Arkeolog Temukan Fosil Kecebong Tertua dari Zaman Dinosaurus
Meskipun fosil katak yang lebih tua sudah ditemukan, belum ada lagi fosil kecebong yang ditemukan dari periode yang lebih awal.
Ilmuwan di Argentina telah menemukan fosil kecebong tertua yang sangat terawat. Fosil ini merupakan tahap larva dari spesies katak besar yang hidup sekitar 161 juta tahun lalu, hidup berdampingan dengan dinosaurus di Periode Jurassic.
Para peneliti menyatakan bahwa fosil sepanjang 16 sentimeter (6,3 inci) ini memberikan wawasan baru tentang evolusi katak dan kodok, dan juga menunjukkan bahwa kecebong masa kini sebagian besar tetap serupa dengan leluhurnya dari Zaman Jura. Meskipun fosil katak yang lebih tua sudah ditemukan, belum ada lagi fosil kecebong yang ditemukan dari periode yang lebih awal.
-
Bagaimana fosil dinosaurus ini ditemukan? Fosil lebih mungkin muncul setelah hujan, karena air mengungkap material dengan menghilangkan sedimen yang menutupinya, dalam fenomena yang dikenal sebagai pelapukan.
-
Kenapa fosil Baiyinosaurus baojiensis penting? Meningkatnya variasi stegosaurus Jurasik Tengah pada tahap awal menunjukkan bahwa stegosaurus kemungkinan besar terpisah dari kerabat dekatnya, ankylosaurus, pada awal periode Jurasik Tengah atau bahkan lebih awal.
-
Kapan fosil dinosaurus itu ditemukan? Fosil yang ditemukan pada Mei lalu di dekat sebuah waduk di kotamadya Sao Joao do Polesine itu diperkirakan berusia sekitar 233 juta tahun.
-
Siapa yang menemukan fosil dinosaurus ini? Penemuan ini merupakan hasil kerja sama antara Universitas Portsmouth dan Universitas Bath, yang telah melakukan penelitian di Pulau Isle of Wight selama lebih dari satu abad.
-
Di mana saja fosil dinosaurus berbulu ditemukan? Ilmu pengetahuan semakin banyak belajar tentang keluwesan bentuk pada dinosaurus dengan setiap penemuan besar di China, Amerika, Antartika, dan tempat lainnya. Termasuk, soal bulunya.
-
Kapan fosil Trenggiling ditemukan? Mengutip Instagram @indonesiago.id, fosil Trenggiling ditemukan pada masa Oligosen dan Miosen.
Dilansir dari Reuters, Senin (4/11), spesimen tersebut merupakan bagian dari spesies yang sebelumnya dikenal sebagai Notobatrachus degiustoi, yang terawetkan dengan sangat baik. Menurut para peneliti, fosil ini bahkan masih menyimpan sisa-sisa beberapa jaringan lunak, yang jarang sekali ditemukan pada sebuah fosil.
Mata dan saraf kecebong, misalnya, terlihat sebagai jejak gelap yang masih berada di posisi anatomisnya dalam fosil tersebut. Fosil ini ditemukan pada tahun 2020 saat penggalian sisa-sisa dinosaurus di sebuah peternakan di provinsi Santa Cruz, sekitar 2.300 kilometer (1.429 mil) di selatan Buenos Aires, di wilayah Patagonia selatan Argentina yang luas.
Kepala dan sebagian besar tubuh kecebong itu telah terawetkan. Katak mengalami siklus hidup dua tahap, di mana larva kecebong yang hidup di air akan bermetamorfosis menjadi bentuk dewasa. Para peneliti menyebutkan bahwa kecebong ini berada di tahap akhir dari metamorfosis. Menariknya, kecebong dewasa dari spesies ini memiliki panjang yang sama seperti fosil kecebong tersebut.
“Ini bukan hanya kecebong tertua di dunia dan terawetkan dengan sangat menakjubkan, tetapi juga memberi tahu kita tentang ukuran salah satu dari sedikit spesies katak yang diketahui sejak saat itu,” kata Mariana Chuliver, ahli biologi dari Fundacion Azara-Universidad Maimonides, penulis utama penelitian yang terbit dalam jurnal Nature.
“Ia memiliki sisa-sisa jaringan lunak, seperti saraf atau mata. Namun, karakteristik mendasar yang terpelihara adalah kerangka hyobranchial, kerangka tulang rawan yang menopang insang kecebong,” kata Chuliver.
- Arkeolog Temukan Fosil Dinosaurus Paling Terawetkan yang Menentang Hukum Alam
- Ilmuwan Temukan Fosil Dinosaurus Terkecil Berusia 80 Juta Tahun, Ukurannya Hanya Sebesar Kancing Baju & Masih Lengkap dengan Embrionya
- Ilmuwan Temukan Spesies Baru Dinosaurus yang Hidup 72 Juta Tahun Lalu, Panjangnya Sampai 4 Meter
- Peneliti Temukan Fosil Dinosaurus Spesies Baru Berusia 165 Juta Tahun, Punggungnya Berlapis Baja dan Ditumbuhi Sisik Tajam Bagai Duri
Ia juga menambahkan bahwa fosil tersebut mengungkap bahwa morfologi kecebong hampir tidak berubah selama 160 juta tahun terakhir.
Reporter magang: Nadya Nur Aulia