Ilmuwan Sampai Pakai Eskavator untuk Angkat Fosil Hewan Terberat yang Pernah Hidup di Bumi Ini, Usianya 40 Juta Tahun
Ilmuwan di Peru kini memulai proyek penggalian untuk mengangkat fosil hewan purba yang disebut-sebut paling berat di muka bumi.
Gurun Ica, gurun terpencil di Peru menarik perhatian para paleontolog setelah ditemukannya fosil kerangka Perucetus colossus pada 2023, yang merupakan hewan terberat yang pernah hidup di Bumi.
Hewan dari jenis mamalia laut itu hidup sekitar 40 juta tahun lalu.
-
Di mana fosil hewan mirip kucing tersebut ditemukan? Melalui analisis lebih lanjut, para peneliti juga menetapkan bahwa F. valecensis mewakili genus yang sepenuhnya baru, membuka lembaran baru dalam pemahaman tentang keragaman hayati di Eropa pada masa itu.
-
Di mana fosil cakar kepiting raksasa ditemukan? Fosil cakar kepiting dengan ukuran sangat besar ditemukan di pantai Waitoetoe, Pulau Utara, Selandia Baru.
-
Kapan fosil hewan purba ini ditemukan? Fosil-fosil tersebut ditemukan sekitar 25 tahun yang lalu oleh ahli paleontologi Elizabeth Smith dan putrinya Clytie ketika mereka sedang memeriksa sisa-sisa tambang opal.
-
Bagaimana cara fosil dinosaurus terbentuk? Ini lantaran proses fosilisasi yang jarang terjadi dan hanya terbentuk dalam keadaan tertentu saja.
-
Kapan fosil tengkorak leluhur gajah itu ditemukan? Para ahli berhasil menemukan fosil tengkorak lengkap berasal dari 7,5 juta tahun yang lalu di tepi Waduk Yamula di Provinsi Kayseri, Turki Tengah. Tengkorak ini merupakan milik Choerolophodon Pentelic, yang dikenal sebagai leluhur gajah.
-
Kapan fosil tengkorak kelelawar yang ditemukan itu berusia? Tengkorak berukuran 1,8 cm ini merupakan penemuan yang penting, berusia sekitar 50 juta tahun dengan bentuk tiga dimensi yang utuh.
Dilansir dari laman La Brujula Verde, penemuan fosil Perucetus di tahun 2023 ini meliputi 13 ruas tulang rusuk belakang, empat tulang rusuk, dan sebagian panggul.
Menariknya, mamalia laut yang satu ini ternyata beratnya mengalahkan paus biru yang dianggap hewan terberat yang masih hidup saat ini.
Para ahli memperkirakan, Perucetus memiliki panjang mencapai 20 meter dan beratnya 340 ton, hampir dua kali lipat dari berat paus biru yang rata-rata mencapai 170 ton.
Sayangnya, kerangka yang ditemukan oleh para peneliti tidak lengkap sehingga menghambat identifikasi morfologi dan ekologi dari Perucetus. Tulang gigi yang masih dalam pencarian membuat para peneliti hanya bisa berspekulasi bahwa mamalia laut ini adalah herbivora, seperti dugong modern atau bisa jadi pemakan bangkai.
Kesulitan mengakses fosil
Ekspedisi terbaru yang dipimpin oleh Profesor Giovanni Bianucci dari Universitas Pisa menjelaskan kesulitan dari penggalian ini terletak pada kerasnya medan penggalian karena fosil Perucetus ini tertanam di bukit batu yang sangat keras di salah satu daerah yang paling sulit diakses di gurun Ica.
- Ilmuwan Temukan Fosil Hewan Paling Awal di Bumi Berusia 555 Juta Tahun, Berbentuk Pipih dengan Tanda Tanya di Bagian Tengah
- Berkat Fosil Batang Kayu Berusia 30 Juta Tahun, Ilmuwan Temukan Hutan Purba Tersembunyi di Pulau Tanpa Pohon
- Ilmuwan Temukan Lubang Pembuangan Dipenuhi Kerangka Mamut Berusia 100.000 Tahun, 61 Fosil Sudah Digali dari Kedalaman 20 Meter
- Ilmuwan Ungkap Hewan Berusia 500 Juta Tahun Punya 30 Pasang Kaki Berduri, Masih Keluarga dengan Kepiting dan Monyet Laut
Penggalian ini bahkan pernah terhambat sampai satu dekade sebab kondisi lokasi yang tidak bersahabat sehingga mustahil jika ditempuh dengan metode penggalian tradisional, ungkap Bianucci.
Para peneliti bahkan sampai mengerahkan ekskavator mekanis selama proses penggalian, cara yang sangat dihindari oleh para ahli karena dapat merusak fosil.
Namun, fosil yang satu ini berbeda karena bentuknya yang luar biasa besar maka penggunaan ekskavator adalah pengecualian.
Meskipun, penggalian fosil Perucetus ini mengalami kesulitan para ahli paleontologi berharap penggalian akan tetap dilanjutkan dan sisa-sisa fosil yang ditemukan dapat mengungkap dan memberikan gambaran lebih lengkap mengenai kehidupan mamalia laut yang misterius ini.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti