Fosil Berusia 345 Juta Tahun Ungkap Asal Usul Batu Nisan Tertua di Amerika
Batu nisan ini dipasang untuk menghormati seorang ksatria.
Asal usul sebuah batu nisan tertua di Amerika Serikat sejak lama membuat penasaran para arkeolog dan sejarawan di Amerika Serikat. Batu nisan berwarna hitam ini tertanam di Jamestown, Virginia, kota yang berdiri pada 1607 dan merupakan pemukiman permanen Inggris pertama di Amerika Utara.
Jamestown, Virginia, didirikan pada tahun 1607 dan merupakan pemukiman permanen Inggris pertama di Amerika Utara. Wilayah ini telah menjadi fokus berbagai penyelidikan sejarah dan arkeologi, seperti yang dilakukan baru-baru ini oleh Prof. Markus M. Key dan Rebecca K. Rossi, yang berupaya memastikan asal muasal batu nisan ksatria “marmer” hitam Jamestown.
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di Belgia? Para arkeolog dari TraceoLab di Universitas Liège, Belgia menemukan pelempar tombak tertua.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di Belanda? Biji tanaman ini ditemukan di dalam tulang hewan di pemukiman Romawi yang disebut Houten-Castellum di Belanda.
-
Artefak apa yang baru ditemukan oleh para arkeolog? Para arkeolog menemukan patung kuda pertama yang dibuat manusia. Patung berbentuk kuda kecil tersebut terbuat dari gading mammoth ini telah ada sejak Zaman Paleolitikum Atas, 35.000 tahun lalu.
-
Siapa yang memimpin tim arkeolog yang menemukan artefak-artefak kuno di Turkistan? Pemimpin ekspedisi Aleksandr Podushkin, arkeolog di Universitas Ozbekali Zhanibekov, mengatakan negara bagian Kangju adalah sebuah federasi yang terdiri dari berbagai macam orang, termasuk, pada saat itu, kelompok-kelompok nomaden Sarmatian, Xiongnu, dan Saki (yang mungkin saja merupakan orang Skit).
-
Dimana para arkeolog menemukan artefak bela diri ini? Temuan itu berada di kompleks kuil di Kastil Ayanis, sebuah benteng dekat Danau Van di Turki timur yang termasuk wilayah Kerajaan Urartu atau dikenal saat ini dengan Kerajaan Van.
-
Siapa yang memimpin penelitian tentang fosil kera di Turki? "Temuan kami lebih lanjut mengusulkan bahwa hominin tidak hanya berevolusi di Eropa Barat dan Tengah, tetapi juga menghabiskan lebih dari lima juta tahun untuk berevolusi di sana sebelum menyebar ke Mediterania timur, dan akhirnya bermigrasi ke Afrika.
Wilayah ini telah menjadi fokus berbagai penyelidikan sejarah dan arkeologi, seperti yang dilakukan baru-baru ini oleh Profesor Markus M. Key dan Rebecca K. Rossi, yang berupaya memastikan asal muasal batu nisan tersebut.
Dikutip dari Arkeonews, Senin (23/9), batu nisan tersebut ditanam untuk menghormati seorang ksatria, ditanam pertama kali pada 1627.
Batu nisan ditutupi dengan ukiran cekungan (pernah diisi dengan tatahan kuningan) yang menggambarkan sosok seorang ksatria Inggris dengan pedang dan perisai. Sejak pertama kali dipasang pada 1627, nisan ini tetap ada sampai tahun 1640-an ketika pintu masuk selatan gereja dibangun.
Batu nisan ditemukan kembali pada 1907 dan dalam kondisi rusak. Kemudian diperbaiki dan dipindahkan ke mimbar Gereja Memorial yang sekarang.
Batu nisan tersebut telah menjalani pemeriksaan dan analisis berulang kali. Namun, Rebecca K. Rossi dan Profesor Markus M. Key melakukan penyelidikan baru, yang baru saja diterbitkan di International Journal of Historical Archaeology. Mereka ingin mengetahui asal muasal batu kapur hitam tersebut, yang sering dianggap terbuat dari marmer.
- Berkat Fosil Batang Kayu Berusia 30 Juta Tahun, Ilmuwan Temukan Hutan Purba Tersembunyi di Pulau Tanpa Pohon
- Fosil Berusia 247 Juta Tahun Ini Bikin Peneliti Bingung, Sosoknya Baru Terungkap Setelah Seabad
- Pemburu Fosil Temukan Kepiting Raksasa di New Zealand
- Ada Fosil Berusia Ratusan Juta Tahun, Ini Pesona Geopark Merangin di Jambi
Profesor Key mengatakan, temuan mereka sangat tidak terduga.
Mikrofosil
Para peneliti menggunakan fosil yang ditemukan di dalam batu untuk mengungkap jenis mikrofosil yang disebut foraminifera. Asal usul dan waktu spesifik spesies foraminifera ini dapat menjadi jelas dengan identifikasi mereka. Oleh karena itu, analisis mikrofosil dapat digunakan dalam forensik untuk menentukan lokasi geografis dan juga digunakan dalam studi geologi untuk menyempurnakan penanggalan lapisan batuan.
Terdapat enam spesies foraminifera yang teridentifikasi. Spesies ini banyak terdapat di tempat yang sekarang disebut Belgia selama Periode Karbon, khususnya selama Zaman Viséan, dan Zaman Mississippi Tengah yang berlangsung sekitar 345 hingga 328 juta tahun lalu.
Hal ini menunjukkan dengan pasti batu dan mikrofosil yang dikandungnya sebenarnya tidak berasal dari Teluk Chesapeake, Amerika atau bahkan Amerika Utara.
Menurut temuan terbaru, batu nisan tersebut dipastikan diangkut dari Eropa melalui laut. Berdasarkan bukti sejarah, kemungkinan besar ini berasal dari Belgia dan dikirim ke London sebelum dikirim ke Jamestown, AS. Dari zaman Romawi hingga sekarang, Belgia telah dikenal sebagai sumber marmer “hitam” Karbon Bawah selama berabad-abad.
Menurut catatan sejarah, batu nisan tersebut kemungkinan milik ksatria Sir George Yeardley.
Sir George Yeardley, yang lahir di Southwark pada tahun 1587 dan tiba di Jamestown pada tahun 1610 setelah selamat dari kapal karam di dekat Bermuda. Mendapatkan gelar kebangsawanan saat kembali ke Inggris pada tahun 1617, ia diangkat menjadi Gubernur Virginia pada tahun 1618 dan kembali ke Jamestown di mana ia memegang jabatan ini hingga tahun 1621. Ia melanjutkan jabatan tersebut pada tahun 1626 dan meninggal pada tahun 1627.