Arkeolog Temukan Resep Tuak Berusia 10.000 Tahun di China, Terbuat dari Fermentasi Beras
Temuan ini memberikan wawasan tentang asal usul minuman beralkohol di Asia.
Para arkeolog menemukan bukti bir beras yang berumur sekitar 10.000 tahun di situs arkeologi Shangshan, Provinsi Zhejiang, China Timur. Temuan ini memberikan wawasan lebih lanjut tentang asal usul minuman beralkohol di Asia.
Penemuan ini juga mengungkap konteks budaya dan lingkungan dari praktik fermentasi beras di wilayah tersebut serta perkembangan pertanian awal yang lebih luas di Asia, seperti dikutip dari The Independent, Selasa (10/12).
-
Bagaimana para ilmuwan mengungkap rahasia Tembok Besar China? Para peneliti menggunakan kombinasi teknik kromatografi dan analisis isotop.
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di Laut China Selatan? Dua bangkai kapal kuno dari Dinasti Ming ditemukan para arkeolog di Laut China Selatan, ungkap Badan Warisan Budaya China (NCHA), pada Kamis.
-
Dimana para ilmuwan menemukan bagian Tembok Besar China yang terbuat dari alang-alang dan kayu? Para peneliti, yang menerbitkan temuan mereka di jurnal Nature, memeriksa susunan kimia dari alang-alang yang dikumpulkan dari bagian kuno Tembok Besar yang terletak di Gansu dan Xinjiang.
-
Apa yang ditemukan oleh tim ahli paleontologi di China? Tim ahli paleontologi internasional menemukan bekas jejak kaki kecil dinosaurus seukuran kucing sekitar 100 juta tahun lalu di China.
-
Apa saja artefak yang ditemukan di situs arkeologi Yuanbaoshan? Artefak itu ditemukan selama penggalian di situs arkeologi Yuanbaoshan di Aohan Banner di Kota Chifeng yang telah berlangsung empat bulan dari bulan Mei.Tak hanya bentuk naga dari giok, naga hijau zamrud seukuran telapak tangan yang terbesar dari jenisnya juga ditemukan di situs itu.
-
Apa yang ditemukan oleh ilmuwan di China? Ilmuwan menemukan fosil larva cacing yang hidup sekitar 500 juta tahun lalu.
Dalam penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal PNAS pada Senin (9/12), para ilmuwan menemukan 12 pecahan tembikar dari tahap awal situs Shangshan yang berasal dari sekitar 10.000 tahun yang lalu.
“Pecahan-pecahan ini dikaitkan dengan berbagai jenis wadah, termasuk wadah untuk fermentasi, penyajian, penyimpanan, pemasakan, dan pemrosesan,” kata salah satu penulis studi, Jiang Leping dari Institut Peninggalan Budaya dan Arkeologi Provinsi Zhejiang (ICRA) di China.
Para peneliti menganalisis residu dari permukaan bagian dalam tembikar serta tanah liat tembikar dan sedimen di sekitarnya.
Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal PNAS pada hari Senin, para ilmuwan menemukan dua belas pecahan tembikar dari tahap awal situs Shangshan yang berasal dari sekitar 10.000 tahun yang lalu.
Fosil Tumbuhan Kecil
Para arkeolog mengidentifikasi sumber sisa-sisa fosil tumbuhan kecil, butiran pati, dan jamur dalam sampel tersebut, sehingga mengungkap wawasan tentang kegunaan tembikar dan metode pengolahan makanan yang digunakan oleh manusia purba pada masa itu. Mereka menemukan fosil padi, butiran pati, rumput lumbung, biji pohin ek, dan bunga lili di pecahan-pecahan tembikar tersebut.
- Arkeolog Temukan Permukiman Zaman Perunggu Berusia 5.000 Tahun, Ada Bekas Tempat Ritual dan Tumpukan Bejana Tanah Liat
- Arkeolog Temukan Makam Kaisar China Berusia 5.000 Tahun, Jasadnya Hilang dan Hanya Tersisa Tulang Jari Kaki
- Arkeolog Temukan Rumah Zaman Batu Berusia 7.000 Tahun, Masih Lengkap dengan Alat Masak dan Wadah Makanan
- Arkeolog Tak Sengaja Pecahkan Telur Ayam Zaman Romawi Berusia 1.700 Tahun, Isinya Beraroma Unik
“Bukti ini menunjukkan bahwa beras merupakan sumber tanaman pokok bagi masyarakat Shangshan,” kata Dr Leping.
Para arkeolog juga menemukan sekam dan daun padi digunakan dalam produksi tembikar, yang menunjukkan peran integral beras dalam budaya China kuno.
Para ilmuwan mencatat, butiran pati menunjukkan tanda-tanda degradasi dan gelatinisasi oleh enzim, sebuah proses yang merupakan karakteristik fermentasi.
Residu Jamur dan Sel Ragi
Mereka juga menemukan jamur dan sel ragi, beberapa di antaranya biasanya digunakan sebagai permulaan dalam metode pembuatan bir atau tuak tradisional. Sisa-sisa jamur ini, menurut para ilmuwan, menunjukkan tahap perkembangan khas fermentasi.
Residu jamur ditemukan khususnya dalam konsentrasi yang lebih tinggi di dalam toples bulat dibandingkan dengan jenis wadah tembikar lain yang ditemukan di lokasi tersebut. Hal ini menunjukkan jenis wadah yang digunakan oleh budaya kuno terkait erat dengan fungsi tertentu, dan wadah berbentuk bulat mungkin sengaja diproduksi untuk fermentasi alkohol.
Para peneliti juga menganalisis sedimen dari lokasi tersebut sebagai sampel kontrol, yang ditemukan memiliki sisa pati dan jamur yang jauh lebih sedikit dibandingkan residu tembikar.
Secara keseluruhan, temuan ini mengonfirmasi bahwa sisa-sisa tembikar berhubungan langsung dengan aktivitas fermentasi.
Penelitian ini menyoroti kemunculan teknologi pembuatan bir pada awal budaya Shangshan terkait erat dengan domestikasi padi dan iklim hangat dan lembab pada periode tersebut.
“Minuman beralkohol ini kemungkinan besar memainkan peran penting dalam pesta seremonial, menyoroti pentingnya ritual mereka sebagai kekuatan pendorong potensial di balik peningkatan pemanfaatan dan penanaman padi secara luas di China Neolitikum,” jelas penulis studi lainnya, Liu Li.