuk
- Arkeolog Temukan Fosil Manusia Purba Berusia 6.000 Tahun Saat Menggali 9 Kuburan, Ada Kalung Berhiaskan Ribuan Manik-Manik
- Arkeolog Temukan Fosil Kerangka Bayi dan Bocah Serta Harta Karun Perhiasan, Semuanya Berusia 7.600 Tahun
- Arkeolog Temukan Kuburan Berusia Hampir 4.000 Tahun di Bukit Terpencil, Ada Kotak Batu Berisi Benda Misterius
Hasil perkawinan sedarah
"Analisis terperinci terhadap gigi bayi memungkinkan kami menyimpulkan kesehatan dan stres yang dialami oleh anak tersebut selama masa bayi atau ibunya selama kehamilan," kata Owen Alexander Higgins dan Alessandra Modi, penulis penelitian.
Analisis DNA juga mengungkap bayi tersebut memiliki mutasi pada dua gen. Mutasi ini sering menyebabkan kardiomiopati hipertrofik. Kondisi genetik ini membuat dinding ventrikel kiri jantung menebal dan mengeras seiring waktu.
Kelainan genetik yang dialami anak ini membuat jantung tidak dapat menerima atau memompa cukup darah setiap kali berdetak dan mengakibatkan kematian dini anak laki-laki tersebut karena gagal jantung, ungkap para peneliti seperti dikutip dari laman Live Science.
Secara genetik anak laki-laki tersebut berasal dari sekelompok pemburu pengumpul zaman es keturunan kelompok Villabruna yang menghuni wilayah Sisilia dan Italia selatan.
"Analisis genom nuklir menunjukkan adanya hubungan kekerabatan yang tinggi di antara kedua orang tua, yang kemungkinan besar adalah sepupu pertama," kata Higgins dan Modi.
Meskipun perkawinan sedarah sebenarnya tidak lazim dilakukan manusia Paleolitikum, namun di sebagian kecil dari mereka praktik itu lazim dilakukan.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti