Ilmuwan Temukan Burung Berusia 120 Juta Tahun dengan Gigi Sekuat Dinosaurus, di Dalam Perutnya Ada Fosil Ini
Longipteryx chaoyangensis adalah salah satu spesies burung paling awal di bumi, yang hidup 120 juta tahun lalu.
Baru-baru ini, para peneliti menemukan fosil biji buah di dalam perut burung purba Longipteryx chaoyangensis. Temuan ini mengungkap bahwa spesies ini benar-benar mengonsumsi buah, menantang hipotesis sebelumnya tentang pola makannya.
Longipteryx chaoyangensis adalah salah satu spesies burung paling awal di bumi, yang hidup 120 juta tahun lalu di wilayah yang saat ini berada di China timur laut.
-
Fosil apa yang ditemukan di China? Sebuah penemuan baru dari nenek moyang plesiosaurus bernama Chusaurus xiangensis telah ditemukan di Fauna Nanzhang-Yuan'an di Provinsi Hubei, China. Fosil ini terdiri dari dua tulang lengkap.
-
Fosil spons laut purba apa yang ditemukan peneliti di Cina? Dalam sebuah makalah yang diterbitkan pada 5 Juni di jurnal Nature, ahli geobiologi dari Virginia Tech, Shuhai Xiao, dan para kolaboratornya melaporkan spons laut berusia 550 juta tahun dari "tahun-tahun yang hilang" dan mengusulkan bahwa spons laut yang paling awal belum memiliki kerangka mineral, sehingga memberikan parameter baru dalam pencarian fosil-fosil yang hilang.
-
Apa yang ditemukan oleh tim ahli paleontologi di China? Tim ahli paleontologi internasional menemukan bekas jejak kaki kecil dinosaurus seukuran kucing sekitar 100 juta tahun lalu di China.
-
Apa yang ditemukan di China selain fosil Stegosaurus? Penemuan ini terjadi pada 2017 di Daerah Otonomi Manchu Fengning, Provinsi Hebei Utara, China, bersama dengan nenek moyang primitif Triceratops.
-
Apa spesies baru dinosaurus yang ditemukan para ahli paleontologi di China? Para ahli paleontologi mengumumkan penemuan spesies Stegosaurus dalam makalah baru yang diterbitkan di Jurnal Historical Biology pada 31 Januari 2024. Hal ini karena penemuan spesies baru dari dinosaurus tersebut sebelumnya tidak terdokumentasi.
-
Bagaimana fosil dinosaurus ini ditemukan? Fosil lebih mungkin muncul setelah hujan, karena air mengungkap material dengan menghilangkan sedimen yang menutupinya, dalam fenomena yang dikenal sebagai pelapukan.
Berdasarkan hipotesis sebelumnya, spesies burung ini disebut memangsa ikan dan serangga dengan giginya yang sangat kuat. Ketebalan gigi burung ini setara dengan dinosaurus
Namun hipotesis tersebut terbantahkan dengan studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Current Biology ini.
Burung ini memiliki tengkorak yang panjang dengan gigi yang hanya mengisi bagian ujung paruh.
Enamel gigi merupakan zat terkeras dalam tubuh, enamel gigi Longipteryx memiliki ketebalan 50 mikron. Ketebalan tersebut sama dengan enamel pada dinosaurus predator besar seperti Allosaurus yang beratnya mencapai 2 ton.
Dari ketebalan email gigi tersebut, para peneliti menduga burung ini berburu ikan, namun hipotesis ini dibantah peneliti lain.
- Ilmuwan Temukan Fosil Dinosaurus Terkecil Berusia 80 Juta Tahun, Ukurannya Hanya Sebesar Kancing Baju & Masih Lengkap dengan Embrionya
- Ilmuwan Temukan Fosil Biji Anggur Berusia 60 Juta Tahun, Ada Kaitannya dengan Kepunahan Dinosaurus
- Ilmuwan Temukan Spesies Baru Dinosaurus yang Hidup 72 Juta Tahun Lalu, Panjangnya Sampai 4 Meter
- Peneliti Temukan Fosil Dinosaurus Spesies Baru Berusia 165 Juta Tahun, Punggungnya Berlapis Baja dan Ditumbuhi Sisik Tajam Bagai Duri
Tidak Berburu Ikan
"Ada fosil burung lain seperti Yanornis yang memakan ikan dan kami tahu karena spesimennya telah ditemukan dengan isi perut yang diawetkan, fosil pun cenderung terawetkan dengan baik. Ditambah lagi, burung pemakan ikan ini memiliki banyak gigi di sepanjang paruhnya, tidak seperti Longipteryx yang hanya memiliki gigi di ujung paruhnya," Jingmai O’Connor, kurator fosil reptil di Pusat Penelitian Integratif Neguanee di Field Museum dan penulis utama studi tersebut, dikutip dari laman SciTech Daily, Rabu (11/9).
Longipteryx hidup di bagian China timur laut yang merupakan daerah beriklim sedang, dan mungkin tidak memakan buah sepanjang tahun karena menyesuaikan tumbuhnya tanaman di musim-musim tertentu. O'Connor dan rekan-rekannya menduga bahwa ia memiliki pola makan campuran yang mencakup hal-hal seperti serangga saat buah tidak tersedia.
Karena Longipteryx tampaknya tidak berburu ikan, maka muncul pertayaan fungsi paruh yang panjang dan runcing serta gigi yang sangat kuat. Para peneliti menduga paruh tersebut digunakan sebagai bentuk pertahanan diri.
Saat ini tidak ada burung yang memiliki gigi, tetapi ada burung kolibri kecil yang sangat keren yang memiliki tonjolan keratin di dekat ujung rostrum yang menyerupai Longipteryx dan mereka menggunakannya sebagai senjata untuk saling bertarung. Hal ini memungkinkan gigi pada paruh burung purba ini memiliki fungsi untuk pertahanan diri.
Para peneliti mengatakan bahwa selain mengetahui lebih banyak tentang kehidupan seekor burung prasejarah yang aneh, mereka berharap penelitian mereka membantu menjelaskan pertanyaan yang lebih luas dalam paleontologi tentang seberapa besar ilmuwan dapat atau tidak mempercayai ciri-ciri kerangka untuk menceritakan kisah perilaku hewan.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti