4 Fakta Sejarah Keraton Kartasura, Dulunya Ibu Kota Kerajaan Mataram
Merdeka.com - Pada abad ke-17, daerah Kartasura yang kini secara administratif masuk Kabupaten Sukoharjo, merupakan Ibu Kota Kerajaan Mataram Islam. Kartasura dipilih untuk menjadi Ibu Kota Mataram setelah meletusnya Pemberontakan Trunajaya yang terjadi di Plered, Ibu Kota Mataram sebelumnya.
Setelah pemberontakan itu berakhir dan pihak Kerajaan Mataram berhasil menangkap Trunajaya, Sunan Amangkurat II yang saat itu menjadi Raja Mataram, memerintahkan Pangeran Nerangkusuma membuka Hutan Wanakerta untuk dijadikan kawasan pemukiman. Seiring berjalannya waktu, wilayah itu semakin besar dan menjadi Ibu Kota Kerajaan Mataram.
Selama pusat pemerintahan berada di Kartasura, pemberontakan demi pemberontakan terjadi hingga akhirnya pusat Kerajaan Mataram kembali berpindah di sebuah daerah yang hingga kini dinamakan Surakarta.
-
Siapa pendiri Kerajaan Mataram Islam? Panembahan Senapati (Danang Sutawijaya atau Dananjaya) adalah pendiri Kerajaan Mataram Sultanate.
-
Kapan Kerajaan Mataram Islam berdiri? Berdiri sejak tahun 1584, Mataram Islam memainkan peran penting dalam sejarah Indonesia, khususnya dalam penyebaran agama Islam, pengembangan budaya Jawa, dan perlawanan terhadap kolonialisme Belanda.
-
Kenapa Kerajaan Mataram Kuno menguasai wilayah Jawa Timur? Pada abad kesembilan, Kanjuruhan mulai mengalami kemunduran karena Mataram Kuno mulai mengembangkan pengaruhnya di Jawa Timur.
-
Kapan Surabaya jatuh ke Mataram? Sayangnya, pada tahun 1625, Surabaya jatuh ke tangan kerajaan Mataram.
-
Apa saja daerah yang pernah jadi ibu kota Jawa Timur? Ibu Kota Jawa Timur Selain Bojonegoro, daerah lain yang pernah menjadi ibu kota Jawa Timur yakni Sepanjang (Sidoaro), Mojokerto, Kediri, Malang, Blitar, Jombang, Madiun, dan Nganjuk.
-
Apa peran Ki Juru Martani di Mataram Islam? Ki Juru Martani dikenal sebagai pengatur strategi yang jitu. Ia menjadi dalang terbunuhnya Arya Penangsang.
Berikut kisah berdirinya Keraton Kartasura:
Dipilih Sebagai Ibu Kota Kerajaan
©2021 Liputan6.com
Setelah Keraton Plered hancur karena Pemberontakan Trunajaya, diadakan rapat pemilihan lokasi keraton yang baru oleh tokoh-tokoh kerajaan. Mereka kemudian menetapkan tiga tempat yang dianggap tepat untuk membangun kraton yang baru.
Lokasi yang diusulkan waktu itu adalah Wanakerta, Logender, dan Tingkir. Ketiga lokasi ini memang dianggap sebagai tempat layak untuk didirikan kerajaan. Logender misalnya, tempat itu dinilai terbuka dan memiliki kecukupan air.
Sementara daerah Tingkir dianggap sejuk. Kondisi yang sama juga ada di Wanakerta. Bahkan daerah itu cukup dekat dengan bekas wilayah Pajang dan Mataram. Pada akhirnya, pilihan jatuh ke wilayah Wanakerta.
Berdirinya Keraton Kartasura
©Wikipedia.org
Setelah pemilihan ibu kota, keraton di daerah Wanakerta dibangun dengan waktu tujuh bulan lamanya. Di sekeliling keraton dibangun benteng yang kokoh. Melansir dari Liputan6.com, Babad Tanah Jawi menyebutkan kompleks kerajaan ini terdiri dari bangunan yang kokoh. Pada 1682, bangunan keraton telah jadi seutuhnya dan mulai ditempati oleh Sunan Amangkurat II.
