Pemburu Temukan Fosil Monster Laut Berusia 80 Juta Tahun, Panjangnya 6 Meter dan Deretan Giginya Bisa Hancurkan Cangkang
Ikan purba ini memiliki deretan gigi berbentuk jamur.
Seorang pemburu fosil menemukan fosil ikan purba raksasa bergigi bulat yang hidup sekitar 80 juta tahun lalu di timur laut Texas, Amerika Serikat. Hewan purba ini disebut mosasaurus Globidens alabamaensis atau juga dikenal dengan sebutan monster laut.
Fosil ini ditemukan pada 2023 di Formasi Ozan di timur laut Texas, di endapan lumpur yang berasal dari Zaman Campania (83,6 juta hingga 72,1 juta tahun lalu) dan tebalnya hanya 20 sentimeter.
-
Di mana fosil hewan laut purba ini ditemukan? Penemuan ini bermula ketika pada 1983, anggota Royal Ontario Museum menjelajahi Canadian Rockies dan menemukan lapangan fosil yang sangat luas di Taman Nasional Yoho, menurut studi yang diterbitkan pada 21 Juni dalam Journal of Systematic Palaeontology.
-
Apa yang ditemukan para ilmuwan tentang dinosaurus di masa lalu? Salah satu perkembangan paling mengejutkan dalam paleontologi dalam beberapa tahun terakhir adalah penemuan bahwa banyak dinosaurus yang memiliki bulu.
-
Bagaimana fosil dinosaurus ini ditemukan? Fosil lebih mungkin muncul setelah hujan, karena air mengungkap material dengan menghilangkan sedimen yang menutupinya, dalam fenomena yang dikenal sebagai pelapukan.
-
Kapan fosil hewan purba ini ditemukan? Fosil-fosil tersebut ditemukan sekitar 25 tahun yang lalu oleh ahli paleontologi Elizabeth Smith dan putrinya Clytie ketika mereka sedang memeriksa sisa-sisa tambang opal.
-
Kapan fosil dinosaurus itu ditemukan? Fosil yang ditemukan pada Mei lalu di dekat sebuah waduk di kotamadya Sao Joao do Polesine itu diperkirakan berusia sekitar 233 juta tahun.
-
Di mana fosil hewan purba ditemukan di Sumedang? Dua fosil hewan purba yakni gading gajah dan tempurung kura-kura belum lama ini ditemukan di Desa Jembarwangi, Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Para ilmuwan dalam studi baru memperkirakan hewan ini panjangnya mencapai 6 meter. Biasanya jenis mosasaurus yang ditemukan oleh para ilmuwan memiliki gigi yang tajam sedangkan fosil yang ditemukan baru-baru ini justru memiliki gigi yang bulat.
Dua fragmen rahang dewasa yang ditemukan pada fosil ini memberikan informasi lebih lanjut tentang gaya hidup Globidens alabamaensis.
Sebagian besar mosasaurus memiliki deretan gigi yang kuat seperti belati sedangkan Globidens alabamaensis memiliki gigi tumpul dan bulat yang cocok untuk menghancurkan cangkang kura-kura, amonit, dan bivalvia.
"Struktur-struktur gigi ini yang berbentuk jamur sangat bagus untuk serangan benturan dan menghancurkan cangkang. Jika ada sesuatu yang terlepas dan Anda menghancurkannya, itu sudah cukup," kata Bethany Burke Franklin, seorang ahli paleontologi dari Museum Texas Through Time di Hillsboro, seperti dikutip dari Live Science, Jumat (20/9).
Salah satu rahang dari Globidens alabamaensis memiliki gigi 12 sedangkan yang lain memilki 6 lagi. Gigi-gigi tersebut saling tumpang tindih untuk mengisi celah pada bagian rahang.
- Pemburu Temukan Fosil Gading Mamut Berusia 20.000 Tahun di Sungai, Panjangnya 2 Meter dan Beratnya Hampir 300 Kilogram
- Ilmuwan Temukan Fosil Hiu Berusia 93 Juta Tahun, Giginya Bukan Untuk Mencabik Mangsa
- Ilmuwan Temukan Fosil Hewan Mirip Bintang Laut Berusia 155 Juta Tahun, Separuh Tubuhnya Tidak Utuh
- Ilmuwan Temukan Kerangka Utuh Naga Biru, Monster Laut Pasifik yang Hidup 72 Juta Tahun Lalu
Mirip Hiu
Melihat keunikan dari gigi-gigi ini, para ilmuwan meyakini Globidens ini mirip seperti hiu yang jika kehilangan giginya akan dengan cepat diganti dengan gigi yang baru.
Menurut catatan sejarah, Globidens alabamaensis hidup pada Zaman Kapur Akhir di Selat Pedalaman Barat, yang membelah wilayah yang sekarang disebut wilayah Amerika Utara, para ilmuwan juga memperkirakan wilayah tersebut penuh dengan berbagai macam mangsa bercangkang yang sesuai dengan spesifikasi struktur gigi Globidens alabamaensis.
Franklin menyimpulkan adaptasi dari struktur gigi pada Globidens merupakan bentuk adaptasi yang kemungkinan besar dipengaruhi oleh kelimpahan sumber daya makanan.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti