Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Turun kasta demi bertahan hidup

Turun kasta demi bertahan hidup Pengamen kesenian tradisional. ©2016 Merdeka.com/Muchlisa Choiriah

Merdeka.com - Tak cuma ondel-ondel, banyak kesenian tradisional yang kini berubah fungsi dan ditampilkan sebagai kesenian jalanan. Para seniman ini memilih bertahan hidup dengan cara mengamen karena tak memiliki keahlian lain.

Ditemui di kawasan Cibinong, Jawa Barat, para penari reog Ponorogo kerap beraksi di salah satu perempatan di jalan Raya Bogor saat lampu merah menyala. Berpakaian warok dengan make up lengkap, mereka memperagakan beberapa tarian dengan pecut atau cambuk. Mereka berharap uang dari para pengendara melintas.

"Ya, kami memang sudah di sini sejak awal tahun 2015," kata Aden (20), pimpinan Reog, saat ditemui di lampu merah kawasan Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Kamis (29/9).

Orang lain juga bertanya?

Bersama dengan 7 anak buahnya, Aden menuturkan hampir setiap hari mereka beraksi dengan wajah bermake-up full layaknya warok dan pecutan. Hanya saja mereka tidak membawa barongan. "Kami tiap hari di sini, meskipun hujan tetap kami beraksi. Ya demi penghasilan. Jadi sekitaran lampu merah, ini kan ada beberapa lampu merah, jadi satu lampu merah 2-4 orang," ujarnya.

Dalam aksinya, Aden bersama anggotanya yang berusia mulai 14 tahun hingga 25 tahun ini bisa mengantongi Rp 100 ribu per harinya. Alasan mereka bergelut di reog, karena memang tak punya keahlian lain.

"Karena kan kita dari kecil tanpa pendidikan, cuma lulus SMP, bisa kerja apa? Paling-paling mentok kan cleaning service, mending ini lah kalau menurut saya," ujarnya.

pengamen kesenian tradisional

Aden pengamen kesenian tradisional ©2016 Merdeka.com/Muchlisa Choiriah

Yang menarik, Aden berasal dari Bogor, bukan orang Ponorogo atau Jawa Timur. Dia belajar tarian reog dari temannya, seniman reog asal Ponorogo. Tertarik dengan reog, Aden menggelutinya dan belajar serius. Sebelum menjadi seniman reog, Aden mengaku hanya seorang pengamen biasa.

"Setelah kekumpul uangnya, saya ngajak anak pengamen lainnya untuk bergabung reog, saya ajarin deh mereka. Kalau cepat nangkep mah, satu hari juga sudah bisa, selanjutnya dandan rapih ke depan lampu merah. Jadi kami pertama turun dulu kan cari uang buat modal make up. Rp 100 ribu untuk satu grup. Satu grup ada 10-20 orang," paparnya.

Aden menuturkan, anggotanya semuanya merupakan anak jalanan. Mereka juga diajak tinggal bersama di satu kontrakan. "Jadi saya ajak 'ikutan yuk, daripada lo ngegembel, ngamen enggak jelas, uang jajan langsung abis'. Ini anak-anak sekitar sini. Eh mau diajak, sampai sekarang," jelasnya.

Meski terkesan ekstrem dengan mengandalkan cambuk, Aden mengungkapkan tidak ada trik khusus saat beraksi mencambuk rekannya.

"Engga ada trik khususnya,. Seharusnya kan kita ada musiknya seperti, gendang, gong, gamelan, tapi belum ada dananya jadi ya seadanya aja dulu. Terus itu enggak ada namanya kekebalan tubuh. Sebenarnya mah mata ngeliat kaya kena gitu, padahal mah cuma lewat gitu ngemuter gitu di kaki, enggak sakit, jadi engga ngelukain. Kenceng mah kenceng mecutnya, tapi engga sakit cuma muter doang," ucapnya.

