Nenek Moyang Manusia Hampir Punah 900.000 Tahun Lalu, Begini Cara Mereka Bertahan
Ketika itu, nenek moyang manusia modern hampir punah, menyusut menjadi populasi kecil sekitar 1.300 individu.
Ketika itu, nenek moyang manusia modern hampir punah, menyusut menjadi populasi kecil sekitar 1.300 individu.
-
Mengapa fosil manusia purba ini penting? Penemuan fosil ini merupakan sisa-sisa manusia tertua yang pernah ditemukan di Inggris bagian utara.
-
Di mana fosil manusia purba ditemukan? Fosil ini ditemukan di gua Heaning Wook Bone di Cumbria, Inggris.
-
Siapa yang memimpin penelitian tentang Homo Bodoensis? Dr. Mirjana Roksandic dari Universitas Winnipeg, Kanada memimpin tim peneliti dalam menganalisis fosil dari Afrika dan Eurasia tersebut untuk menemukan kategorisasi yang tepat pada spesies leluhur baru ini.
-
Bagaimana ilmuwan bisa menentukan bahwa spesies manusia purba ini berbeda dari nenek moyang manusia modern? Hasil studi rahang, tengkorak, dan tulang kaki kerangka manusia purba ini menyatakan spesies ini berbeda dengan kerangka nenek moyang manusia modern Homo sapiens, Neanderthals atau Denisovan) yang sebelumnya ditemukan.
-
Apa yang membedakan Homo habilis dari kera lainnya? H. habilis adalah karakter penting dalam sejarah evolusi hominin karena otak mereka lebih besar dibanding kera lainnya sehingga menunjukkan perkembangan perilaku yang cukup kompleks.
-
Apa yang diteliti para ilmuwan terkait evolusi manusia berjalan tegak? Pertanyaan seputar evolusi sikap bipedal dari nenek moyang yang berjalan dengan empat kaki telah lama menjadi misteri yang menantang para ilmuwan.
Nenek Moyang Manusia Hampir Punah 900.000 Tahun Lalu, Begini Cara Mereka Bertahan
Penelitian terbaru mengungkap rahasia bagaimana manusia purba berhasil bertahan dari kepunahan massal sekitar 900.000 tahun yang lalu.
Hasil studi genomik yang diterbitkan tahun lalu menunjukkan, nenek moyang manusia modern hampir punah, menyusut menjadi populasi kecil sekitar 1.300 individu dalam apa yang disebut sebagai kemacetan populasi yang mengancam kelangsungan hidup.
Sumber: Science Alert
Sekarang, penelitian baru menemukan bahwa pada saat yang sama dengan kemacetan populasi tersebut, terjadi migrasi massal manusia keluar dari Afrika.
Penemuan ini mengonfirmasi bahwa penurunan populasi manusia purba terkait dengan periode yang disebut sebagai Transisi Pertengahan Pleistosen. Transisi ini ditandai dengan kondisi iklim yang berubah-ubah, mengalami kekacauan total yang berdampak pada kepunahan banyak spesies.
- Seperti Manusia, Gajah Memanggil Kawanan Mereka dengan Nama Masing-Masing
- Evolusi Manusia Masih Kalah Cepat dengan Perubahan Budaya Modern, Dampaknya Ini yang Terjadi
- Ilmuwan Penasaran Bagaimana Manusia Purba Bisa Jelajahi Gua Penuh Jurang Berbahaya 8.000 Tahun Lalu
- Ilmuwan Akhirnya Temukan Jawaban Mengapa Manusia Tidak Punya Ekor
Migrasi manusia purba ke Eropa dan Asia dari Afrika pada masa itu sulit direkonstruksi, namun, bukti menunjukkan berbagai gelombang nenek moyang manusia melakukan perjalanan jauh ke lingkungan baru.
Namun, kesenjangan antara data genom dan temuan situs arkeologi membuat identifikasi peristiwa iklim yang memicu kemacetan tersebut menjadi sulit. Untuk mengatasi hal ini, ahli geologi Giovanni Muttoni dari Universitas Milan dan Dennis Kent dari Universitas Columbia melakukan upaya untuk mempersempit jangka waktu terjadinya kemacetan.
"Kami menduga meningkatnya kekeringan selama periode ini menyebabkan penyebaran sabana dan zona kering di sebagian besar benua Afrika, mendorong populasi manusia purba untuk beradaptasi atau bermigrasi untuk menghindari kepunahan," ujar para peneliti dalam makalah mereka.