Ilmuwan Temukan Makhluk Bersayap dengan Kuping Membesar, Begini Wujudnya
Makhluk bersayap ini tertangkap jaring dan kemudian diteliti.
Seekor makhluk bersayap dengan daun telinga yang “membesar” terbang melintasi lanskap Papua Nugini. Namun hewan berbulu itu bertabrakan dengan jaring dan jatuh ke tanah. Ketika para ilmuwan mengamati lebih dekat tangkapan mereka, ternyata itu adalah spesies baru.
Para peneliti mengunjunghi Serki, desa terpencil di Papua Nugini pada 2006 dan mendirikan base camp di sana. Tujuan mereka adalah menyurvei satwa liar di kawasan itu, menurut studi yang diterbitkan dalam jurnal Zootaxa pada Agustus lalu.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan di Papua Nugini? Hasil penelitian menunjukkan, tengkorak manusia yang ditemukan di pantai utara Papua Nugini pada 1929 diperkirakan merupakan korban tsunami tertua di dunia.
-
Hewan apa yang ditemukan oleh ilmuwan? Ilmuwan menemukan kerangka dua spesies baru kucing bergigi atau bertaring pedang yang tidak diketahui sebelumnya. Makhluk ini hidup di Afrika sekitar 5,2 juta tahun lalu.
-
Berapa banyak spesies hewan yang telah diidentifikasi? Menurut Daftar Merah IUCN, sekitar 2,16 juta spesies hewan telah dideskripsikan secara resmi pada tahun 2022. Namun, hingga 20 persen di antaranya mungkin merupakan duplikat, yang didokumentasikan oleh banyak ilmuwan. Dengan asumsi perkiraan ini akurat, maka jumlah sebenarnya spesies hewan yang diketahui berjumlah sekitar 1,7 juta.
-
Apa yang dipelajari dalam ilmu biologi? Biologi adalah studi tentang organisme hidup dan bagaimana mereka menjalani proses kehidupan.
-
Bagaimana para ilmuwan meneliti ekolokasi pada kelelawar? Para peneliti menggunakan tengkorak yang terpelihara dengan baik dari kelelawar berusia 50 juta tahun untuk mengamati dan mengukur telinga bagian dalamnya.
-
Bagaimana peneliti meneliti spesies baru laba-laba laut ini? Untuk memahami lebih lanjut tentang lingkungan ini, para peneliti menggunakan jaring untuk mengeksplorasi dasar laut Antartika dan menangkap berbagai spesies. A. halanychi pertama kali ditemukan pada tahun 2013 oleh kapal penelitian AS Nathaniel B. Palmer.
Saat survei itulah para peneliti menangkap seekor kelelawar di jaring yang sudah disiapkan, menurut studi tersebut, seperti dikutip dari Miami Herald, Minggu (15/9).
Mereka mengamati hewan itu lebih dekat dan menyadari bahwa hewan tersebut memiliki beberapa ciri unik. Berharap untuk mengidentifikasi tangkapan mereka, para peneliti mulai memilah-milah arsip kelelawar yang tampak serupa. Tugasnya tidak begitu mudah. Catatan langka dan spesimen yang diawetkan tersebar di berbagai koleksi.
Pada akhirnya, tim menemukan delapan spesimen kelelawar yang terlihat mirip yang ditangkap antara tahun 1960-an dan 1980-an. Spesimen tersebut punya ciri khas dan DNA yang sama tetapi telah salah diidentifikasi sebagai beberapa spesies berbeda. Para peneliti segera menyadari bahwa mereka telah menemukan spesies baru: Chalinolobus orarius.
Spesies baru ini memiliki panjang sekitar 10 cm dan memiliki tubuh berbulu berwarna coklat tua. Bulu di perut mereka tampak berwarna lebih terang, hampir berwarna krem di bagian tepinya. Spesies baru ini memiliki daun telinga yang “membesar” mulai dari tepi telinga hingga mulutnya, kata penelitian tersebut.
Populasi Menurun
Para peneliti meyakini spesies baru ini hidup di dataran rendah, lebih menyukai habitat yang “didominasi oleh vegetasi terbuka” seperti hutan dan bertengger di pohon atau bangunan.
- Makhluk Mungil Ini Ditemukan Masih Hidup Setelah 2 Miliar Tahun, Berkembang dan Tersembunyi di Dalam Batu
- 5 Temuan yang Sulit Dipahami Ilmuwan, Salah Satunya Ada Fenomena yang Aneh di Luar Nalar Manusia
- Ilmuwan ungkap Sambaran Petir Jadi Kunci Awal Mula Kehidupan di Bumi
- Sejumlah Alasan dan Penyebab Merinding Dialami Seseorang, Bisakah Karena Adanya Makhluk Halus?
Populasi kelelawar “mungkin menurun” karena “menurunnya kualitas habitat,” kata studi tersebut. “Sepengetahuan kami, spesimen Serki yang dilaporkan di sini adalah satu-satunya yang dikumpulkan pada abad ini," jelas para peneliti.
Para peneliti mengatakan mereka menamai spesies baru ini dengan kata Yunani “oraria,” yang berarti “pantai,” karena wilayah penyebarannya. Sejauh ini, spesies baru tersebut telah ditemukan di dua lokasi di bagian selatan Papua Nugini. Menurut studi tersebut, spesies baru ini diidentifikasi berdasarkan telinga, warna, gigi, bentuk tengkorak, dan DNA.
Tim peneliti terdiri dari empat orang yaitu Andrew King, Harry Parnaby, Mark Eldridge, dan Steve Hamilton.