Penghasilan memang tak begitu banyak, namun Aden dan anggotanya mengaku bisa mencukupi kehidupan mereka sehari-hari. Bahkan, mereka juga sempat menyisihkan Rp 20 ribu di tiap harinya untuk uang tabungan, berjaga-jaga jika tali atau alat reog rusak. "Saya maunya sih ini berjalan semakin baik, sukur-sukur kita bisa kumpulin uang beli alat lengkap, terus merambah ke buka sanggar. Ya kita terus berusaha semampu kita," tuturnya.

pengamen kesenian tradisional

Pengamen kesenian tradisional ©2016 Merdeka.com/Muchlisa Choiriah

Serupa dengan reog, kuda lumping yang juga salah satu kesenian daerah kini nampak berlalu-lalang di tiap-tiap gang. Seperti kelompok kuda lumping Pak Jamin, yang ditemui di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat.

Bersama dengan dua rekannya yakni Rido dan Topan, Jamin (47) menuturkan sudah berkeliling sejak tahun 2010. Hal itu dilakoni mereka, karena panggilan acara yang semakin sepi. Jamin mengaku awalnya kerap mengisi acara lenong yang semakin kini semakin menghilang.

"Awalnya kami itu dipanggil buat acara lenong, acara hajatan, tapi makin ke sini semakin sepi saja, kalau diem terus, kami enggak dapet pemasukan, mau makan apa? ujar Jamin saat ditemui, Jumat (30/9).

Sembari membawa kuda dan beling sebagai ciri khas, mereka mengitari kawasan Jakarta Pusat antara lain, Bendungan Jago, Jalan Garuda dan beberapa lokasi lainnya untuk mengamen. Dalam sehari, Rp 100 ribu bisa dikantongi.

kuda lumping di desa labuhan ratu

Kuda lumping di Desa Labuhan Ratu ©2014 merdeka.com/imam buhori

"Ya lumayan lah tiap satu rumah kasih Rp 1.000, meski beberapa ada yang cuma bilang 'maaf aja', tapi ya namanya juga hidup, engga boleh nyerah gitu aja. Keluar jam 10.00 WIB, pulang abis maghrib (18.00 WIB), Rp 100 ribu bisa kita kantongin, cukup lah buat makan dan hidup," paparnya.

Ditanya kendala, tiga pria yang ngontrak di daerah Senen, Jakarta Pusat, ini menuturkan seringnya kena razia. Kalau sudah berurusan dengan Satpol PP, mereka sampai dikurung sehari beserta alat kerja mereka.

"Kalau duka ya kita lagi ngider, ada razia Satpol PP, ketangkep tidur semaleman, alat ditahan, jadi enggak ada penghasilan hari itu," ujarnya.

Jamin mengaku sedih kerap ditangkap saat razia oleh Satpol PP. Padahal, hanya itu keahlian yang bisa mereka lakukan.

"Kita mau dihabisin, enggak ada kita di jalanan. Saya harap pemerintah jangan sampai ini kehapus, seharusnya kita dilindungi dan dilestarikan, diberi ruang usaha supaya enggak di jalanan. Kita juga mau berusaha, kalau pemerintah melarang, beri kita usaha. Biar begini, kita enggak mau dipandang rendah," tegas Jamin.

(mdk/bal)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Undang Gelak Tawa, Tunil jadi Pementasan Komedi Paling Tua Khas Cianjur
Undang Gelak Tawa, Tunil jadi Pementasan Komedi Paling Tua Khas Cianjur

Sisi komedi dari tunil atau wayang gejlig ini dimulai saat pemainnya menghentakkan kaki ke tanah.

Baca Selengkapnya
Sinden Bojonegoro yang Dulu Hits dan Dibayar Puluhan Juta Kini Ngamen Menelusuri Jalan
Sinden Bojonegoro yang Dulu Hits dan Dibayar Puluhan Juta Kini Ngamen Menelusuri Jalan

Seorang sinden asal Bojonegoro yang dulu sukses kini harus ngamen keliling pedesaan.

Baca Selengkapnya
Cerita Badut Jalanan Bertahan Hidup di Jalanan Kota Serang, Jatuh Bangun Cari Nafkah di Tengah Larangan Pemerintah
Cerita Badut Jalanan Bertahan Hidup di Jalanan Kota Serang, Jatuh Bangun Cari Nafkah di Tengah Larangan Pemerintah

Lelahnya fisik seolah hilang, setelah hasil mengamen mereka belanjakan untuk makan.

Baca Selengkapnya
Mengenal Tari Dulang Warisan Kesultanan Langkat, Diadaptasi dari Pencak Silat
Mengenal Tari Dulang Warisan Kesultanan Langkat, Diadaptasi dari Pencak Silat

Tari Dulang, kesenian tradisional penuh makna warisan dari Kesultanan Langkat.

Baca Selengkapnya
Mengenal Jaranan Dor, Simbol Kekayaan Budaya Lokal Khas Jombang Jawa Timur
Mengenal Jaranan Dor, Simbol Kekayaan Budaya Lokal Khas Jombang Jawa Timur

Sebuah karya seni budaya lokal khas Jombang ini telah ada sejak abad ke-19 yang sudah terdaftar dalam Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Jawa Timur.

Baca Selengkapnya
Mengenal Kesenian Ogleg, Tarian Khas Kulon Progo yang Punya Gerakan Unik dan Lahir di Masa Sulit
Mengenal Kesenian Ogleg, Tarian Khas Kulon Progo yang Punya Gerakan Unik dan Lahir di Masa Sulit

Kini kesenian Ogleg mengalami ancaman kesulitan regenerasi karena rata-rata pemainnya sudah berusia 45-50 tahun.

Baca Selengkapnya
Mengenal Seni Wayang Bambu Bogor, Kisahkan Kehidupan Masyarakat Sehari-hari
Mengenal Seni Wayang Bambu Bogor, Kisahkan Kehidupan Masyarakat Sehari-hari

Sesuai namanya, Wayang Bambu terbuat dari bambu yang dibentuk menyerupai sosok Wayang Golek yang sudah populer di tanah Pasundan.

Baca Selengkapnya
Kisah Inspiratif Apih Uta, Lentera Bagi Rebab Sunda yang Hampir Punah
Kisah Inspiratif Apih Uta, Lentera Bagi Rebab Sunda yang Hampir Punah

Apih Uta bersama rebabnya menolak punah digerus zaman.

Baca Selengkapnya
Kerasnya Hidup, Ini Cerita Musisi Jalanan di Persimpangan Jogja Ingin Mengubah Nasib Untuk di Masa Tua
Kerasnya Hidup, Ini Cerita Musisi Jalanan di Persimpangan Jogja Ingin Mengubah Nasib Untuk di Masa Tua

Kisah di balik kehidupan musisi jalanan di Yogyakarta. Dari perjuangan sehari-hari hingga mimpi masa depan.

Baca Selengkapnya
Uniknya Seni Benjang, Gulat Tradisional di Atas Jerami ala Warga Ujungberung
Uniknya Seni Benjang, Gulat Tradisional di Atas Jerami ala Warga Ujungberung

Gulat tradisional ini jadi kesenian unik di Ujungberung, Bandung

Baca Selengkapnya
Nyaris Tenggelam, Seni Betawi Kuno Ini Unik Karena Padukan Pantun dengan Gambang Kromong
Nyaris Tenggelam, Seni Betawi Kuno Ini Unik Karena Padukan Pantun dengan Gambang Kromong

Melagukan pantun jadi ciri unik kesenian asli Betawi ini

Baca Selengkapnya
Mengenal Uniknya Ritual Anak Balam Khas Minang, Pengobatan dengan Mantra dan Alunan Musik
Mengenal Uniknya Ritual Anak Balam Khas Minang, Pengobatan dengan Mantra dan Alunan Musik

Sebuah metode pengobatan tradisional asal Minang yang hanya menggunakan beberapa orang penari dan alunan musik serta kekuatan syair atau mantra.

Baca Selengkapnya