Sejarah Cilacap yang terpendam dalam makam
Merdeka.com - Angka-angka tahun yang tertera di dinding Benteng Pendem Kabupaten Cilacap, melontarkan Karsiyah pada rasa penasaran tentang sejarah Cilacap di masa kolonial. Tak pernah ia sangka, informasi yang ia gali lewat sejumlah buku, justru mengantarkannya ke pemakaman Kerkhof Tjilatjap.
Di pemakaman itu, di Jalan Karang sebelah selatan kelurahan Cilacap, kurang lebih terdapat 109 makam yang tak bisa dikatakan terawat betul. JWF Scott, si pengawas pembangunan Benteng Pendem adalah salah satu serdadu Belanda yang terbaring di dalamnya sejak 24 Juni 1870. Karena satu makam itu, rasa ingin tahu Karsiyah makin menjadi, ia ingin mendalami identitas masing-masing warga Belanda yang dimakamkan di areal pemakaman tersebut.
"Saya merasa dengan mengetahui dan meneliti lebih jauh, saya bisa melengkapi serpihan sejarah yang hilang di Cilacap. Menurut saya, epitaph (tulisan pada nisan) merupakan jejak eksistensi seseorang, yang bisa menggambarkan bagaimana situasi Cilacap di masa kolonial," ujar Karsiyah yang merupakan lulusan Fakultas Peternakan Unsoed ini.
-
Apa yang ditemukan di makam tersebut? Di dalamnya, arkeolog menemukan kapel yang masih dalam kondisi sangat baik, dengan dekorasi cat yang memukau, dua ruangan yang berisi patung-patung, serta sebuah lorong panjang.
-
Dimana makam itu ditemukan? Makam ini terletak di dalam situs arkeologi Vulci, yang berada di antara kotamadya Montalto di Castro dan Canino di wilayah Lazio tengah.
-
Apa saja yang ditemukan di dalam makam itu? Di ruang pemakaman utama, arkeolog menemukan dua peti mati kayu yang dihias indah dengan motif rumit, serta dua relung: satu di selatan dengan empat toples porselen dan satu di utara dengan lima toples porselen dan empat botol.
-
Apa yang ditemukan di makam kuno tersebut? Makam-makam tersebut memiliki desain arsitektur yang bervariasi. Beberapa memiliki pintu masuk berkubah yang didahului dengan halaman terbuka dan dikelilingi oleh dinding batu bata lumpur, sementara yang lain diukir langsung pada batu gunung.
Pengusul revitalisasi Kerkhof Cilacap itu lalu membangun jaringan dengan beberapa orang Belanda untuk mengetahui latar belakang identitas yang tertera di tiap epitaph. Pada tahun 2004-2014, informasi ia kumpulkan dari berbagai pihak dan kerabat yang berkaitan dengan keturunan komunitas Eropa yang dimakamkan di Kerkhof Cilacap. Dari informasi yang ia himpun, salah satunya ia lantas mengetahui wabah malaria pernah menjadi momok di Cilacap sampai-sampai seorang dokter bedah asal Denmark, Oscar Kuhr, meninggal di tahun 1886.
"Pemakaman ini mendokumentasikan sejarah panjang Kabupaten Cilacap. Salah satunya terkait kisah ganasnya malaria terbesar di Jawa Tengah yang menewaskan puluhan orang-orang asing di masa silam. Sedang terkait prasasti nisan yang masih ada, tertera makam tertua atas nama Therese Von Lutzow tahun 1852 dan terakhir Egbert De Jong tahun 1952," ujarnya hafal di luar kepala.
Karsiyah pada merdeka.com, menunjukkan makam-makam yang telah ditelitinya hampir 15 tahun. Ia menenteng map merah berisi kliping-kliping koran dari Belanda, identitas dan denah pemakaman. Ia bercerita, sangat bersyukur ketika ada upaya menjadikan kerkhof dan bangunan-bangunan tua di Cilacap lainnya sebagai cagar budaya.
"Saya kira, baik kerkhof atau bangunan peningalan kolonial lainnya tak hanya berkaitan dengan nilai sejarah. Tapi juga bisa menjadi media diplomasi antar negara. Hal ini juga penting bagi kita untuk melawan lupa. karena tanpa pelestarian maka sama saja kita membiarkan beberapa rangkaian sejarah hilang," ujarnya.
Kesabaran Karsiyah mengumpulkan serpihan-serpihan sejarah Cilacap itulah yang kini diupayakan oleh keikutsertaan Pemerintah Kabupaten Cilacap. Dari informasi-informasi yang dihimpun Karsiyah, Pemkab Cilacap mulai bergerak untuk melakukan revitalisasi kawasan Pemakaman Kerkhof Tjilatjap. Rencananya kawasan ini akan dipugar, diperindah dengan dilengkapi diorama sejarah kolonial di Cilacap. Tujuan besarnya agar dapat menjadi salah satu magnet pelestarian pusaka (heritage) sebagai strategi utama pengembangan kota.
Tindakan Karsiyah menunjukkan bahwa posisi sejarah sejatinya begitu penting, meski sering disepelekan dalam zaman yang lebih mengutamakan pembangunan-pembangunan lahan ekonomi. Kerja Karsiyah mengingatkan kita, bahwa yang lampau tetaplah bagian penting dari proses yang berlangsung sampai waktu kini.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pesan kematian itu sebagai pengingat kepada siapapun yang datang mengunjungi kerkhof Cicurug
Baca SelengkapnyaTak banyak orang yang tahu keberadaan makam tua itu.
Baca SelengkapnyaMakam di Wlingi Kabupaten Blitar ini dulunya adalah kompleks makam mewah. Kini lokasinya dijadikan areal persawahan.
Baca SelengkapnyaKompleks makam yang disebut dengan Kerkhof Peucut ini menjadi daya tarik wisata yang ada di Provinsi Aceh.
Baca SelengkapnyaTak hanya sebagai pemakaman umum, di makam Bergota Semarang terdapat beberapa makam tokoh pribumi penting pada masanya.
Baca SelengkapnyaWarga Eropa dan pribumi banyak yang menjadi korban keganasan nyamuk malaria.
Baca SelengkapnyaDi sana dimakamkan para pejuang KNIL yang tewas selama Perang Dunia II
Baca SelengkapnyaKompleks pemakaman yang tak jauh dari benteng Marlborough peninggalan jajahan Inggris ini konon menjadi tempat istirahat terakhir buah hatinya Raffles.
Baca SelengkapnyaSetiap tahunnya, warga harus memberi tumbal kepala kerbau ke tempat itu
Baca SelengkapnyaDi balik keasriannya, ada cerita kelam ketika puluhan rumah dibakar paksa oleh pemberontak. Dari 80 rumah yang ditinggali warga, kini tersisa hanya 10 bangunan.
Baca SelengkapnyaSaat ini jejak keberadaan makam Belanda di Kampung Recosari hampir hilang tak bersisa
Baca SelengkapnyaSaat masa penjajahan Belanda, lokasi kampung itu digunakan sebagai tempat para tentara Belanda melakukan kekerasan terhadap warga pribumi.
Baca Selengkapnya