Rahasia Selama 5.800 Tahun Akhirnya Ditemukan di Bawah Rumah Sastrawan Terkenal
Siapa yang menyangka sebuah pekarangan taman di Inggris ternyata menyimpan segudang misteri Zaman Neolitikum.
Thomas Hardy merupakan sastrawan abad ke-19 yang terkenal di Inggris. Sastrawan aliran naturalis ini tinggal di bangunan megah yang ia bangun saat masih belajar arsitek.
Max Gate, begitu panggilan yang ia sematkan untuk bangunan yang ia tinggali sejak tahun 1885 sampai ia meninggal di tahun 1928.
-
Bagaimana peneliti menemukan bangunan rahasia itu? Para peneliti dari Universitas Internasional Higashi Nippon, Universitas Tohoku, dan Institut Penelitian Nasional Astronomi dan Geofisika di Mesir menggunakan radar penembus tanah (GPR) dan tomografi resistivitas listrik (ERT) untuk menganalisis situs tersebut.
-
Bagaimana para arkeolog menemukan kamar rahasia? Selama proses ini, tim berhasil mengamankan kamar-kamar pemakaman piramida yang sebelumnya tidak dapat diakses.
-
Siapa yang menemukan bangunan rahasia itu? Para peneliti dari Universitas Internasional Higashi Nippon, Universitas Tohoku, dan Institut Penelitian Nasional Astronomi dan Geofisika di Mesir menggunakan radar penembus tanah (GPR) dan tomografi resistivitas listrik (ERT) untuk menganalisis situs tersebut.
-
Dimana bangunan rahasia itu ditemukan? Struktur bangunan berbentuk L ini ditemukan tersembunyi di bawah pasir Pemakaman Barat, Piramida Giza.
-
Bagaimana arkeolog menemukan bangunan kuno itu? Bangunan ini ditemukan di Taman Arkeologi Pompeii, Italia, dengan kondisi sempurna atau tak hancur dihantam letusan dahsyat Gunung Vesuvius.
-
Bagaimana arkeolog menemukan struktur ini? Begitulah cara para peneliti dari Universitas Internasional Higashi Nippon, Universitas Tohoku, dan Institut Penelitian Nasional Astronomi dan Geofisika di Mesir menemukan bagian sejarah yang tersembunyi ini. Antara tahun 2021 dan 2023, tim mempelajari lokasi tersebut dengan menggunakan tidak hanya satu, tetapi dua metode berteknologi tinggi: ground-penetrating radar (GPR) dan electrical resistivity tomography (ERT).
Selama proses pembangunan Max Gate, Hardy sempat menemukan beberapa makam dari Zaman Besi dan Romawi.
Pada 1981, setelah mengerjakan sebuah kebun, ia menemukan sebuah batu sarsen besar dan perlu tujuh orang untuk mengangkat batu itu dari tanah untuk diletakan di kebunnya. Selanjutnya pada akhir tahun 1980-an ia menemukan satu lagi batu sarsen.
Kandang melingkar
Setelah Hardy wafat, Max Gate dihadiahkan kepada National Trust oleh saudara perempuan Thomas Hardy, Kate Hardy pada tahun 1940, dan rumah tersebut secara resmi dibuka untuk umum pada tahun 2011.
Pada tahun 2022, saat melakukan penggalian yang dipimpin oleh arkeolog bernama Dr. Martin Papworth, mereka menemukan sebuah kandang melingkar berdiameter hampir 100 meter yang berisi parit dan lubang.
Beberapa lubang ini terisi oleh batu sarsen yang menutupi sisa-sisa jasad manusia, sementara yang lainnya memiliki dinding bertuliskan desain spiral Neolitik yang langka.
Dilansir Somersetlive, kandang ini terletak di bawah taman milik Hardy. Ilmuwan memperkirakan kandang itu berasal dari periode Neolitikum Tengah (3365-2960 SM).
Namun, bukti yang ditemukan menegaskan situs itu sudah digunakan sejak periode Neolitikum Awal. Ini menunjukkan kandang tersebut menjadi salah satu situs arkeologi paling awal yang teridentifikasi di Dorchester, berusia antara 5.500 – 5.800 tahun.
Upacara prasejarah
Sisa-sisa situs di bawah Max Gate merupakan separuh dari bangunan yang lebih luas yang dikenal sebagai Flagstones (monumen batu).
Duncan Wilson, kepala eksekutif Historic England mengungkapkan situs Flagstones itu merupakan monumen Neolitikum untuk upacara.
“Sisa-sisa situs yang dikenal sebagai Flagstones di bawah Max Gate adalah contoh langka monumen Neolitikum, yang dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pemahaman kita tentang lanskap upacara prasejarah di sekitar Dorchester, Dorset,” kata Wilson.
Artefak peninggalan Zaman Neolitikum di bawah rumahnya kini telah dijadwalkan untuk diteliti dan dianalisis lebih lanjut oleh Departemen Kebudayaan, Media dan Olahraga (DCMS) atas saran dari Historic England.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti