Ilmuwan China Ciptakan Teknologi Kamuflase seperti Bunglon
Senyawa molekuler yang bisa mengubah strukturnya ketika terkena panjang gelombang cahaya tertentu menjadi kunci dari perubahan ini.
Ilmuwan di China mengumumkan bahwa mereka telah mengembangkan bahan yang bisa berubah warna pada tingkat molekuler sesuai dengan cahaya di sekitarnya, ini adalah semacam jenis kamuflase baru yang memungkinkan seseorang untuk berbaur dengan lingkungannya seperti bunglon.
"Dengan kata lain, penerapan teknologi ini pada pakaian dapat membuat seseorang secara efektif 'tidak terlihat'," kata peneliti utama Wang Dongsheng.
-
Apa yang ditemukan oleh ilmuwan di China? Ilmuwan menemukan fosil larva cacing yang hidup sekitar 500 juta tahun lalu.
-
Apa yang ditemukan para ilmuwan pada Tembok Besar China? Sebuah penelitian yang diterbitkan pada 8 Desember di jurnal Science Advances mengungkapkan, peneliti sedang mencari cara terbaik untuk melindungi Tembok Besar China dari angin dan erosi. Mereka mencatat struktur tersebut "sebagian besar dihuni oleh biocrust."
-
Apa yang dibuat oleh ilmuwan China tentang Bulan? Ilmuwan dari China telah membuat atlas Bulan paling baru dan paling detail hingga saat ini.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan di China timur laut? Fosil seekor hewan mamalia menyerang dinosaurus ditemukan di China timur laut. Seekor mamalia sejenis luwak sedang menyerang seekor dinosaurus pemakan tumbuhan, menindih mangsanya, dan menggigitnya.
-
Apa yang baru saja ditemukan oleh ilmuwan China? Ilmuwan dari China telah menciptakan desain baterai berbasis air terbaru yang lebih aman dan lebih efisien dalam menyimpan energi dibandingkan dengan baterai ion litium (Li-ion) yang saat ini banyak digunakan oleh manusia.
-
Bagaimana para ilmuwan mengungkap rahasia Tembok Besar China? Para peneliti menggunakan kombinasi teknik kromatografi dan analisis isotop.
Menurut Wang dan timnya dari Universitas Sains dan Teknologi Elektronik Tiongkok, teknologi ini memiliki potensi aplikasi di berbagai bidang seperti militer dan arsitektur.
Dalam sebuah studi yang diterbitkan bulan lalu di jurnal peer-review Science Advances, para peneliti itu menjelaskan bahwa mereka berusaha untuk membuat kamuflase aktif menjadi fungsi intrinsik dari bahan yang bisa berubah warna melalui proses yang disebut fotokromisme adaptif mandiri (SAP), dikutip dari South China Morning Post, Selasa (10/12).
Senyawa molekuler yang bisa mengubah strukturnya ketika terkena panjang gelombang cahaya tertentu menjadi kunci dari perubahan ini. Bahan akan terlihat menyatu sempurna dengan lingkungannya bagi mata telanjang.
Di alam, bunglon dan gurita pun menggunakan kamuflase aktif untuk menyatu dengan lingkungannya. Sistem buatan manusia biasanya menghasilkan efek ini melalui perangkat elektronik yang rumit, yang membuatnya mahal dan kurang praktis.
Namun, menurut para peneliti teknologi SAP menawarkan solusi yang lebih sederhana dan efisien untuk mencapai efek kamuflase adaptif tanpa memerlukan sumber daya eksternal atau perangkat elektronik yang sulit.
- China Larang Ekspor Material Militer dan Teknologi Tinggi ke AS
- Ilmuwan Ciptakan Spageti Tertipis di Dunia Tapi Tak Bisa Dimakan, 200 Kali Lebih Tipis dari Rambut Manusia
- Ilmuwan Pertama Kali Temukan Fosil Kromosom Purba, Masih Utuh dan Tersusun Rapi dalam Kulit Mamut Berbulu Berusia 52.000 Tahun
- Ilmuwan China Bikin Alat Militer Super Canggih, Musuh Tak Bisa Sembunyi di Mana Pun, Begini Cara Kerjanya
Untuk menunjukkan teknologi ini, mereka menempatkan wadah transparan berisi larutan SAP ke dalam kotak akrilik bening dengan warna berbeda seperti merah, hijau, dan kuning, serta tinta hitam sebagai kontrol, dan mengamati bagaimana larutan tersebut berubah warna sesuai dengan perubahan lingkungan sekitarnya.
Dalam percobaan lain, wadah tersebut justru berhasil menyatu dengan lingkungan sekitarnya saat ditempatkan di gugusan tanaman merah, hijau, atau kuning dalam waktu 30 hingga 80 detik, menurut hasil penelitian.
Teknologi ini juga bisa diterapkan sebagai pelapis. Dengan menggabungkan polikaprolakton (PCL), para peneliti mengembangkan lapisan dan pelapis SAP yang bisa disemprotkan atau diterapkan pada berbagai permukaan, memungkinkan kamuflase adaptif pada material padat.
Menurut penelitian tersebut, kemampuan bahan SAP untuk berubah warna dengan cepat membuka kemungkinan baru yang menarik di bidang kamuflase, enkripsi, dan teknologi siluman. Wang mencatat dalam makalah penelitiannya bahwa bahan SAP mempunyai potensi besar dalam sistem kamuflase, pelapis pintar, dan desain mode.
Bahan ini juga berfungsi dengan baik dalam rentang suhu minus 20 hingga 70 derajat Celsius (minus 4 hingga 158 Fahrenheit), membuatnya cocok untuk aplikasi militer dan arsitektur. Wang dan timnya yang sudah melakukan penelitian mendasar pada molekul dan material peka cahaya sejak 2008, mengatakan kepada South China Morning Post bahwa tahap penelitian berikutnya akan memperluas sifat-sifat material SAP.
"Kami belum sepenuhnya meniru semua warna dalam spektrum cahaya tampak dalam karya ini, hal itu akan terungkap dalam karya kami selanjutnya," katanya. Warna ungu dan biru saat ini tidak ada dalam material SAP, tetapi perbaikan di masa mendatang dapat mengatasi kekurangan ini.
“Dengan menambahkan lebih banyak molekul fotokromik ke material atau menyesuaikan komposisinya, kami bertujuan untuk memperoleh perbedaan warna yang lebih halus, dan kecepatan perubahan yang lebih cepat,” tambahnya.
Reporter magang: Nadya Nur Aulia