Saat Sunan Amangkurat pertama kali masuk ke istana barunya itu, nama “Wanakerta” kemudian diubah menjadi “Kartasura Hadiningrat”. Di sebelah selatan kompleks istana itu ada alun-alun. Sementara itu untuk memperkuat keamanan, bagian depan benteng dilapisi semak berduri dan parit berair.
Pemberontakan di Keraton Kartasura
©Wikipedia.org
Setelah Amangkurat II wafat, tahta kemudian dilanjutkan oleh putranya, Adipati Anom yang bergelar Amangkurat III. Namun setelah itu terjadi perang saudara selama 4 tahun yang melibatkan Amangkurat III dengan pamannya, Adipati Puger yang dinobatkan sebagai Raja Mataram dengan gelar Pakubuwana I. Pada akhirnya perang saudara itu dimenangkan pihak Pakubuwana I yang kemudian menduduki tahta eKraton Kartasura hingga wafat.
Pada saat Keraton Kartasura dipimpin oleh Sunan Pakubuwana II, terjadi berbagai pemberontakan di antaranya pemberontakan Cina (1740) yang kemudian disusul oleh pemberontakan R.M Garendri (1743). Karena pasukan Kartasura tak mampu menghadapi serangan kaum pemberontak, pertahanan kraton kemudian bobol dan Pakubuwana II terpaksa melarikan diri ke Wonogiri. Melansir dari Uns.ac.id, Pakubuwana berhasil kembali merebut Kartasura pada 1744 setelah mengadakan kerja sama dengan Adipati Madura, Cakraningrat.
Namun karena kondisi kraton sudah rusak berat akibat pemberontakan, istana akhirnya dipindah ke sebuah lokasi bernama Desa Sala pada tahun 1745.
Peninggalan Keraton Kartasura
©Wikipedia.org
Kini, kondisi peninggalan Keraton Kartasura sungguh memprihatinkan. Tembok batu bata di luar keraton telah hancur dengan tanah dan menyisakan beberapa bagian saja. Bahkan di dalam tembok itu kini telah dipenuhi perumahan, ladang, dan makam.
Namun yang menjadi sorotan adalah sebuah gundukan tanah setinggi lebih dari 20 meter di bekas peninggalan itu. Warga setempat menyebut gundukan tanah itu sebagai “Gunungkunci”. Di puncak gundukan tanah itu ada sebuah makam keramat. Dulunya gundukan tanah itu adalah Segoroyoso, atau tempat rekreasi keluarga keraton yang dibangun pada masa Paku Buwana I (1704-1709). (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kota kuno Kotagede dibangun dengan konsep filosofi "Catur Gatra" dengan empat elemen penting yaitu keraton, pasar, alun-alun, dan masjid.
Baca SelengkapnyaPurwakarta telah berevolusi cukup lama hingga dikenal sebagai kota pensiunan. Kisahnya penuh perjuangan sejak masa pra sejarah.
Baca SelengkapnyaKerajaan Mataram Islam adalah salah satu kerajaan terbesar yang pernah berdiri di Pulau Jawa, Indonesia.
Baca SelengkapnyaSurabaya pernah jadi daerah paling kuat di Jawa bagian timur
Baca SelengkapnyaSitus itu dulunya menjadi tempat peristirahatan kuda yang dibangun Susuhunan Pakubuwono II
Baca SelengkapnyaPernah jadi daerah di bawah bayang-bayang Jawa hingga jadi daerah khusus
Baca SelengkapnyaGubernur pertama Jawa Timur merupakan salah satu tokoh penting di Bojonegoro.
Baca SelengkapnyaPenetapan hari lahir itu didasarkan pada pembentukan daerah itu menjadi kabupaten oleh Sultan Hadiwijaya
Baca SelengkapnyaKetika itu, Mataram membangun lumbung padi hingga ke wilayah Barat salah satunya Kabupaten Purwakarta yang saat itu masih masuk ke wilayah Kabupaten Karawang.
Baca SelengkapnyaBukti pertama kali mengenai keberadaan Kerajaan Mataram Kuno berasal dari Prasasti Canggal.
Baca SelengkapnyaSejak puluhan abad silam, daerah ini sudah jadi wilayah penting bagi kehidupan masyarakat.
Baca SelengkapnyaDi dalam petilasan ini terdapat sebuah batu besar yang digunakan sebagai tempat bertapa Panembahan Senopati
Baca Selengkapnya