Sosok Istri Sunan Gunung Jati dari Majapahit, Pembawa Adat Jawa di Kraton Cirebon
Merdeka.com - Pertukaran budaya dalam tradisi pernikahan lazimnya sudah terjadi, bahkan sejak dahulu kala. Salah satunya pertukaran budaya di pernikahan Sunan Gunung Jati, yang saat itu menjabat sebagai raja ke II Kraton Cirebon. Sunan Gunung Jati menikah dengan Nyi Rara Tepasan, cucu dari raja Majapahit, beberapa sumber menyebutkan nama raja tersebut adalah Singhawikrama.
Melansir laman History of Cirebon, Sabtu (24/7), dalam Babad Naskah Kuningan: Sejarah Wali Syekh Syarif Hidayatullah, pernikahan keduanya membawa pengaruh terhadap tradisi dan adat istiadat di Kraton Kasultanan Cirebon.
Usut punya usut, Rara Tepasan memiliki ilmu kepemimpinan yang baik, dibanding istri lain Sunan Gunung Jati.
-
Siapa istri pertama dari Raja pertama Kerajaan Majapahit? Gayatri adalah salah satu istri dari Raja pertama kerajaan Majapahit, Raden Wijaya.
-
Siapa yang menikah dengan putri Bupati Tuban? Sosoknya mencuri perhatian penguasa Tuban saat itu. Sang pendakwah membimbing Bupati Tuban saat itu, Raden Arya Dikara, masuk islam. Kagum dengan kecerdasan dan kepribadian sang pendakwah, bupati kemudian menikahkannya tersebut dengan sang putri yang cantik jelita bernama Nyai Ageng Teja.
-
Siapa Sunan Gunung Jati? Sunan Gunung Jati lahir dengan nama Syarif Hidayatullah pada tahun 1448 Masehi di Makkah Al-Mukarramah. Ibunya, Nyai Rara Santang, adalah putri dari Prabu Siliwangi, raja Kerajaan Padjajaran yang kemudian memeluk Islam dan berganti nama menjadi Syarifah Mudaim.
-
Kapan Sunan Gunung Jati diangkat jadi raja Cirebon? Ketika itu dirinya masih berusia 22 tahun pada 1470 Masehi. Penobatan ini dilakukan di sebuah bukit Amparan Jati, Kabupaten Cirebon.
-
Siapa nama asli Sunan Gunung Jati? Sunan Gunung Jati memiliki nama asli Syarif Hidayatullah, yang juga masih keturunan Kerajaan Sunda Pajajaran dari sang ibu bernama Nyai Rara Santang, puteri dari Raja Prabu Siliwangi (Sri Baduga Maharaja).
-
Siapa Ratu terkenal di Jawa? Salah satu tokoh Kerajaan Holing yang mencuri perhatian dunia adalah Ratu Shima.
Pernikahan Bermula dari Sumpah
Disebutkan pernikahan keduanya berawal dari sumpah yang dilakukan oleh Nyi Rara Tepasan atau Rara Tepasan, saat melihat cahaya putih di arah Barat (dataran Bumi Caruban/Cirebon atau Tatar Sunda). Ketika itu, dirinya merasa takjub dengan cahaya yang menyilaukan mata itu, hingga ingin melihatnya secara langsung.
Di sana, ia sempat berkata, jika kelak sumber cahaya berasal dari seorang perempuan, maka akan dijadikan saudara. Dan jika itu bersumber dari laki-laki maka ia siap diperistri.
Kemudian, Rara Tepasan meminta izin kepada sang ayah Ki Gede Tepasan untuk berangkat ke lokasi yang dimaksud. Dengan dikawal lebih dari 100 prajurit hingga akhirnya bertemu dan menikah dengan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).
"Dari pernikahan tersebut lahirlah dua orang anak bernama Ratu Ayu dan Pangeran Pasarean yang kelak meneruskan kepemimpinan," tulis Wahju.
Mengubah Tradisi Sunda di Kraton Kasultanan Cirebon
Dalam Babad Kuningan, yang juga tertulis dalam Naskah Mertasinga Pupuh XXII.02 XXII.27, Nyi Rara Tepasan yang sudah menjadi istri Sunan Gunung Jati, pelan-pelan menerapkan tradisi Jawa di kraton bercorak Sunda itu.
Konon, Rara Tepasan sudah mendapat persetujuan langsung dari suaminya. Sehingga, tidak ada pihak lain yang mengintervensi upaya dari Nyi Rara Tepasan.
Padahal sebelumnya, tradisi Sunda sudah mengakar kuat sejak Raja Cirebon I, Pangeran Cakrabuana, memimpin. Pangeran Cakrabuana merupakan saudara dari Rara Santang (Ibu Sunan Gunung Jati, Putri Raja Pajajaran Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi).
Mempererat Kerja Sama antara Majapahit dan Kasultanan Cirebon
©2021 Youtube Wisata Religi/editorial Merdeka.com
Melansir laman historia.id, dari pernikahan itu diketahui jika Nyi Rara Tepasan sempat dijadikan alat legitimasi dua kerajaan untuk bekerja sama.
Penyebabnya, nagari Caruban (Kerajaan Cirebon dan daerah kekuasaannya) menjadi kawasan yang dikenal damai dan aman, sehingga cocok untuk dijadikan lokasi perlindungan maupun kerja sama.
Berbeda dengan Majapahit yang sedang dalam kondisi tidak stabil akibat berbagai pemberontakan, serta serangan dari kerajaan Demak pada saat itu. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dewi Suhita memimpin Majapahit saat kondisi kerajaan itu tidak baik-baik saja. Ia dihadapkan pada perang Paregreg. Pembawaannya yang tenang jadi sorotan.
Baca SelengkapnyaSosok Tribhuwana Tunggadewi dikenal sebagai saah satu pemimpin perempuan era kerajaan yang disegani.
Baca Selengkapnyaia adalah wanita terhormat, bijak, cerdas, dan berpendirian teguh
Baca SelengkapnyaIa selalu dikelilingi oleh orang-orang yang sayang padanya
Baca SelengkapnyaMpu Sindok adalah sosok raja yang terkenal, namun tak banyak orang tahu tentang istrinya, Sri Parameswari Dyah Kebi.
Baca SelengkapnyaSri Isyana Tunggawijaya merupakan sosok berkepribadian kuat yang menjadi raja perempuan pertama di Jawa Timur. Ia hidup sebelum era Kerajaan Majapahit.
Baca SelengkapnyaSunan Prapen merupakan keturunan Sunan Giri yang diyakini merupakan waliyullah yang memiliki karomah
Baca SelengkapnyaIa mengaku mendapatkan surat dari seorang kiai yang memintanya untuk membenahi makam Mbah Bungkul.
Baca SelengkapnyaSosok Raden Adipati Djojoadiningrat mampu meyakinkan Kartini untuk mewujudkan bersama mimpinya membangun kesetaraan bagi kaum perempuan.
Baca SelengkapnyaIa jadi perempuan pertama di Nusantara yang memungut bea cukai dan mengawasi pedagang asing pada zaman kesultanan.
Baca Selengkapnya