Arkeolog Temukan Gambar Perahu dan Hewan Ternak Berusia 4.000 Tahun di Gurun Sahara, Bukti Dulu Pernah Jadi Kawasan Hijau
Arkeolog Temukan Gambar Perahu dan Hewan Ternak Berusia 4.000 Tahun di Gurun Sahara, Bukti Dulu Pernah Jadi Kawasan Hijau
Seni Cadas Perahu dan Ternak Berusia 4.000 Tahun yang Ditemukan di Sudan Menggambarkan Sahara yang Hijau
-
Bagaimana para arkeolog membuktikan bahwa Gurun Sahara dulunya hijau dan subur? Penelitian para arkeolog dengan iklim di seluruh Sahara, dari Maroko hingga Sudan dan sekitarnya, mengilustrasikan gambaran menyeluruh tentang wilayah Sudan yang dulunya jauh lebih basah.
-
Apa yang ditemukan di Gurun Sahara? Sebuah batu gelap misterius ditemukan di area terpencil gurun Sahara. Ini adalah batu pertama yang diketahui pernah terlontar dari Bumi ke luar angkasa namun kemudian kembali lagi ke Bumi sebagai meteor ribuan tahun kemudian.
-
Apa yang terjadi di Gurun Sahara? Salah satu tempat paling gersang di dunia berubah menjadi hijau setelah curah hujan yang tidak biasa.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di gurun Sinai? Ahli Mesir kuno atau Egyptologi menemukan reruntuhan asrama atau rumah peristirahatan di gurun Sinai, Mesir.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di Afrika Selatan? Arkeolog menemukan patung ikan pari yang terbuat dari pasir berusia 130.000 tahun.
-
Apa yang ditemukan oleh para arkeolog di Gurun Yudea? Arkeolog menemukan empat pedang Romawi berusia 1.900 tahun di dalam sebuah gua di Gurun Yudea, Israel.
Arkeolog Temukan Gambar Perahu dan Hewan Ternak Berusia 4.000 Tahun di Gurun Sahara, Bukti Dulu Pernah Jadi Kawasan Hijau
Ribuan tahun lalu sebagian besar Sahara mungkin merupakan padang rumput hijau yang ideal untuk beternak sapi.
Di tengah Sahara, seni cadas kuno yang menunjukkan armada perahu dan ternak memberikan gambaran sekilas tentang masa lalu Sahara sebagai gurun hijau sebelum perubahan iklim terjadi pada wilayah ini ribuan tahun lalu.
Arkeolog terkejut menemukan karya seni yang tak terduga dari 16 situs batu baru di Gurun Timur, atau Atbai, sebuah lanskap berpasir dan tandus yang merupakan bagian dari Sahara yang membentang di Sudan timur, menurut sebuah studi yang diterbitkan pada 28 November 2023, di Jurnal Arkeologi Mesir.
Lokasi situs ini mengejutkan karena dua alasan, yaitu jaraknya jauh dari sumber air terdekat, Danau Nubia, yaitu lebih dari 97 kilometer, dan lanskap gersang yang tidak ideal untuk beternak hewan bertanduk besar, kata para penulis penelitian.
“Seni cadas ternak sangat penting, karena ternak tidak dapat lagi hidup di gurun yang sangat gersang ini,” kata penulis utama Julien Cooper, seorang Egyptologist, Nubiologist,
dan arkeolog di Universitas Macquarie di Sydney, melalui surel kepada Live Science.
- Arkeolog Temukan Kuburan Massal Prajurit Berusia 5.000 Tahun, Jadi Bukti Ganasnya Perangnya Zaman Batu
- Arkeolog Temukan Makam Dua Bocah Laki-Laki Berusia 1.600 Tahun, Dikubur Bersama Hewan dan Perhiasan Emas
- Arkeolog Temukan Makam 'Wali Kota' Zaman Batu Berusia 6.800 Tahun, Dikubur Bersama Gigi Babi Hutan
- Arkeolog Temukan Gambar Hewan Ternak di Batu Berusia 4.000 Tahun, Jadi Bukti Gurun Sahara Dulu Pernah Hijau Subur
"Ini memberi tahu kita bahwa orang-orang yang membuat karya seni ini memiliki hubungan dekat dengan hewan ternak."
Namun, para peneliti berpendapat subjek karya seni tersebut—khususnya gambar seekor sapi yang dipimpin oleh seorang penggembala—memberikan bukti jelas lanskap yang keras ini dulunya merupakan padang rumput yang jauh lebih ramah.
“Ini adalah salah satu bukti terbaik yang menunjukkan terjadinya perubahan iklim di kawasan ini, suatu periode oleh para ilmuwan yang disebut sebagai ‘periode lembab Afrika’,” kata Cooper.
“Pada periode sebelum 5.000 tahun yang lalu, Sahara jauh lebih basah, dan para penggembala ternak menjelajahi gurun untuk mencari padang rumput. Saat ini, hanya hewan yang lebih kuat seperti unta dan kambing yang dapat bertahan hidup di gurun ini.”
Dari gambar yang ditunjukkan terlihat pahatan pada batu, para arkeolog berpikir siapa pun yang membuatnya kemungkinan besar sudah berada di daerah tersebut untuk sementara waktu.
“Seni perahu sangat berbeda, dan kami pikir ini ada hubungannya dengan orang-orang dari Sungai Nil yang melakukan perjalanan ke padang pasir,” kata Cooper.
“Beberapa dari orang-orang ini mungkin juga merupakan
Arkeolog berpendapat seni cadas tersebut dibuat sebelum “periode lembab Afrika”, yang mengubah daerah tersebut menjadi gurun seperti sekarang ini, sehingga memaksa orang untuk pindah ke padang rumput yang lebih hijau di sepanjang Sungai Nil, menurut penelitian tersebut
Setelah 3.000 SM, “gurun setempat menjadi terlalu kering untuk penggembalaan ternak,” kata Cooper.
“Para ahli berpendapat ini adalah momen penting dalam sejarah wilayah yang lebih luas—beberapa dari penggembala ternak ini tetap tinggal di gurun tetapi menukar ternak mereka dengan hewan yang lebih kuat seperti kambing, sementara yang lain meninggalkan gurun menuju Sungai Nil di mana mereka akan berperan dalam kisah pembentukan negara-negara perkotaan di Mesir dan Nubia.
Singkatnya, periode kekeringan ini adalah peristiwa sejarah yang paling luas jangkauannya dalam prasejarah Afrika Utara dan mengubah masyarakat secara permanen."