Arkeolog Temukan 160 Koin Kuno di Lembah Yordan Menuju Palestina, Berasal dari Tahun 80 Sebelum Masehi
Penemuan ini terjadi saat arkeolog dari Universitas Haifa menggali di Lembah Yordan,
Tim arkeolog dari Universitas Haifa menemukan koleksi langka sekitar 160 koin selama penggalian di Lembah Yordan, yang berasal dari periode Hasmonean (masa pemerintahan Alexander Yannai, 104-76 SM).
Penemuan ini dilakukan oleh tim Universitas Haifa yang dipimpin Dr. Shay Bar dan Dr. Yoav Farhi dari Institut Arkeologi Zinman.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di Yerusalem? Arkeolog yang tengah melakukan penggalian di Yerusalem mengungkapkan sebuah temuan menarik berupa jaringan saluran kuno yang berasal dari zaman Raja Yoas dan Amazia, sekitar 2.800 tahun lalu.
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di Israel? Museum Israel di Yerusalem yang diduduki, Palestina, memamerkan sebuah topeng batu kuno langka dari Zaman Neolitikum untuk pertama kalinya.
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di Yerusalem? Arkeolog dari Badan Kepurbakalaan Israel (IAA) menemukan gagang guci bertuliskan nama "Menahem" dalam aksara Ibrani, saat penggalian di lingkungan Ras el-‘Amud, Yerusalem yang diduduki.
-
Mengapa arkeolog heran dengan penemuan kota kuno ini? Meskipun kota ini berasal dari masa lampau, penemuan mengagumkan ini menunjukkan apa yang dapat diraih oleh pencapaian luar biasa dari semangat manusia.
-
Apa yang ditemukan oleh para arkeolog di Kota Daud, Yerusalem? Para arkeolog menemukan cincin emas berusia 2.300 tahun berhias batu mulia di Kota Daud, Yerusalem, Palestina.
Dilansir Arkeonews, Jumat (3/1), koin-koin langka dari periode Hasmonean ini ditemukan dalam penggalian arkeologi di Lembah Yordan, yang diyakini dulunya merupakan stasiun peristirahatan di sepanjang jalan utama Nahal Tirzah. Jalan ini menuju Benteng Alexandrion, yang juga dikenal sebagai Sarbata, di utara Yerikho, di wilayah yang kini merupakan Tepi Barat, Palestina.
Koin Raja Alexander
Harta yang ditemukan termasuk sekitar 160 koin, semuanya milik Raja Alexander Yanai, yang nama Ibrani-nya adalah Yonatan Alexander Yanai. Ia berkuasa pada tahun 104-76 SM. Ia adalah putra Yochanan Hyrcanus, cucu dari Shimon Hasmonean (saudara Yehuda Makabe), dan cicit dari Matitias Miriam Ness—pemimpin pemberontakan terhadap pasukan Antiokhus IV Epifanes.
Pemberontakan yang terkenal ini, yang pecah pada tahun 167 SM, antara lain menghasilkan pemurnian Bait Suci dan penetapan Hari Raya Hanukkah dalam tradisi Yahudi.
Koin-koin yang semuanya dicetak pada tahun 80/79 SM selama tahun ke-25 pemerintahan Yannai ini memiliki tanda khas. Masing-masing menampilkan bintang berujung delapan dengan teks Aram bertuliskan "Raja Alexander Tahun 25" di satu sisi, sementara sisi lainnya menampilkan jangkar yang dikelilingi teks Yunani yang mengidentifikasi sebagai "[koin] Raja Alexander."
Dalam penelitian arkeologi, koleksi koin sebanyak ini tergolong langka. Menurut Dr. Bar, koin-koin ini kemungkinan besar disembunyikan di balik atau di dalam dinding dan dibungkus dalam kantong kulit atau bahan organik lainnya yang akhirnya terurai.
- Arkeolog Temukan Kuil Berusia 4.000 Tahun di Kuwait, Berisi Tembikar Sampai Segel dari Zaman Perunggu
- Arkeolog Temukan Harta Karun Timbunan Koin Perak Berusia 2.000 Tahun di Celah Batu, Berasal dari Dinasti Kuno
- Arkeolog Harus Bicara Lantang Lawan Agresi Israel di Gaza, Ini Alasannya
- Arkeolog Temukan Gagang Guci Abad Ketujuh SM, Ada Nama Ibrani 'Menahem', Ini Artinya
Lokasi penemuan ini mengungkapkan lebih dari sekadar kumpulan koin. Arkeolog menemukan stasiun jalan yang sebelumnya tidak diketahui di sepanjang rute menuju benteng Herodium (Alexandrium), lengkap dengan tempat mandi ritual (mikveh), reservoir air, dan beberapa struktur lainnya di sepanjang tepi Lembah Tirzah.
"Ini benar-benar momen langka untuk menemukan begitu banyak koin," kata Dr. Bar. Ia menambahkan temuan ini menunjukkan pentingnya peran tempat ini. Benteng, yang menghadap ke Lembah Yordan, dihancurkan pada suatu titik selama Pemberontakan Yahudi melawan Roma (66–74 M).
Sebagai bagian dari situs warisan arkeologi Israel, tim Universitas Haifa berencana mengembangkan lokasi ini agar dapat diakses oleh publik.