Turun kasta demi bertahan hidup
Merdeka.com - Tak cuma ondel-ondel, banyak kesenian tradisional yang kini berubah fungsi dan ditampilkan sebagai kesenian jalanan. Para seniman ini memilih bertahan hidup dengan cara mengamen karena tak memiliki keahlian lain.
Ditemui di kawasan Cibinong, Jawa Barat, para penari reog Ponorogo kerap beraksi di salah satu perempatan di jalan Raya Bogor saat lampu merah menyala. Berpakaian warok dengan make up lengkap, mereka memperagakan beberapa tarian dengan pecut atau cambuk. Mereka berharap uang dari para pengendara melintas.
"Ya, kami memang sudah di sini sejak awal tahun 2015," kata Aden (20), pimpinan Reog, saat ditemui di lampu merah kawasan Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Kamis (29/9).
-
Bagaimana cara artis bangkrut bertahan hidup? Akibatnya, Laila Sari harus bertahan hidup dengan membuka warung kecil, dan akhirnya meninggal dunia pada tanggal 20 November 2017. Ronny Dozer Seorang komedian yang cukup terkenal pada tahun 2000-an mengalami masa sulit setelah jarang mendapat kesempatan untuk kembali tampil. Akibatnya, Ronny harus mencari nafkah sebagai sopir taksi online. Kondisinya semakin memburuk dengan penyakit diabetes yang dideritanya sejak tahun 2016. Sejak saat itu, Ronny sering dirawat di rumah sakit hingga akhirnya meninggal dunia pada tanggal 11 November 2021. Bambang Triyono Bambang Triyono berperan sebagai Kentung dalam sinetron Tuyul dan Mbak Yul, yang ditayangkan dari tahun 1997 hingga 2002 dan sangat populer pada zamannya. Sebagai salah satu pemeran utama, Bambang menikmati keadaan keuangan yang baik pada masa itu. Namun, setelah sinetron tersebut berakhir, kariernya mengalami penurunan.Di Yogyakarta, Bambang menghabiskan masa tuanya dan harus tinggal di kos-kosan saat berusia 58 tahun. Kehidupannya di kos-kosan tersebut sangat menyedihkan. Anak-anaknya jarang mengunjunginya, dan kondisinya akhirnya dipantau oleh dinas sosial. Bambang meninggal dunia pada tahun 2015 karena sakit. Reza Nangin Reza Nangin, seorang aktor dan youtuber yang aktif di industri film Indonesia, sering muncul sebagai presenter di televisi. Sebagai seorang artis yang berhasil, dia menikmati gaya hidup yang nyaman dengan keuangan yang stabil. Namun, segalanya berubah drastis ketika pandemi Covid-19 menyerang.Industri hiburan yang lumpuh membuatnya kehilangan pekerjaan, sementara bisnisnya di Bali menghadapi kesulitan. Reza bahkan harus menjual rumahnya karena menghadapi kebangkrutan. Putus asa sempat melanda, bahkan membuatnya mempertimbangkan untuk mengakhiri hidupnya. Jupiter Fortissimo Jupiter, yang dikenal sebagai bintang FTV dan telah berperan dalam banyak sinetron, mengalami perubahan hidup yang drastis karena terlibat dalam kasus narkoba. Pada tahun 1982, aktor ini harus menjalani dua kali masa tahanan karena permasalahan tersebut.Keuangannya hancur karena beberapa tahun di penjara dan karir hiburannya merosot. Sebelumnya, ia juga mengakui bahwa kondisi keuangannya sudah memburuk sebelum masuk penjara. Dallas Pratama Puncak karier Dallas Pratama datang saat ia membintangi film Serigala Terakhir. Namun, setelah itu, karirnya mengalami penurunan perlahan. Dallas juga mengalami koma akibat pecah pembuluh darah di otak. Setelah sembuh, ia memilih untuk tidak lagi terlibat dalam dunia hiburan dan memutuskan bekerja sebagai supir taksi online untuk mendukung keluarganya. Ressa Herlambang Kisah kebangkrutan Ressa Herlambang tersebar luas di media sosial. Awalnya, Ressa memulai kariernya di acara pencarian bakat Asia Bagus. Sejak saat itu, kariernya terus meningkat hingga menjadi salah satu penyanyi terkenal di Indonesia.Namun, pada tahun 2010, Ressa mengungkapkan bahwa keluarganya mengalami kebangkrutan dengan kerugian mencapai Rp. 12 miliar. Akibatnya, Ressa mengalami masa-masa sulit dan pernah tidur di tepi rel kereta. Ia juga mengaku pernah meminjam Rp. 5 juta dari Raffi Ahmad untuk bertahan hidup.
