Dunia seni pernah melahirkan lukisan-lukisan fantastis berkanvas jaring laba-laba
Merdeka.com - Meskipun sekarang tak banyak diketahui, dunia seni sempat mengenal lukisan-lukisan indah berjuluk cobweb painting. Dibuat sejak abad 16 sampai abad 20 dan pada masa itu pun jumlah lukisan yang beredar tak sebanyak lukisan berkanvas biasa. Tak salah jika dikatakan cobweb painting merupakan karya seni yang amat langka.
Dilansir Amusing Planet, cobweb painting merupakan lukisan yang dibuat di atas kanvas berbahan jaring laba-laba. Seni yang membutuhkan kesabaran luar biasa, karena kanvasnya dibuat dari bahan yang begitu tipis dan rapuh.
Cobweb painting yang juga disebut gossamer painting digambar di atas sulaman jaring laba-laba. Kadang juga menggunakan kain dari kepompong ulat. Jaring laba-laba dikumpulkan dari alam, dibersihkan secara seksama, kemudian dirajut menjadi kanvas yang sangat halus.
-
Siapa seniman dari Bandung yang lukisannya terjual mahal? Karya seniman asal Bandung ini dilelang Rp14, 5 Miliar. Nama Christine Ay Tjoe tengah jadi sorotan.
-
Siapa yang punya bakat seni? Terlihat jelas bahwa ia mewarisi bakat besar dalam dunia seni dari ibunya yang terkenal, Kris Dayanti.
-
Dimana lukisan batu itu ditemukan? Fjeld kemudian mengamati batu besar itu dan melihat warna aneh disertai lukisan kuno. Sumber: Ancient Pages Dia lalu memotret lukisan kuno itu menggunakan ponselnya.
-
Di mana lukisan batu kuno ditemukan? Kelompok peneliti Italia menemukan lukisan tersebut di dalam rongga yang kemudian dinamai 'Gua Orang Tua,' selama ekspedisi lapangan di dataran tinggi Gilf Al-Kebir dan Lembah Nil.
-
Kapan lukisan batu itu dibuat? Arkeolog dari Norwegian Institute for Cultural Heritage Research, Jan Magne Gjerde memperkirakan lukisan itu berasal dari Zaman Perunggu, sekitar 5.000 tahun lalu.
-
Siapa yang menemukan lukisan prasejarah? Arkeolog di Spanyol menemukan gua purba yang sulit dijangkau dan mengerahkan drone untuk melihat isi gua tersebut.
Susu encer dipercikkan di atasnya untuk menguatkan serat jaring. Walaupun begitu, kanvas dari jaring laba-laba masih sangat rapuh jika dibandingkan dengan kain alas biasa. Sentuhan jari tangan yang ceroboh bisa membuatnya koyak dalam sekejap.
Tak hanya pembuatan kanvas yang membutuhkan keahlian tinggi. Cat pun harus dibubuhkan dengan sangat hati-hati. Biasanya seniman cobweb painting menggunakan cat dengan warna-warna buram untuk memberikan kesan lukisan yang berkabut.
Lukisan Philippine Welser, istri Archduke Ferdinand II © Charles Deering Mccormick Library of Special Collections, Northwestern University LibrarySeni pembuatan cobweb painting dipraktikkan oleh para biarawan dari Alpen Tirol pada abad 16. Tidak ada keterangan pasti yang bisa menjelaskan mengapa para biarawan memilih jenis kesenian yang begitu menguras tenaga.
Bisa jadi ini merupakan cara para biksu untuk melatih kesabaran dan kedisiplinan mereka. Apapun alasannya, yang jelas cobweb painting sangat dihargai di dunia kesenian.
Cobweb painting © Charles Deering Mccormick Library of Special Collections, Northwestern University Library"Semakin rapuh [lukisan-lukisannya], semakin mereka dihargai," tutur Ina Cassier dalam sebuah artikel yang diterbitkan dalam jurnal Natural History edisi 1956.
Karya seni cobweb painting paling awal biasanya menggambarkan sosok para santo. Lukisan-lukisan ini biasanya tergantung di jendela gereja dan biara.
Di abad 17, lukisan dengan kanvas jaring laba-laba diproduksi dalam jumlah besar dan diekspor ke Inggris, Amerika Utara dan Jerman. Tema lukisan sudah lebih beragam, mulai dari adegan kehidupan sehari-hari hingga pemandangan alam.
Cobweb painting © Charles Deering Mccormick Library of Special Collections, Northwestern University LibrarySeniman cobweb painting yang terakhir diketahui adalah Anne Bradshaw Clopton yang meninggal pada tahun 1956. Sebagian besar lukisan yang dibuat oleh seniman otodidak itu sudah rusak atau hilang. Sebagian lagi disumbangkan ke Museum Nasional Sejarah Amerika di Washington, D.C., Amerika Serikat.
Secara keseluruhan, jumlah karya cobweb painting yang masih tersisa saat ini mungkin tak lebih dari 100 buah saja. Sangat disayangkan, karena ini adalah jenis kesenian yang patut dilestarikan.
(mdk/tsr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ada 100 motif lukisan yang ditemukan, sebagian besar berupa gambar hewan.
Baca SelengkapnyaKriya khas Palembang ini menjadi hiasan cantik di peralatan makan dan barang lainnya.
Baca SelengkapnyaSalah satu penemuan arkeologi yang paling menarik dilakukan oleh empat remaja Perancis. Mereka menemukan lubang yang menyimpan karya seni bersejarah.
Baca SelengkapnyaTerkadang ada lukisan di aspal jalan yang buat melongo. Simak yuk!
Baca SelengkapnyaBatik ini konon sudah ada sejak 1800-an menjadi kekayaan budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaPara perajin payung lukis di Juwiring sudah banyak yang meninggal. Tak banyak generasi muda yang berminat meneruskannya.
Baca SelengkapnyaPencetusan motif batik ini merupakan bentuk usaha pelestarian relief binatang di Candi Sojiwan yang luntur tergerus arus zaman
Baca SelengkapnyaArkeolog Temukan Karya Seni Batu Cadas Berusia 4.000 Tahun, Ada Gambar Daun dan Tongkat Manusia
Baca SelengkapnyaPada 2021 lukisan gua ditemukan di sebelah timur Spanyol bergambar manusia memanjat seutas tali untuk mencapai sarang lebah.
Baca SelengkapnyaPahatan batu Al Jassasiya di Qatar adalah salah satu pahatan batu paling menakjubkan di seluruh Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaKerajinan perak di desa ini memiliki keunikan yang terletak pada bentuknya yang halus dan warna yang tidak terlalu berkilau
Baca SelengkapnyaAnak muda zaman sekarang cenderung tidak tertarik untuk menjadi seorang pembatik
Baca Selengkapnya