Gali Makam Kuno, Arkeolog Temukan Tumpukan Daun Berusia 2.200 Tahun Masih Utuh
Tumpukan Daun Berusia 2.200 Tahun Ditemukan Masih Utuh,
Arkeolog di China mengungkap temuan luar biasa.
-
Bagaimana para arkeolog mengetahui asal manik-manik di makam kuno? Arkeolog Moisés Valadez Moreno dari Institut Antropologi dan Sejarah Nasional Meksiko (INAH) mengungkapkan bahwa sebagian besar manik-manik ini berasal dari 186 mil (300 kilometer), arah timur menuju Teluk Meksiko.
-
Apa yang membuat arkeolog kagum tentang kota kuno ini? Reruntuhannya menawarkan wawasan tentang perencanaan dan rekayasa yang digunakan untuk membangunnya.
-
Mengapa arkeolog heran dengan penemuan kota kuno ini? Meskipun kota ini berasal dari masa lampau, penemuan mengagumkan ini menunjukkan apa yang dapat diraih oleh pencapaian luar biasa dari semangat manusia.
-
Mengapa para arkeolog dibuat bingung dengan temuan di makam kuno ini? Foto: Kevin Church/BBC Penggalian telah mengungkap banyak hal terkait masyarakat kuno, tapi juga masih ada yang mengundang pertanyaan.
-
Bagaimana para arkeolog memetakan kota kuno tersebut? Dengan waktu yang terbatas karena ketinggian air Sungai Tigris terus meningkat, para peneliti berhasil dengan cepat memetakan kota tersebut.
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di Reruntuhan Kerajaan Kuno Sanxingdui? Arkeolog China menemukan bengkel kerja kerajinan batu giok berasal dari 3.400 tahun lalu.Ini merupakan pertama kalinya bengkel kerja kerajingan tangan ditemukan di Sanxingdui, China barat daya, menurut Direktur Stasiun Kerja Situs Sanxingdui dari Institut Peninggalan Budaya dan Arkeologi Provinsi Sichuan, Ran Honglin kepada media pemerintah China, Xinhua.
Gali Makam Kuno, Arkeolog Temukan Tumpukan Daun Berusia 2.200 Tahun Masih Utuh
Penggalian situs makam Wuwangdun di Provinsi Anhui, China timur, mengungkap temuan yang luar biasa—tumpukan daun dengan uratnya yang masih terlihat jelas.
Situs yang terletak di kota bersejarah Huainan tersebut adalah makam terbesar, tingkat tertinggi, dan paling kompleks secara struktural dari Negara Bagian Chu kuno, dan berusia lebih dari 2.200 tahun, kata National Cultural Heritag.
Arkeolog fokus pada penggalian makam lubang tanah vertikal utama, dan mengidentifikasinya sebagai bangunan besar yang menampung area pemakaman dengan bilik kayu.
- Arkeolog Temukan 33 Makam Kuno Berusia 2600 Tahun di Mesir, Berisi Mumi yang Menderita Penyakit Menular
- Arkeolog Buru Situs Kuno Berusia 11.000 Tahun yang Hilang di Teluk Meksiko, Dulu Daerah Itu adalah Daratan
- Arkeolog Temukan Makam Dua Bocah Laki-Laki Berusia 1.600 Tahun, Dikubur Bersama Hewan dan Perhiasan Emas
- Arkeolog Temukan Makam 'Wali Kota' Zaman Batu Berusia 6.800 Tahun, Dikubur Bersama Gigi Babi Hutan
Dilansir laman CGTN, peneliti melakukan studi terhadap artefak yang digali, memperkuat dan mengekstraksi benda-benda yang sudah rapuh seperti papan kamar, tikar bambu, dan peralatan pernis.
Analisis juga dilakukan termasuk penanggalan karbon-14, identifikasi spesies kayu, analisis inframerah prasasti, dan studi material dan manufaktur pernis dan tekstil.
Pemerintah China berjanji melanjutkan pekerjaan arkeologi, pelestarian artefak, dan penelitian interdisipliner di Wuwangdun, yang bertujuan untuk menjelaskan ritual Chu Periode Negara-Negara Berperang akhir, keahlian, dan pencapaian budaya yang berlangsung dari tahun 475 SM hingga 221 SM.
Seiring berjalannya waktu, arkeolog menemukan artefak yang mengambang di permukaan air pada ruang makam yang diberi nama "I Timur". Setelah diperiksa lebih lanjut di laboratorium, mereka menemukan sekumpulan daun yang menumpuk.
Preserved leaves found in 2,200-year-old Chu State tomb in east China. For more: https://t.co/u7vfYKfpka pic.twitter.com/XuhtnYbxjp
— CGTN (@CGTNOfficial) April 21, 2024
“Daunnya sebagian besar bertumpuk. Meski tidak banyak lumpur, kondisi pengawetannya saat ini kurang ideal. Daunnya menunjukkan tanda-tanda pembusukan yang signifikan, namun beberapa urat daun masih terlihat.
Kita mungkin perlu bekerja sama dengan arkeolog untuk mengupasnya dengan hati-hati. mereka dipisahkan lapis demi lapis,” kata Zhang Zhiguo, peneliti di Pusat Arkeologi Nasional yang memimpin proyek penggalian arkeologi Wuwangdun.
Karena kondisi daun yang rapuh, para arkeolog dengan cermat memantau kelembapan dan keutuhannya.
“Setelah ekstraksi, kami akan melakukan identifikasi dan analisis kuantitatif, termasuk menentukan jumlah daun di Chamber East I dan jumlah inti daun,” kata Zhang.
Arkeolog berspekulasi daun-daun ini mungkin ada hubungannya dengan buah-buahan yang ditemukan di ruang makam yang sama.