-
Kenapa tari tradisional terus dilestarikan? Tari tradisional adalah tarian yang berkembang dan dilestarikan secara turun temurun di suatu daerah tertentu.
-
Bagaimana cara melestarikan musik tradisional? Ketika generasi sebelumnya hendak mewariskan sebuah seni musik tradisional kepada generasi penerusnya, maka yang dilakukan adalah mengajari para generasi muda secara langsung dari mulut ke mulut.
-
Bagaimana cara melestarikan tari tradisional? Mendidik dan melatih generasi muda untuk mempelajari dan menguasai tari tradisional dari daerah asalnya.
-
Mengapa tradisi ini dilestarikan? Tradisi itu dilestarikan untuk mengenang penyebar agama Islam di Jatinom, Ki Ageng Gribig.
-
Kenapa Orang Kalang di Kendal masih mempertahankan tradisi obong-obong? Mereka masih mempertahankan tradisi ini karena banyak pesan moral yang terkandung di dalamnya.
Bersama dengan 7 anak buahnya, Aden menuturkan hampir setiap hari mereka beraksi dengan wajah bermake-up full layaknya warok dan pecutan. Hanya saja mereka tidak membawa barongan. "Kami tiap hari di sini, meskipun hujan tetap kami beraksi. Ya demi penghasilan. Jadi sekitaran lampu merah, ini kan ada beberapa lampu merah, jadi satu lampu merah 2-4 orang," ujarnya.
Dalam aksinya, Aden bersama anggotanya yang berusia mulai 14 tahun hingga 25 tahun ini bisa mengantongi Rp 100 ribu per harinya. Alasan mereka bergelut di reog, karena memang tak punya keahlian lain.
"Karena kan kita dari kecil tanpa pendidikan, cuma lulus SMP, bisa kerja apa? Paling-paling mentok kan cleaning service, mending ini lah kalau menurut saya," ujarnya.
Aden pengamen kesenian tradisional ©2016 Merdeka.com/Muchlisa Choiriah
Yang menarik, Aden berasal dari Bogor, bukan orang Ponorogo atau Jawa Timur. Dia belajar tarian reog dari temannya, seniman reog asal Ponorogo. Tertarik dengan reog, Aden menggelutinya dan belajar serius. Sebelum menjadi seniman reog, Aden mengaku hanya seorang pengamen biasa.
"Setelah kekumpul uangnya, saya ngajak anak pengamen lainnya untuk bergabung reog, saya ajarin deh mereka. Kalau cepat nangkep mah, satu hari juga sudah bisa, selanjutnya dandan rapih ke depan lampu merah. Jadi kami pertama turun dulu kan cari uang buat modal make up. Rp 100 ribu untuk satu grup. Satu grup ada 10-20 orang," paparnya.
Aden menuturkan, anggotanya semuanya merupakan anak jalanan. Mereka juga diajak tinggal bersama di satu kontrakan. "Jadi saya ajak 'ikutan yuk, daripada lo ngegembel, ngamen enggak jelas, uang jajan langsung abis'. Ini anak-anak sekitar sini. Eh mau diajak, sampai sekarang," jelasnya.
Meski terkesan ekstrem dengan mengandalkan cambuk, Aden mengungkapkan tidak ada trik khusus saat beraksi mencambuk rekannya.
"Engga ada trik khususnya,. Seharusnya kan kita ada musiknya seperti, gendang, gong, gamelan, tapi belum ada dananya jadi ya seadanya aja dulu. Terus itu enggak ada namanya kekebalan tubuh. Sebenarnya mah mata ngeliat kaya kena gitu, padahal mah cuma lewat gitu ngemuter gitu di kaki, enggak sakit, jadi engga ngelukain. Kenceng mah kenceng mecutnya, tapi engga sakit cuma muter doang," ucapnya.
Penghasilan memang tak begitu banyak, namun Aden dan anggotanya mengaku bisa mencukupi kehidupan mereka sehari-hari. Bahkan, mereka juga sempat menyisihkan Rp 20 ribu di tiap harinya untuk uang tabungan, berjaga-jaga jika tali atau alat reog rusak. "Saya maunya sih ini berjalan semakin baik, sukur-sukur kita bisa kumpulin uang beli alat lengkap, terus merambah ke buka sanggar. Ya kita terus berusaha semampu kita," tuturnya.
