Bukan di Mesopotamia, Arkeolog Temukan Kota Tertua di Dunia Berusia 6.000 Tahun Seluas 100 Hektar
Situs kota kuno ini menghilang pada tahun 3600 SM dan penyebabnya misterius.
Jika sebelumnya diyakini kota pertama di dunia muncul di Mesopotamia atau Asia Tengah saat ini, penemuan arkeologi terbaru ini dapat menulis ulang narasi sejarah manusia. Berdasarkan temuan baru, pusat-pusat kota kuno ini mungkin sebenarnya berasal dari Ukraina.
Dalam publikasi baru-baru ini yang diterbitkan oleh Neue Zürcher Zeitung (NZZ) dari Swiss, para peneliti menggambarkan reruntuhan menakjubkan dari apa yang mungkin merupakan “kota terbesar di dunia”, yang saat ini hanya dapat dilihat melalui bayangan udara dan pecahan tembikar yang berserakan. Situs di Ukraina ini dibangun pada tahun 4000 SM, menjadikannya pemukiman perkotaan tertua yang pernah ditemukan.
-
Apa yang ditemukan oleh para arkeolog di Mesir Kuno? Pada awal milenium pertama, banyak mumi di Mesir ditemukan dengan potret seperti aslinya yang memperliahatkan mata mumi yang cerah, gaya rambut, dan perhiasannya.
-
Bagaimana para arkeolog memetakan kota kuno tersebut? Dengan waktu yang terbatas karena ketinggian air Sungai Tigris terus meningkat, para peneliti berhasil dengan cepat memetakan kota tersebut.
-
Mengapa arkeolog heran dengan penemuan kota kuno ini? Meskipun kota ini berasal dari masa lampau, penemuan mengagumkan ini menunjukkan apa yang dapat diraih oleh pencapaian luar biasa dari semangat manusia.
-
Di mana letak kota kuno yang ditemukan arkeolog? Reruntuhan kota kuno Sigiriya yang misterius dan luas membuat pengunjung dan arkeolog yang melihatnya kagum sekaligus bingung dengan teknik pembuatan dan desainnya.
-
Apa yang ditemukan oleh para arkeolog di kota kuno di Palaiokastro, Yunani? Arkeolog menemukan sebuah kota kuno di Palaiokastro, Serres, Yunani. Menurut laporan Greek Reporter, kota ini berdiri pada abad keenam SM dan eksis sampai abad keenam Masehi.
-
Apa yang ditemukan oleh para arkeolog di kota kuno Hattusha? Dalam penggalian yang telah berlangsung sejak tahun 1906, para arkeolog menemukan gergaji berusia 2.250 tahun, membawa aspek menarik tentang evolusi alat-alat kerja manusia.
Dikutip dari laman Interesting Engineering, arkeolog dari Universitas Kiel, Joseph Muller mulai meneliti permukiman besar ini pada 2011, berdasarkan penelitian dasar dari tahun 1960an.
Seorang ahli topografi militerlah yang pertama kali mengidentifikasi lebih dari 250 situs yang menampilkan pola vegetasi yang menarik, seperti formasi konsentris, yang secara kuat mengisyaratkan adanya konstruksi manusia.
Kota Terencana Paling Awal
Namun, baru pada tahun 1970-an para ilmuwan Ukraina melakukan penelitian yang memerlukan strategi kreatif karena penggalian situs sebesar itu terbukti rumit dan tidak mungkin dilakukan. Dengan menggunakan teknik geomagnetik, para peneliti menemukan struktur di bawah permukaan bumi, megasitus Trypillia yang luasnya lebih dari 100 hektar dan terdapat banyak rumah kuno.
Megasitus Trypillia, yang dikenal sebagai kota terencana paling awal, tidak memiliki kesamaan dengan pusat kota modern. Kota ini berbentuk melingkar atau lonjong, dengan rumah-rumah disusun dalam lingkaran konsentris, diselingi oleh jalan raya atau koridor lebar.
“Ini adalah kota terencana umat manusia yang pertama,” kata NZZ, sembari menekankan bahwa situs ini seluas Monaco dan Central Park di New York City.
- Arkeolog Temukan Makam Kerajaan Mesir Kuno Berusia 3.000 Tahun, Berisi 11 Peti Mati dan Perhiasan
- Arkeolog Temukan Hampir 500 Artefak Babilonia, Ada Bejana Tanah Liat Sampai Stempel Kuno
- Arkeolog Temukan Kota Kuno Terbesar dan Terlengkap Berusia 3000 Tahun di Mesir, Berisi 2.000 Artefak dari Perhiasan Sampai Jimat
- Arkeolog Temukan Kwitansi Belanja Masyarakat Mesopotamia Kuno, Ini Barang-barang yang Dibeli
Bukti membuat para peneliti percaya bahwa rumah-rumah tersebut terbuat dari kayu dan tanah liat dan mungkin pernah terbakar dalam konflik kuno. Menariknya, tidak ada situs kuburan yang ditemukan.
Situs ini menghilang sekitar 3600 SM karena alasan yang misterius.
Sifat masyarakat yang membangun dan menghuni situs-situs besar ini menjadi bahan perdebatan di kalangan arkeolog, menurut Euromaidan Press.