Ilmuwan AS Bantah Temuan Manusia Paling Awal Bisa Berjalan Tegak
Penelitian tulang dari fosil Sahelanthropus tchadensis yang berusia 7 juta tahun oleh ilmuwan Prancis menunjukkan nenek moyang manusia mungkin sudah dapat berjalan dengan dua kaki atau berjalan tegak namun tetap memanjat pohon seperti kera.
Penelitian tulang dari fosil Sahelanthropus tchadensis yang berusia 7 juta tahun oleh ilmuwan Prancis menunjukkan nenek moyang manusia mungkin sudah dapat berjalan dengan dua kaki atau berjalan tegak namun tetap memanjat pohon seperti kera.
Awalnya ilmuwan meyakini penemuan tulang yang digali 21 tahun lalu di padang gurun Chad, Afrika Tengah itu akan membawa perubahan besar. Tulang itu diyakini mampu mendorong kembali garis leluhur hominid (manusia atau kerabat yang lebih dekat dari pada simpanse) hingga sejuta tahun kebelakang.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan yang dapat mengubah pemahaman kita tentang manusia purba? Para ilmuwan menemukan artefak berusia 500.000 tahun yang dapat mengubah pemahaman tentang kehidupan manusia purba. Penelitian yang diterbitkan di Nature Journal mengungkap penemuan alat kayu di Air Terjun Kalambo, Zambia.
-
Kenapa penemuan ini penting bagi penelitian tentang manusia purba? "Temuan ini sangat menarik karena menunjukkan seberapa pentingnya arkeologi bawah air." "Pelestarian situs bawah air kuno tidak ada tandingannya di daratan, dan tempat-tempat ini memberi kita peluang besar untuk belajar lebih banyak tentang manusia masa lalu."
-
Mengapa penemuan ini penting bagi penelitian tentang manusia purba? Penemuan senjata berburu jarak jauh ini berdampak besar pada evolusi manusia, karena mengubah praktik berburu, dinamika hubungan antara manusia dan mangsanya, serta pola makan dan organisasi sosial kelompok pemburu-pengumpul prasejarah.
-
Bagaimana manusia purba berburu mangsa? Berlari lebih cepat dari kejaran mangsa merupakan metode berburu yang efisien bagi manusia purba dan metode ini juga masih digunakan hingga saat ini, menurut laporan etnografi.
-
Bagaimana ilmuwan bisa menentukan bahwa spesies manusia purba ini berbeda dari nenek moyang manusia modern? Hasil studi rahang, tengkorak, dan tulang kaki kerangka manusia purba ini menyatakan spesies ini berbeda dengan kerangka nenek moyang manusia modern Homo sapiens, Neanderthals atau Denisovan) yang sebelumnya ditemukan.
-
Apa yang diamati oleh para ilmuwan? Para ilmuwan berhasil menyaksikan dua pasang lubang hitam supermasif yang hampir bertabrakan. Dua fenomena alam itu terletak jutaan hingga miliaran tahun cahaya dari Bumi.
Namun tidak seluruh ilmuwan meyakini temuan peneliti Universitas Poitiers Prancis itu, termasuk ilmuwan dari Amerika Serikat (AS).
Profesor Bernard Wood dari Universitas George Washington AS, yang pernah menerbitkan penelitian bahwa spesies Sahelanthropus itu tidak bipedal mengungkapkan "fosil yang sangat penting ini layak mendapatkan perawatan yang lebih baik daripada yang diberikan makalah jelek ini."
"Studi ini mengambil bukti, mengabaikan studi terbaru yang menunjukkan kesimpulan berbeda dari yang penulis coba pertahankan, dan gagal untuk mengeksplorasi interpretasi fungsional lainnya yang setara, jika tidak lebih mungkin, dari fosil-fosil ini," jelasnya, dikutip dari The Guardian, Jumat (26/8).
Dia mengatakan, ketiga tulang yang diteliti ilmuwan Prancis itu lebih mirip simpanse daripada kera besar, termasuk manusia modern.
"Itu tidak berarti Sahelanthropus adalah seekor simpanse, tetapi kemungkinan terkait erat dengan simpanse, dan gaya hidupnya mirip simpanse. Itu bukan kera tegak yang hidup di tanah dari jenis yang mungkin merupakan nenek moyang kita yang paling awal," paparnya.
Ilmuwan lain yang menunjukkan ketidaksetujuan dan keberatan atas studi itu menimbulkan perdebatan atas bidang tersebut yang mana dapat mendorong temuan-temuan baru.
Tim ilmuwan asal Prancis sangat meyakini bahwa spesies Sahelanthropus adalah benar bipedal (makhluk yang bergerak dengan dua tungkai belakang atau kaki).
Untuk mencari tahu apakah spesies itu menggunakan dua kaki untuk berjalan atau tidak, tim ilmuwan Prancis meneliti tulang paha, dua tulang lengan bawah, dan 23 fitur tulang lainnya. Hasil penelitian itu menunjukkan spesies Sahelanthropus berjalan dengan kedua kakinya sehingga menjadikan spesies itu lebih dekat kepada spesies manusia dibandingkan kera.
"Kita dapat menyimpulkan dari bukti bahwa spesies ini memiliki kebiasaan bipedalisme (berjalan dua kaki), ditambah arborealisme kaki empat (berhubung dengan pohon), yang diamati pada hominid awal (manusia atau kerabat yang lebih dekat dari pada simpanse) dan kemudian secara bertahap berubah menjadi bipedalisme pada Homo (manusia)," jelas Jean Renaud Boisserie, salah satu penulis penelitian dari Universitas Poitiers.
"Apa yang kami tunjukkan adalah pola morfologi tulang paha (spesies itu) lebih mirip dengan yang kita ketahui pada manusia, termasuk fosil manusia, daripada pada kera," kata peneliti lainnya, Franck Guy.
Reporter Magang: Theofilus Jose Setiawan
Baca juga:
Fosil Ikan Predator dengan Mata Terbelalak & Mulut Menganga Zaman Jurassic Ditemukan
Ilmuwan Inggris Scan Kepala Mumi Berusia 2.000 Tahun untuk Temukan Asal Usulnya
Penelitian: Penguin Kehilangan Kemampuan Terbang Sejak 60 Juta Tahun Lalu
Spesies Baru Dinosaurus Berlengan Pendek Mirip T.rex Ditemukan di Argentina