Pengamen kesenian tradisional ©2016 Merdeka.com/Muchlisa Choiriah
Serupa dengan reog, kuda lumping yang juga salah satu kesenian daerah kini nampak berlalu-lalang di tiap-tiap gang. Seperti kelompok kuda lumping Pak Jamin, yang ditemui di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat.
Bersama dengan dua rekannya yakni Rido dan Topan, Jamin (47) menuturkan sudah berkeliling sejak tahun 2010. Hal itu dilakoni mereka, karena panggilan acara yang semakin sepi. Jamin mengaku awalnya kerap mengisi acara lenong yang semakin kini semakin menghilang.
"Awalnya kami itu dipanggil buat acara lenong, acara hajatan, tapi makin ke sini semakin sepi saja, kalau diem terus, kami enggak dapet pemasukan, mau makan apa? ujar Jamin saat ditemui, Jumat (30/9).
Sembari membawa kuda dan beling sebagai ciri khas, mereka mengitari kawasan Jakarta Pusat antara lain, Bendungan Jago, Jalan Garuda dan beberapa lokasi lainnya untuk mengamen. Dalam sehari, Rp 100 ribu bisa dikantongi.
Kuda lumping di Desa Labuhan Ratu ©2014 merdeka.com/imam buhori
"Ya lumayan lah tiap satu rumah kasih Rp 1.000, meski beberapa ada yang cuma bilang 'maaf aja', tapi ya namanya juga hidup, engga boleh nyerah gitu aja. Keluar jam 10.00 WIB, pulang abis maghrib (18.00 WIB), Rp 100 ribu bisa kita kantongin, cukup lah buat makan dan hidup," paparnya.
Ditanya kendala, tiga pria yang ngontrak di daerah Senen, Jakarta Pusat, ini menuturkan seringnya kena razia. Kalau sudah berurusan dengan Satpol PP, mereka sampai dikurung sehari beserta alat kerja mereka.
"Kalau duka ya kita lagi ngider, ada razia Satpol PP, ketangkep tidur semaleman, alat ditahan, jadi enggak ada penghasilan hari itu," ujarnya.
Jamin mengaku sedih kerap ditangkap saat razia oleh Satpol PP. Padahal, hanya itu keahlian yang bisa mereka lakukan.
"Kita mau dihabisin, enggak ada kita di jalanan. Saya harap pemerintah jangan sampai ini kehapus, seharusnya kita dilindungi dan dilestarikan, diberi ruang usaha supaya enggak di jalanan. Kita juga mau berusaha, kalau pemerintah melarang, beri kita usaha. Biar begini, kita enggak mau dipandang rendah," tegas Jamin.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sisi komedi dari tunil atau wayang gejlig ini dimulai saat pemainnya menghentakkan kaki ke tanah.
Baca SelengkapnyaSeorang sinden asal Bojonegoro yang dulu sukses kini harus ngamen keliling pedesaan.
Baca SelengkapnyaLelahnya fisik seolah hilang, setelah hasil mengamen mereka belanjakan untuk makan.
Baca SelengkapnyaTari Dulang, kesenian tradisional penuh makna warisan dari Kesultanan Langkat.
Baca SelengkapnyaSebuah karya seni budaya lokal khas Jombang ini telah ada sejak abad ke-19 yang sudah terdaftar dalam Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaKini kesenian Ogleg mengalami ancaman kesulitan regenerasi karena rata-rata pemainnya sudah berusia 45-50 tahun.
Baca SelengkapnyaSesuai namanya, Wayang Bambu terbuat dari bambu yang dibentuk menyerupai sosok Wayang Golek yang sudah populer di tanah Pasundan.
Baca SelengkapnyaApih Uta bersama rebabnya menolak punah digerus zaman.
Baca SelengkapnyaKisah di balik kehidupan musisi jalanan di Yogyakarta. Dari perjuangan sehari-hari hingga mimpi masa depan.
Baca SelengkapnyaGulat tradisional ini jadi kesenian unik di Ujungberung, Bandung
Baca SelengkapnyaMelagukan pantun jadi ciri unik kesenian asli Betawi ini
Baca SelengkapnyaSebuah metode pengobatan tradisional asal Minang yang hanya menggunakan beberapa orang penari dan alunan musik serta kekuatan syair atau mantra.
Baca Selengkapnya